Paparan Topik | Pariwisata

Taman Mini Indonesia Indah: Sejarah, Polemik Pengelolaan, dan Wajah Barunya

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) mulai dibangun pada tahun 1972 dan diresmikan pada 20 April 1975. TMII dibangun sebagai miniatur Indonesia yang mewakili khazanah pengetahuan, ragam seni, dan budaya dari seluruh provinsi di Indonesia.

LITBANG KOMPAS/SHANTY YULIA

Beberapa pelajar berkeliling Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sambil bersepeda di depan Teater Keong Emas, TMII, Jakarta, Kamis, 19 Januari 2023. Revitalisasi TMII membuat sebagian besar anjungan dan teater tampil dengan penataan baru sebagai destinasi wisata ramah lingkungan.

Fakta Singkat

Gagasan Awal

  • 1970: gagasan dari Siti Hartinah Soeharto (Tien Soeharto) untuk mendirikan obyek wisata miniatur Indonesia.

Pembangunan

  • Dimulai 1972
  • Selama 3 tahun

Peresmian

  • Diresmikan: 20 April 1975

Wahana di TMII

  • Anjungan Khas Daerah
  • Maskot dan Logo TMII
  • Museum-museum
  • Tempat Ibadah
  • Taman-taman
  • Wahana dan Teater

Pengelolaan saat ini

  • Pada 1 April 2021 berdasarkan Peraturan Presiden No.19/2021 pengelolaan TMII dilakukan oleh Kementerian Sekretariat Negara (Kemensesneg)
  • Mulai 1 Juli 2021, Taman Mini Indonesia Indah resmi berada di bawah pengelolaan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Persero atau TWC sebagai salah satu perusahaan BUMN.

Pembukaan kembali:

  • Pada 2022 TMII direvitalisasi dan dibuka kembali tanggal 20 November 2022 dengan mengusung tema baru, yakni “Indonesia Opera”.

Taman Mini Indonesia Indah merupakan realisasi dari mimpi Ibu Tien Soeharto. Setelah berkunjung ke berbagai obyek wisata dan taman budaya di berbagai negara, antara lain, Disneyland di Kota Anaheim, California, Amerika Serikat dan taman budaya Timland di Thailand. Ibu Negara saat itu ingin Indonesia memiliki destinasi yang menjadi esensi semua daerah di Indonesia.

Taman Mini Indonesia Indah adalah obyek wisata bertema budaya Indonesia, yang berlokasi di Jakarta Timur. Di dalam kawasan seluas kurang lebih 150 hektare ini terdapat berbagai arsitektur tradisional, busana, tarian, dan tradisi daerah yang mewakili seluruh provinsi di Indonesia.

Wabah Covid-19 yang melanda Indonesia membuat berbagai destinasi wisata ditutup sementara waktu. Penutupan ini juga menjadi momen penataan TMII secara fisik dan manajemen. Penataan fisik dilakukan oleh TMII. Ruang hijau di TMII menjadi 70 persen ruang terbuka hijau dan 30 persen bangunan, yang mempresentasikan destinasi wisata ramah lingkungan. Manajemen diambil alih sepenuhnya oleh negara melalui Kementerian Sekretariat Negara, yang kemudian diserahkan pengelolaannya kepada PT Taman Wisata dan Candi Borobudur.

Pada akhir tahun 2022, TMII kembali dibuka untuk umum secara luas, setelah beberapa kali uji coba kunjungan dengan berbagai pembatasan. Pengunjung pun antusias dengan wajah baru TMII yang mengusung tagline baru, “TMII Indonesia Opera”.

KOMPAS/JB SURATNO

Kapus Sejarah ABRI Brigjen TNI Gatot Surjadi menjelaskan maket “Museum Keprajuritan Nasional” kepada Ny. Tien Soeharto, di Taman Mini Indonesia, hari Rabu, 20 Nopember 1985, diapit Pangab dan Ny. L.B. Moerdani. Pembangunan museum ini diawali dengan upacara resmi.

Ide dan Sejarah Pembangunan

Ide pembangunan suatu destinasi wisata yang menggambarkan Indonesia dicetuskan oleh ibu negara, Siti Hartinah Soeharto dalam rapat Yayasan Harapan Kita di kediamannya di Jalan Cendana No.8, Jakarta Pusat pada 13 Maret 1970. Ibu Negara yang biasa dipanggil Ibu Tien Soeharto menjelaskan gagasannya untuk mendirikan obyek wisata yang disebutnya Miniatur Indonesia yang di dalamnya berisi beragam budaya nusantara dari Sabang sampai Merauke tanpa harus datang ke daerah asalnya.

Gagasan ini disambut baik oleh Ali Sadikin, gubernur DKI Jakarta saat itu. Bang Ali membidiknya sebagai sumber pendapatan baru bagi Pemprov DKI Jakarta.

Pada 5 September 1970, Ali Sadikin memberikan izin kepada Yayasan Harapan Kita membangun proyek miniatur “Indonesia Indah”. Awalnya dipilih lokasi di Waduk Melati, dekat Hotel Indonesia seluas 20 hektare, lalu ada alternatif di Cempaka Putih, Jakarta Pusat dengan luas areal 14 hektare. Namun, setelah meninjau lokasi tersebut bersama Ibu Tien Soeharto pada 2 Desember 1970, timbul pemikiran baru dari Ali Sadikin berupa saran kepada Ibu Tien Soeharto agar memindahkan lokasi rencana pembangunan ke daerah lain, mengingat pertumbuhan ibu kota yang pesat di kemudian hari.

Lokasi baru yang diusulkan adalah daerah Pondok Gede, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur, luasnya sekitar 100 hektare, lebih luas dibandingkan dengan lokasi di Cempaka Putih. Di lokasi tersebut akan dibangun sebuah kolam dengan pulau-pulau yang mewujudkan wilayah negara Republik Indonesia, berikut dengan identitas kebudayaan masing-masing daerahnya.

Dengan menggunakan tenaga ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB), pembangunan Miniatur Indonesia Indah dimulai Agustus 1971. Nilai proyek saat itu diperkirakan sekitar 10,5 miliar, nilai yang fantastis pada masa itu.

Proyek ini mendapat perlawanan dari kalangan pelajar dan mahasiswa, karena dianggap membebani keuangan negara.

Melalui diplomasi politik, pemerintah menyampaikan bahwa proyek Miniatur Indonesia Indah itu menggunakan dana non-budgeter atau tidak mengganggu keuangan Negara. Pelaksanaan pembangunan fisik akhirnya tetap berjalan, dan dimulai pada tahun 1972.

Setelah melalui proses panjang, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) akhirnya selesai pada tahun 1974, lalu diresmikan Presiden Soeharto pada 20 April 1975. Saat peresmian hadir pula dua tamu kehormatan, yakni Ibu Imelda Marcos, istri presiden Filipina dan Ibu Benjamin Sheares, istri presiden Singapura.

Saat itu baru berdiri 26 anjungan khas daerah yang mewakili 26 provinsi Indonesia. Pada tahun 1980, anjungan Timor Timur baru didirikan di TMII setelah bergabung dengan Indonesia menjadi provinsi ke-27.

TMII hingga saat ini telah memiliki 33 anjungan khas daerah, setelah pemekaran wilayah Indonesia yang menjadi 37 provinsi. Itu sudah termasuk pengurangan anjungan daerah Timor Timur yang lepas dari NKRI. Timor Timur secara resmi merdeka menjadi negara Timor Leste pada 20 Mei 2002.

Selain anjungan khas daerah, terdapat pula museum-museum, beberapa tempat ibadah, taman-taman, wahana dan teater, dan berbagai fasilitas pendukung di dalam TMII.

KOMPAS/KARTONO RYADI

Presiden Soeharto hari Minggu, 17 April 1988, mencoba sendiri kereta gantung di Taman Mini Indonesia Indah. Kepala Negara mencoba setelah meresmikan pengembangan kereta gantung dengan penekanan tombol di Sasono Langen Budoyo bertepatan dengan HUT XIII TMII. Dengan lambaian tangan Presiden dan Ny. Tien Soeharto duduk satu kabin dengan William Suryadjaya serta Pimpinan TMII Sampurno SH.

Anjungan Khas Daerah

Anjungan adalah rumah adat atau rumah tradisional dari berbagai provinsi dengan informasi tentang kebudayaannya yang beraneka ragam, seperti barang hasil industri dan kerajinan daerah, benda sejarah, patung tokoh pahlawan daerah, pakaian adat, hasil bumi, hasil tambang dan lain-lain.

Saat peresmian pada tahun 1975, telah berdiri 26 anjungan khas daerah yang mewakili 26 provinsi di Indonesia. Kemudian pada tahun 1980, anjungan Timor Timur didirikan setelah bergabung ke Indonesia dan menjadi provinsi ke 27. Namun, setelah Timor Timur berpisah dengan NKRI, anjungan Timor Timur kemudian menjadi Museum Timor Timur.

Pada tahun 2008, mulai dibangun anjungan terpadu, yang isinya adalah provinsi baru hasil pemekaran wilayah di Indonesia. Anjungan untuk beberapa provinsi baru ini hanya dapat disediakan dalam lahan yang terbatas karena sulitnya penambahan luas TMII sendiri. Anjungan Provinsi Kepulauan Riau, Banten, dan Sulawesi Barat, harus berdiri berdampingan dalam satu areal seluas hampir 1.000 meter persegi. Sebaliknya, anjungan Kalimantan Tengah yang didirikan sejak TMII berdiri, berada di areal cukup luas, lebih dari 500 meter persegi, lengkap dengan rumah panjang khas suku dayak. Hingga awal tahun 2023 ini, TMII telah memiliki 33 anjungan khas daerah.

Anjungan Aceh

Anjungan Provinsi Aceh menampilkan dua rumah adat sebagai sebagai bangunan induk, lumbung padi (kueng pade), penumbuk padi (jeungki), tempat kumpul (bale), langgar (meunasah), panggung pergelaran, pesawat Dakota RI 001 Seulawah, toko cendera mata, dan bangunan kantor.

Bangunan induk pertama adalah rumah adat Aceh Besar (rumoh Aceh), berupa rumah panggung 2,5 sampai 3 meter di atas tanah. Rumah ini terbuat dari kayu dan ditopang empat deret tiang kayu bulat yang berjarak sama sehingga membentuk segi empat. Bangunan induk kedua adalah rumah asli pahlawan Aceh, Cut Meutia, yang dipindahkan dari tempat asalnya ke TMII. Rumah bersejarah ini masing anggun dan berdiri kokoh meski telah berumur 190 tahun.

Pesawat terbang Dakota dengan nomor RI 001 Seulawah, sumbangan rakyat Aceh sebagai bukti ikut dalam perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan, dipajang di halaman anjungan.

LITBANG KOMPAS/SHANTY YULIA

Replika pesawat Dakota RI-001 Seulawah di tengah-tengah Anjungan Pemerintah Aceh, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Jumat, 2 Desember 2022. Pembelian pesawat Dakota ini didanai oleh masyarakat Aceh pada tahun 1948.

Anjungan Bengkulu

Saat masuk ke halaman Anjungan Bengkulu, terlihat replika bunga raflesia yang menjadi lambang dan kebanggaan rakyat Bengkulu. Di anjungan ini terdapat tiga rumah adat, yaitu rumah bangsawan (Rumah Gedang), dan dua jenis rumah rakyat biasa. Ketiganya merupakan rumah panggung yang dibangun di atas tiang setinggi dua meter dari permukaan tanah. Rumah Gedang dibangun lebih besar dari rumah rakyat biasa serta diberi hiasan ukiran di bagian depan dan sisi rumah.

Anjungan Jambi

Anjungan Jambi ini menyajikan rumah adat Melayu, rumah betiang atau rumah sepucuk jambi sembilan lurah, yang mulai dibangun April 1974 dan diresmikan setahun kemudian. Pada tahun 1979, dibangun sebuah panggung berbentuk perahu angsa, perahu tradisional daerah Jambi, dinamakan kajang lako. Dibelakang rumah betiang terdapat bangunan berupa lumbung (blubur), yakni tempat hasil pertanian beserta peralatannya, sedang disampingnya berdiri bangunan balai yang digunakan untuk kantor pengelola anjungan dan ruang pameran berbagai jenis hasil alam, industri, serta kerajinan kayu dari 10 kabupaten/kota.

LITBANG KOMPAS/SHANTY YULIA

Patung harimau di samping rumah adat Melayu rumah betiang atau rumah sepucuk jambi sembilan lurah di Anjungan Jambi, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Kamis, 19 Januari 2023.

Anjungan Riau

Masuk ke dalam kompleks anjungan, pengunjung disambut gapura bercorak khas Melayu, merupakan replika Gapura Istana Kerajaan Riau Lingga. Di sekitar halaman anjungan terdapat patung satwa liar, seperti harimau dan beruang, serta sebuah replika kilang minyak sebagai gambaran lingkungan alam. Anjungan ini menampilkan empat buah bangunan adat, yakni balai selasar jatuh tunggal, rumah Melayu atap limas, rumah Melayu atap kajang, dan rumah Melayu atap lontik.

Anjungan Sumatera Barat

Di dalam anjungan ini terdapat lima bangunan adat, yakni rumah besar (rumah gadang), balai adat (balairung), lumbun padi (rangkiang), dan surau, yang merupakan rumah adat Minangkabau; serta rumah adat Mentawai. Selain itu, terdapat bangunan pendukung, yakni rumah untuk kantor, kantin, dan panggung pertunjukkan (medan nan bapeneh) tempat menggelar berbagai seni daerah pada hari Minggu dan hari libur.

KOMPAS/PRIYOMBODO

Pengunjung berfoto dengan mengenakan kostum adat Padang di anjungan Sumatera Barat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta, Rabu, 4 Mei 2022. Pengunjung tetap antusias mengunjungi TMII, meski obyek wisata itu masih dalam proses revitalisasi dan ada pembatasan jumlah pengunjung perharinya.

Anjungan Sumatera Selatan

Anjungan Sumatera Selatan menampilkan tiga bangunan rumah adat, yakni rumah limas, rumah ulu, dan rumah rakit, masing-masing mewakili suku bangsa Palembang, suku di pedalaman, dan penduduk yang tinggal di wilayah perairan sungai.

Anjungan Sumatera Utara

Anjungan ini menampilkan enam rumah adat: rumah bolon, Batak Simalungun, jabu bolon Batak Toba, siwaluh jabu Batak Karo, rumah Batak Pak-Pak Dairi, Nias, dan rumah Melayu. Pintu gerbang anjungan berwujud gapura bertuliskan horas mejuha juha (selamat datang).

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Wisatawan menikmati liburan mengelilingi Anjungan Sumatera Utara di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Jumat, 25 Desember 2015. Rumah adat Nusantara yang dikumpulkan di TMII menjadi daya tarik wisatawan saat liburan.

Anjungan Kalimantan Barat

Anjungan Kalimantan Barat menampilkan tiruan Istana Kadriah (istana sultan Pontianak), rumah betang atau rumah panjang (rumah adat Suku Dayak), tiruan Tugu Khatulistiwa, ulambu (bangunan kecil untuk menyimpan peti mayat/lungun) beserta sanding atau toras (tonggak kayu balian sebagai tempat penguburan tengkorak dan tulang manusia yang telah meninggal), serta miniature bandong dan lanting atau rumah perahu (perahu yang juga menjadi rumah tinggal).

Anjungan Kalimantan Timur

Anjungan ini menampilkan rumah lamin dari suku Dayak Kenyah sebagai bangunan induk, lumbung padi (kerangking), tempat penyimpanan mayat (lungun), bangunan panggung, dan sejumlah patung suku Dayak Bahau.

Anjungan Kalimantan Tengah

Anjungan Kalimantan Tengah menampilkan rumah panjang (rumah betang) yang begitu panjang dan besar, balai adat yang unik, dan berbagai koleksi bendar budayanya. Rumah betang merupakan rumah tempat tinggal untuk beberapa keluarga suku Dayak Ngaju, Ot Danum, Ma’anyan, dan Lawangan (penduduk asli Kalimantan Tengah) yang dibangun di atas tiang setinggi lima sampai tujuh eter dari permukaan tanah. Kepala betang dipilih sebagai pemimpin untuk mengatur kehidupan bersama berdasarkan peraturan yang telah disepakati.

Anjungan Kalimantan Selatan

Anjungan Kalimantan Selatan menampilkan rumah bumbungan tinggi atau rumah lambung mangkurat, yakni rumah adat suku Banjar yang sudah dikena sejak masa Sultan Suriansyah pada abad ke-16. Rumah bubungan tinggi ini bentuknya tinggi dan memanjang ke depan. Lantainya dibuat berjenjang, semakin meninggi pada bagian tengah bangunan di bawah bubungan, lalu menurun lagi ke belakang. Tangga rumah ada dua, terletak di depan dan dibelakang. Seluruh bangunan menggunakan bahan dari kayu.

LITBANG KOMPAS/SHANTY YULIA

Tampilan rumah bubungan tinggi atau rumah lambung mangkurat, yang merupakan rumah adat Suku Banjar dari Kalimantan Selatan, setelah dipercantik dalam proses revitalisasi TMII, Kamis, 2 Februari 2023. Pembatas rumah adat juga dihilangkan untuk mencerminkan keterbukaan, sehingga ke-Bhinneka Tunggal Ika-annya terlihat nyata.

Anjungan Maluku

Anjungan Maluku menampilkan baileu dan rumah kepala desa (rumah raja atau rumah latu). Baileu merupakan bangunan peninggalan adat yang menggambarkan kebudayaan siwa-lima. Terdapat juga patung Martha Christina Tiahahu dan Pattimura atau Thomas Matulessy, juga patung proses pengolahan sagu melengkapi peragaan budaya Maluku.

Anjungan Sulawesi Utara

Anjungan Sulawesi Utara menampilkan dua rumah adat, yakni rumah pewaris (walewankoa) mewakili suku Minahasa dan rumah adat Bolaang Mongodow, yang dilengkapi dengan berbagai patung, seperti tokoh pejuang Bogani, penari cakalele, siow walian, patung anra, babirusa, dan burung maleo di halaman anjungan. Keadaan alamnya digambarkan melalui tiruan Gunung Kalabat, Danau Tondano, dan Danau Moat.

Anjungan Sulawesi Tengah

Anjungan Sulawesi Tengah menyajikan empat buah bangunan tradisional, yakni rumah souraja, rumah adat bangsawan suku Kaili; rumah adat suku To Lobo (tambi) dari Lone Selatan, lumbung padi (gambiri), dan sebuah bangunan kantor merangkap gerai seni.

Anjungan Sulawesi Tenggara

Anjungan Sulawesi Tenggara menampilkan bangunan induk tiruan Istana Sultan Buton (malige). Malige merupakan bangunan empat lantai di atas tiang segi empat. Bahan bangunan seluruhnya dari kayu ditautkan dengan pasak. Tiang depan terdiri atas lima buah berjajar ke belakang delapan deret, sehingga jumlah tiang keseluruhan 40 buah. Tiang tengah (tutumbu) menjulang ke atas, bermakna terus tumbuh. Jumlah deret tiang (yang umumnya terbuat dari kayu wala da) menunjukkan kedudukan si pemilik rumah.

Rumah dengan empat tiang samping, yang berarti rumah terdiri atas tiga ruangan, merupakan rumah rakyat biasa; rumah bertiang samping enam, berarti mempunyai lima ruangan, milik pegawai sultan atau anggota adat kesultanan Buton; sedangkan rumah dengan delapan tiang samping, berarti mempunyai tujuh ruangan, khusu kediaman Sultan Buton.

Anjungan Sulawesi Selatan

Anjungan Sulawesi Selatan menampilkan rumah adat Bugis, Makassar, dan rumah tradisional Toraja tongkonan yang dilengkapi dengan tiga buah lumbung padi serta model perahu pinisi. Rumah adat yang pertama adalah model istana raja yang dalam adat Bugis disebut saoraja, salassa, atau balla lompo dalam adat Makassar. Sedangkan tongkonan merupakan bangunan panggung persegi panjang yang terkenal  dengan atapnya berbentuk perahu layar atau tanduk kerbau.

LITBANG KOMPAS/SHANTY YULIA

Rumah Adat Toraja yang bernama “Tongkonan” merupakan salah satu rumah favorit pengunjung Anjungan Sulawesi Selatan, Kamis, 2 Februari 2023. Rumah ini menghadap ke utara dan merupakan ciri khas bangsawan.

Anjungan Bali

Anjungan Bali tampil dalam bentuk lingkungan perumahan tradisional Bali di atas tanah seluas 8.000 meter persegi, ditata dengan arsitektur tradisional yang bersumber pada Lontar Astha Kosala-Kosali yang didalamnya mengandung falsafah tri hita karana. Bangunan model puri, dibatasi tembok keliling (penyengker). Pintu gerbang berupa candi bentar diapit patung Hanoman dan Hanggada dari epos Ramayana sebagai penolak bala. Di depan candi bentar terdapat terdapat bale benggong yang bersantai sambil melihat suasana sekitar, sehingga letaknya lebih tinggi dan berbentuk panggung.

Anjungan Jawa Timur

Anjungan Jawa Timur menampilkan bangunan candi dan sejumlah rumah adat yang ditata dalam tiga halaman. Dua patung raksasa Kotbuta dan Angkatbuta, tiruan Candi Tahun dari gugus Penataran, dan patung Karapan Sapi ada di halaman pertama.

Di halaman kedua ada tiruan Tugu Pahlawan Surabaya, dan tiruan Menara Masjid Ampel Surabaya. Halaman ketiga melukiskan alam pedesaan dengan rumah tradisional tipe Ponorogo–rumah seorang kepala desa–sebagai bangunan induk, berarsitektur joglo, bagian rupa depan berupa pendhapa, dan bagian belakang terdiri atas sejumlah kamar dan dapur.

Anjungan Yogyakarta

Tiruan bagian Keraton Yogyakarta berupa ndalem pangeran (tempat tinggal putra raja), berbentuk joglo merupakan bangunan utama Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta di lahan seluas sekitar 8.000 meter persegi. Di depan gedung induk berdiri dua buah arca tiruan arca Cingkara Bala dan Bala Upata sebagai penolak bala.

Bangunan induk berbentuk joglo ini dilengkapi dua rumah pendamping (gandhok). Gandhok kiwa (gandok sebelah kiri) sebagai tempat gamelan dan kafetaria yang menyediakan makanan khas Yogyakarta: gudeg dan bakmi Jawa. Gandhok tengen (gandhok sebelah kanan) sebagai kantor dan kios cenderamata yang menyediakan hasil kerajinan khas daerah.

Anjungan Jawa Tengah

Anjungan Jawa Tengah menampilkan delapan bangunan tradisional, yakni Pendopo Agung sebagai bangunan utama, pringgitan, tajuk mangkurat, Sasono Suko, joglo pengrawit apitan, dara gepak, rumah adat Kudus, dan panggung terbuka Ojo Dumeh. Selain itu, di dalam anjungan ini ditampilkan juga bangunan miniatur Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Mendut.

Anjungan Jawa Barat

Anjungan Jawa Barat menampilkan bangunan utama berupa tiruan Kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon yang sekaligus menjadi pusat di anjungan Jawa Barat. Di samping itu, anjungan Jawa Barat menampilkan bangunan pelengkap keraton berupa bangunan untuk penyajian musik selamat datang (ajeng), pos penjagaan (lunjuk), yang difungsikan sebagai kantor, ruang tunggu (srimenganti), tempat salat (langgar alit), ruang pertemuan (jinem arum) yang difungsikan sebagai kantin dengan menjual makanan khas Jawa Barat, tempat tinggal para putri sultan (kaputren) yang difungsikan sebagai ruang audiovisual dan perpustakaan, tempat tinggal para putra sultan (kaputran) yang difungsikan sebagai wisma seni, serta rumah tradisional berbentuk rumah panggung dengan dinding anyaman bambu (bilik) lengkap dengan peralatan rumah tangga.

Anjungan Lampung

Anjungan Lampung menampilkan enam bangunan utama, yaitu rumah adat panggung (nuwou/lamban balak), balai adat (nuwou sessat), bangunan kantor (nuwou kattur), bangunan mess (pesanggrahan anjula), teater terbuka (bataiyan), dan Kantin Pondok Krakatau. Gerbang utama anjungan (lawang kuri) berarsitektur khas Lampung, di tengah hakaman terdapat ikon Provinsi Lampung, yakni menara siger.

Anjungan DKI Jakarta

Anjungan DKI Jakarta menampilkan bangunan modern berupa tiruan bagian bawah Monumen Nasional (Monas), yang aslinya berada di Lapangan Monas di depan Istana Merdeka. Bangunan ini terdiri atas dua lantai, masing-masing digunakan sebagai ruang pameran. Di Sanggar Krida Wanita Jaya Raya yang merupakan bagian dari anjungan Jakarta dibangun model rumah Betawi tipe joglo, berbentuk segi empat berukuran 7 x 15 meter di atas tanah 4.000 meter persegi. Bangunan di Sanggar Krida Wanita Jaya Raya ini difungsikan untuk tempat memeragakan hasil karya para ibu PKK dari lima wilayah di Jakarta.

LITBANG KOMPAS/SHANTY YULIA

Sepasang ondel-ondel betawi setinggi 4 meter ada di depan pintu masuk bangunan utama Anjungan DKI Jakarta, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis, 2 Februari 2022.

Anjungan Nusa Tenggara Barat

Anjungan Nusa Tenggara Barat menampilkan Istana Tua Sumbawa yang merupakan tiruan Istana Dalam Loka Samawa. Bangunan di atas tiang ini terbuat dari kayu jati, bertiang 100, bertiang dan beratap kembar. Meski hanya tiruan, Istana Dalam Loka Samawa ini dibuat sama dengan aslinya. Selain istana tua Sumbawa, terdapat pula bangunan pendukung, antara lain, tiga bangunan lumbung (samba atau pantek), susu Sasak yang unik, gedung pertemuan berarsitektur Mbojo (Bima), gapura, serta Bumi Gora untuk panggung pertunjukkan dan mushola dengan menara masjid Bima yang khas.

Anjungan Nusa Tenggara Timur

Singgah di Anjungan Nusa Tenggara Timur (NTT) pengunjung akan menyaksikan bermacam-macam rumah adat yang memamerkan benda-benda hasil budaya masyarakatnya. Bangunan paling besar berupa rumah adat Ende-Flores yang dimodernkan. Terdapat dua bangunan mengapit rumah adat Ende. Di sebelah barat berupa rumah adat Rote (uma tua) dari Kabupaten Rotendao. Di depan rumah adat Ende terdapat bangunan rumah adat yang mewakili Kabupaten Sumba, di Sumba Timur disebut uma mbatangu, sedang orang Sumba Barat menyebut uma kalada.

Anjungan Papua

Rumah kariwari suku Tobati-Enggros adalah model yang dipilih sebagai bangunan induk Anjungan Papua, selain rumah honay dari suku Dani. Rumah kariwari adalah rumah pemujaan suku Tobati-Enggros yang menghuni tepian Danau Sentani Kabupaten Jayapura, berbentuk limas segi delapan dengan atap kerucut. Bangunan lain adalah sili, yakni pemukiman suku Dani di lembah Baliem, pedalaman Papua; terdiri atas honay, yakni rumah beratap bulat seperti jamur untuk laki-laki, ebei honay untuk wanita, dan wanay honay untuk babi.

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Wisatawan Korea berfoto bersama Lampard, Suku Dani Papua, di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Minggu, 12 September 2010. Anjungan Papua salah satu anjungan yang banyak dikunjungi warga yang berlibur karena memiliki banyak keunikan.

Anjungan Banten

Anjungan Banten di TMII terdapat di daerah terpadu provinsi baru, diapit anjungan Bangka Belitung dan Maluku utara. Dibangun tahun 2008 dan diresmikan pada April 2009 oleh gubernur Provinsi Banten. Anjungan ini menampilkan bangunan utama berupa rumah berarsitektur Masjid Agung Banten Lama yang dibangun oleh Sultan Maulana Hasanudin pada tahun 1566. Bangunan ini berlantai dua, lantai dasar digunakan sebagai tempat peragaan dan pameran, sedangkan lantai atas difungsikan sebagai kantor. Bangunan ini berdenah segi empat dengan atap tingkat bersusun lima, dinel dengan istilah atap tumpang, dua tingkat teratas sama runcingnya, dan pada bagian depan sebelah kanan terdapat replika menara yang tingginya sekitar 10 meter berbentuk mercusuar. Di dalam bangunan ini dipamerkan berbagai benda budaya dan sejarah Banten, antara lain pakaian adat, alat musik tradisional, peralatan rumah tangga, senjata tradisional dan berbagai kerajinan tangan.

Anjungan Bangka Belitung

Anjungan Bangka Belitung menampilkan bangunan induk berarsitektur rumah Melayu yang banyak dijumpai di Pulau Bangka maupun Pulau Belitung. Di dalamnya dipamerkan berbagai benda budaya dan sejarah, antara lain, pakaian adat, alat kesenian, peralatan rumah tangga, dan berbagai hasil kerajinan tangan.

Anjungan Kepulauan Riau

Anjungan Kepulauan Riau menampilkan bangunan bergaya arsitektur rumah belah bubung (bubungan) atau rumah rabung. Di tempat asalnya, rumah belah bubung berbentuk panggung yang berdiri diatas tiang dengan ketinggian lantai yang mencapai 2 meter dari atas tanah, dan atapnya berbentuk perisai, berbubungan lurus yang di bagian atapnya berbentuk pelana dengan hiasan pada listplank. Fungsi dari belah bubung yang sebenarnya adalah untuk rumah tinggal terdiri atas ampat bagian, yaitu selasar, ruang induk, ruang penghubungng dapur dan dapur. Di TMII rumah ini lebih berfungsi sebagai tempat pameran dan peragaan koleksi benda-benda budaya dan produk unggulan. Benda-benda yang dipamerkan berupa peninggalan bersejarah, pakaian adat, alat musik dan kerajinan tradisional.

Anjungan Maluku Utara

Rumah adat suku bangsa Sahu yang mendiami wilayah Halmahera Barat menjadi rumah adat yang ditampilkan di anjungan Maluku Utara. Rumah Sasa’du berbentuk rumah panggung yang ditopang sejumlah tiang dan dinding dari kayu, bertangga dua terletak di sisi kiri dan kanan, beratap daun ijuk serta di kolongnya terdapat dego-dego (dipan bambu) untuk pertemuan. Rumah ini digunakan untuk memamerkan aspek budaya Maluku utara seperti Pakaian adat, alat musik tradisional, benda-benda tradisional, makanan khas, hasil bumi dan berbagai hasil kerajinan tangan.

Anjungan Gorontalo

Anjungan Gorontalo sendiri menampilkan bangunan berarsitektur rumah adat Ma’lihe, berartio mahligai yang dianggap mewakili rumah adat Gorontalo. Tempat tinggal orang Gorontalo umumnya berbentuk rumah malihe atau potiwoluya, yakni rumah panggung berbentuk bujur sangkar atau persegi empat yang didirikan diatas tiang dengan ketinggian antara 1 sampai 4 meter. Atapnya berbentuk persegi panjang, dilihat dari depan atap (watopo) berbentuk segitiga dan dari samping berbentuk jajar genjang. Bahan atap pada umumnya daun rumbia, sedangkan dinding rumah berbahan bambu yang dibelah dan dianyam. Setiap kamar berjendela, yang terdiri dari tempat tidur, serambi, ruang dapur, dan ruang tamu. Di atas pintu terdapat ukiran yang memiliki makna tertentu.

Anjungan Sulawesi Barat

Di TMII anjungan Sulawesi Barat menampilkan rumah adat Mandar (rumah adat Mamuju) dilengkapi bangunan semacam bale (bandara raja) dan model perahu layar (sandeq) sebagai simbol Sulawesi Barat. Bangunan rumah adat ini biasanya disebut salassa atau rumah raja sebagai rumah induk. Letak anjungan terletak di kawasan anjungan terpadu provinsi baru, diapit oleh anjungan Papua barat dan Kepulauan Riau, yang dibangun pada tahun 2008 dan diresmikan pada 18 April 2009 oleh gubernur Provinsi Sulawesi Barat. Rumah adat ini digunakan untuk pameran dan peragaan aspek budaya seperti pakaian adat dan benda-benda hasil kerajinan tangan.

Anjungan Papua Barat

Provinsi papua barat membangun anjungannya di TMII dengan menampilkan bangunan bercorak arsitektur Manokwari. Rumah adat ini pada dasarnya merupakan rumah panggung yang ditopang oleh begitu banyak tiang atau kaki, baik bertiang pendek maupun bertiang tinggi. Di tempat aslinya, rumah adat ini terbuat dari kayu dan daun sagu atau daun jerami sebagai atapnya. Biasanya rumah ini tertutup tanpa jendela dan hanya memiliki dua pintu, depan dan belakang. Semakin jauh ke pedalaman, tiang-tiangnya semakin tinggi, bisa mencapai empat meter. Tiang tinggi yang berjumlah banyak itu, digunakan untuk melindungi diri dari musuh atau ancaman orang-orang berilmu hitam yang berniat jahat (Swanggi). Nama asli rumah tradisional suku bangsa Arfak ini disebut Mod Aki Aksa atau Lgkojei, namun orang awam menyebutnya “Rumah Kaki Seribu”. Saat ini jumlahnya semakin berkurang, terutama di kampong-kampung yang tersebar di pinggiran distrik pedalaman di bagian tengah pegunungan Arfak.

LITBANG KOMPAS/SHANTY YULIA

Anjungan Provinsi Papua Barat dan Sulawesi Barat, berjajar bersama lima anjungan lainnya dalam area anjungan terpadu. Area ini mulai dibangun tahun 2008, menyusul pemekaran wilayah di beberapa daerah di Indonesia.

SNT

Logo Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

Maskot dan Logo Taman Mini Indonesia Indah

Maskot TMII berupa tokoh epos Ramayana, yakni Anjani Putra, yang disingkat NITRA, adalah nama lain Sang Hanoman. Tokoh NITRA menjadi ikon TMII dan berperan sebagai sarana pengenal yang mempunyai makna informatif agar mudah diingat dan lekat dihati. Penggunaan maskot NITRA diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto bertepatan dengan ulang tahun ke-16 TMII pada 20 April 1991.

Pada 26 September 2007, diluncurkan logo baru TMII. Logo menggunakan empat warna dasar, yakni merah, biru, kuning, dan hijau, dengan pencitraan grafis huruf dan warna. Merah melambangkan semangat, biru mencitrakan geografis Indonesia sebagai negara kepulauan, kuning lambang kekayaan dan keragaman budaya, dan hijau mengacu pada kekayaan alam.

Motif logo menggunakan huruf lengkung untuk menggambarkan kedinamisan, keraaman budaya, dan kekayaan alam Indonesia. Pewarnaan dari merah “t” menuju ke kuning “i” mengandung filosofi pergerakan terbit sampai terbenamnya matahari, warna biru adalah waktu saat beraktivitas dari kedinamisan, dan warna hijau adalah pencapaian dari sebuah kemakmuran. Grafis bulatan yang berputar tiada henti di atas kedua huruf “i” melambangkan kesatuan makna dari kata “Indonesia” dan kata “Indah”, serta melambangkan TMII sebagai tujuan terbaik untuk melihat lebih dekat keindahan dan kekayaan budaya dan alam Indonesia.

LITBANG KOMPAS/SHANTY YULIA

Patung maskot TMII yang merupakan tokoh epos Ramayana, yakni Anjani Putra, yang disingkat Nitra, di depan anjungan Provinsi Jambi. Anjani Putra adalah nama lain dari Hanoman, kera putih gagah perkasa sakti mandraguna yang berjuang membela dan menegakkan kebenaran.

Museum di TMII

Terdapat 17 museum yang dibangun di taman mini, antara lain, Museum Indonesia, Museum Asmat, Museum Pusaka, Museum Fauna Indonesia Komodo dan Taman Reptil, Museum Hakka Indonesia dan Museum Batik Indonesia. Dua museum terakhir adalah museum terbaru yang dibangun pada tahun 2011 dan 2014. Museum-museum di TMII dikelola unit-unit di bawah kementerian, lembaga dan bumn.

Museum Indonesia

Melalui Filosofi Tri Hita Kirana, seorang Arsitek bernama Ida Bagus Tugur mengembangan museum tersebut dalam bentuk bangunan bergaya Bali yang terdiri dari tiga lantai. Filosofi tersebut menjelaskan adanya tiga sumber kebahagiaan manusia, yakni hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan lingkungannya serta manusia dengan Tuhan.

Museum ini dibangun tahun 1976 dan diresmikan pada 1980. Museum ini berfungsi sebagai tempat pameran tetap dengan pemaparan benda koleksinya yang terbagi kedalam 3 tema. Lantai 1, bertemakan Bhinneka Tunggal Ika yang menampilkan keanekaragaman pakaian adat dan pakaian pengantin. Lantai 2, bertemakan manusia dan lingkungan sedangkan lantai 3, bertemakan seni dan kriya yang menampilkan hasil seni garapan dan seni ciptaan baru.

Museum juga dilengkapi dengan fasilitas Bale Panjang, Bale Bundar, dan bangunan Soko Tujuh yang dapat disewa oleh masyarakat umum untuk keperluan pesta pernikahan, seminar, maupun pertemuan.

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Pengunjung melihat beragam kerajinan perunggu tradisional koleksi Museum Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Jumat, 8 Januari 2020.

Museum Asmat

Gedung museum dengan luas bangunan 6.500 meter persegi ini mencontoh model rumah kariwari, yaitu rumah pemujaan suku Tobati Enggros penduduk asli di tepi Danau Sentani, Papua, namun dikembangkan menjadi bangunan berarsitektur modern. Gedung terdiri atas tiga bangunan utama dan dua bangunan penghubung yang masing-masing berbentuk kerucut tiga setinggi 25 meter berbahan GRC dan pada permukaannya diberi kesan daun rumbia. Di berbagai bagian bangunan diberi ragam hias dengan warna khas Asmat, yakni merah, putih dan hitam.

Ketiga bangunan utama digunakan untuk ruang pameran tetap koleksi museum, dengan tiga tema. Tema bangunan pertama Manusia dan Lingkungannya, tema bangunan kedua Manusia dan kebudayaannya, dan tema bangunan ketiga Manusia dan Hasil Kreatifitasnya. Sedangkan dua bangunan penghubung sebagian dimanfaatkan untuk ruang pameran tetap dan sebagian lagi untuk ruang administrasi, serta ruang pimpinan museum.

Museum Pusaka

Museum pusaka berada di jalur selatan antara Museum Keprajuritan Indonesia dan Museum Serangga, berupa bangunan khas karena di atas atapnya terdapat bentuk keris yang menjulang. Luas bangunannya 1.535 m2. Pembangunannya dimulai pada tanggal 1 September 1992 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 20 April 1993. Pada awalnya, koleksi museum pusaka merupakan koleksi pribadi Mas Agung, kemudian dihibahkan oleh Dra. Hj. Sri Lestari Mas Agung kepada Hj. Siti Hartinah Soeharto selaku ketua Yayasan Harapan Kita. Setelah ditambah dengan pembelian, Museum Pusaka memiliki koleksi senjata tradisional paling lengkap, mewakili 26 provinsi di Indonesia. Museum pusaka dibangun dengan tujuan melestarikan, merawat, mengumpulkan, serta menginformasikan benda-benda budaya yang berupa senjata tradisional kepada generasi penerus agar merasa bangga terhadap bangsanya dan dapat dimanfaatkan bagi yang ingin melakukan studi penelitian mengenai senjata.

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Pengunjung melihat pusaka koleksi Museum Pusaka Indonesia di kompleks Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Kamis, 3 Januari 2013. Museum ini menyimpan sekitar 5.000 pusaka yang sebagian besar berupa senjata tradisional dari sejumlah daerah.

Museum Timor Timur

Awalnya Museum Timor Timur adalah Anjungan Daerah Timor Timur yang dibangun tahun 1979 dan diresmikan 20 April 1980. Setelah Provinsi Timor Timur berpisah dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan membentuk negara sendiri, anjungan ini menjadi suatu monumen dan menjadi tanggung jawab pengelola TMII. Sebagai monumen, Anjungan Timor Timur kemudian berstatus museum di bawah pengelolaan Istana Anak Anak Indonesia.

Museum seluas 4.988 meter persegi menampilkan rumah penduduk Los Palos, yang terdiri dari sebuah bangunan utama dan beberapa bangunan pendukung. Bangunan utama disebut uma lautem atau dagada, berupa rumah panggung dengan atap berlapis ijuk, berdinding kayu, dilengkapi dengan banyak jendela. Di dalamnya dipamerkan barang-barang khas Timor Timur, seperti peralatan makan, busana adat, senjata tradisional, anyaman dari daunt al, keramik atau manatutu, kain tenun khas Timor Timur (tais), aneka keong dari Pulau Atauro dan foto-foto keindahan alamnya.

Museum Penerangan dan Informasi

Museum penerangan mengumpulkan, mempelajari, menggelar dan merawat objek sejarah penerangan dan komunikasi, sekaligus merupakan media komunikasi massa keenam setelah tatap muka, radio, TV, film dan pers. Museum ini menempati lahan seluas 10.850 meter persegi dengan luas bangunan 3.980 meter persegi. Didirikan atas prakarsa Ibu Tien Soeharto dan diresmikan pada tanggal 20 April 1993 oleh Presiden Soeharto. Bangunan museum berbentuk bintang bersudut lima yang melambangkan Pancasila dan lima unsur penerangan. Di halaman depan terdapat tugu yang menyangga lambang penerangan ‘Api nan Tak Kunjung Padam’, dikelilingi oleh lima patung juru penerang serta air mancur, pertemuan air dari atas tugu dengan air yang memancar dari bawah melambangkan hubungan timbal balik antara pemerintah, masyarakat dan media masa. Bangunan terdiri dari tiga lantai, melambangkan kehidupan masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Puncak gedung berbentuk silinder, mencitrakan kenthongan sebagai unsur penerangan tradisional, menyangga menara antenna sebagai unsur modern.

Pameran ditata di luar dan di dalam gedung, yang secara keseluruhan menggambarkan sejarah penerangan sejak pergerakan nasional hingga masa Indonesia modern. Koleksi di luar gedung atara lain empat mobil siaran luar Televisi Republik Indonesia (TVRI), mobil panggung penerangan, mobil unit Sinerama PFN, mobil siaran luar Radio Republik Indonesia (RRI), serta mobil siaran luar TVRI pertama untuk meliput Asian Games IV di Jakarta tahun 1962, yang tercatat sebagai awal berdirinya TVRI dan mesin cetak tiga zaman.

Museum Hakka Indonesia

Gedung Museum Hakka Indonesia terdapat 3 ruangan pamer, masing-masing untuk Museum Tionghoa Indonesia, Museum Hakka Indonesia dan Museum Yongding Hakka Indonesia. Sejarah Hakka Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah Tionghoa Indonesia, maka logislah bila dalam gedung Museum ini diperkenalkan terlebih dahulu sejarah Tionghoa Indonesia.

Orang Hakka Yongding Indonesia tidak sedikit jumlahnya, mereka banyak berkecimpung di bidang usaha obat-obatan/farmasi. Leluruhur mereka bermukim di bangunan bundar yang disebut ‘Tulou’ di pegunungan Fujian. Bangunan Tulou memiliki keunikan tersendiri, oleh sebab itu salah satu dari mereka, yakni ‘Zheng Cheng lou’ dijadikan contoh pola Museum Hakka Indonesia ini.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta Ny Ani Yudhoyono mengamati tandu yang menjadi koleksi Museum Hakka setelah peresmian museum tersebut di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Sabtu, 30 Agustus 2014. Museum Hakka dibangun di atas tanah seluas 45.000 meter persegi dan menghabiskan biaya sekitar Rp 36 miliar. Museum ini menampilkan sejarah serta peninggalan suku Hakka dan etnis Tionghoa di Indonesia.

Museum Prangko Indonesia

Museum Prangko dihiasi sejumlah ukiran dan patung gaya Bali dan Jawa, dikelilingi pagar tembok dengan dua pintu gerbang yang mengambil model dasar candi bentar. Di sayap kanan dan kiri terdapat dua bangunan dengan luas masing-masing 402 meter persegi. Sayap kanan digunakan untuk kantor pengelola dan tempat pertemuan, sedangkan sayap kiri untuk kantor pos. Museum ini memamerkan koleksi aneka prangko Indonesia dan prangko luar negeri. Bangunan seluas 9.590 meter persegi diresmikan oleh pada tanggal 29 September 1983.

Museum Keprajuritan Indonesia

Museum Keprajuritan Indonesia berbentuk benteng bersegi lima dikelilingi perairan. Perairan sekeliling benteng ini menggambarkan negara kepulauan dengan doktrin Wawasan Nusantara. Museum ini dibangun diatas lahan 4,5 hektar dengan luas bangunan 7.545 meter persegi dan diresmikan pada tanggal 5 Juli 1987.

Di setiap sudut bangunan terdapat menara pengintai atau bastion, menyiratkan kewaspadaan nasional. Dua kapal tradisional, yaitu kapal Banten dan kapal Pinisi dari Sulawesi Selatan bersandar di danau, melambangkan kekuatan maritim dari barat sampai ke timur.

Museum Fauna Indonesia Komodo & Taman Reptil

Museum fauna Indonesia “Komodo” adalah museum yang bertemakan dunia satwa Indonesia dalam bentuk awetan. Bangunan museum sangat unik karena ruang pameran berbentuk Komodo, jenis reptil purba yang hidup di habitat aslinya Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Museum ini didirikan di atas lahan 10.120 meter persegi dengan luas bangunan 1.500 meter persegi, dibangun mulai tanggal 1 Oktober 1975 sampai dengan 1 Juli 1976, dan diresmikan pada tanggal 20 April 1978.

Museum Komodo sangat cocok untuk pengunjung usia anak-anak dan pelajar guna melihat kekayaan fauna Indonesia yang disajikan dalam bentuk diorama yang menarik. Tak kurang dari 150 jenis binatang yang sudah diawetkan, diperagakan dalam ruang-ruang kaca di gendung berlantai dua tersebut. Pameran keanekaragaman fauna dari kepulauan Nusantara ini disajikan berdasarkan kelompok persebarannya, yakni dari daerah barat ke timur dan dari pantai ke pegunungan. Dari barat ke timur menunjukan persebaran hewan dari Sumatera sampai Papua, sedangkan dari pantai ke pegunungan menunjukan habitatanya, yakni tempat dimana satwa tersebut hidup.

Museum Serangga dan Taman Kupu

Museum Serangga didirikan atas prakasa pengurus Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) dan Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) dengan restu Ibu Tien Soeharto. Tujuan utama dari museum ini adalah memperkenalkan keanekaragaman dunia serangga dan merangsang keinginan serta kepedulian masyarakat terhadap peran dan potensinya di alam.

Museum ini menempati areal seluas 500 meter persegi mengambil bentuk tubuh belalang dan diresmikan pada tanggal 20 April 1993. Pada tahun 1998 atas bantuan Dr. Soedjarwo melalui Yayasan Sarana Wana Jaya, museum serangga menambah fasilitas baru berupa Taman Kupu beserta kebun pakan, kandang penangkaran dan pelestarian kupu-kupu yang dilindungi dan langka. Seluruh koleksi yang ada di museum Serangga & Taman Kupu ini berasal dari kepulauan Indonesia.

Museum Serangga & Taman kupu memiliki sekitar 600 jenis, terdiri dari 250 jenis kupu–kupu, sekitar 200 jenis kumbang dan kelompok serangga lainnya sekitar 150 jenis.

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Pengunjung melihat spesimen aneka ragam kupu-kupu asli Indonesia di Museum Serangga dan Taman Kupu-kupu di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Rabu, 23 Juni 2010. Taman kupu-kupu tersebut tidak hanya berfungsi sebagai media penelitian bagi mahasiswa, tetapi sekaligus menjadi tempat koleksi ribuan kupu-kupu.

Museum Minyak dan Gas Bumi 

Museum Minyak dan Gas Bumi “Graha Widya Patra” (Gawitra) adalah museum yang dibangun untuk menandai peringatan 100 tahun industry minyak dan gas bumi Indonesia. Gagasan pendiriannya lahir ketika pembukaan upacara Konvensi Tahunan ‘Indonesia Petroleum Association’ ke-14 pada tanggal 8 Oktober 1985. Pembangunan fisiknya dilakukan pada tahun 1987. Akhirnya, berkat usaha dan sumbangan masyarakat perminyakan Indonesia demi melestarikan dan mewariskan nilai-nilai juang kepada generasi penerus untuk meningkatkan ilmu dan teknologi, museum ini resmi dibuka pada tanggal 20 April 1989.

Museum Listrik dan Energi Baru

Museum Listrik dan Energi Baru (MLEB) adalah museum sains yang memperagakan koleksi tentang energi dan listrik. Rancang bangunnya mengacu pada konsep arsitektur berbentuk tapak struktur atom, yaitu satu proton dikelilingi oleh tiga elektron. Ini diaplikasikan dalam bentuk Anjungan Listrik yang dikelilingi tiga bangunan lain, yakni Anjungan Energi Baru, Anjungan Energi Fosil, dan Anjungan Energi Konvensional.

Berbagai koleksi peragaan disajikan menggunakan teknologi modern yang interaktif sehingga pengunjung dapat mempraktekkan sendiri peraganya seperti peragaan seri paralel, peragaan menghasilkan arus listrik dari buah-buahan, pensil, koin dan dari magnet.

Museum Transportasi

Museum Transportasi adalah museum milik Kementrian Perhubungan yang bertujuan mengumpulkan, memelihara, meneliti, memamerkan bukti sejarah dan perkembangan transportasi, serta perannya dalam pembangunan nasional. Museum ini berdiri diatas lahan seluas 6,25 hektar. Pemancangan tiang pertama dilakukan pada tanggal 14 Februari 1984, sedang pembangunannya dimulai pada tahun 1985 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1991.

Museum ini menampilkan berbagai moda transportasi yang mengandung nilai sejarah dan perannya dalam perjuangan bangsa. Keberadaan museum ini juga dimaksudkan untuk memberikan informasi sekaligus sebagai tempat rekreasi yang edukatif.

Pameran diselenggarakan di dalam dan di luar ruangan. Pameran di dalam ruang dibagi menjadi beberapa tempat yang seolah-olah merupakan bangunan tersendiri yang disebut dengan modul, terdiri atas modul pusat, modul darat, modul laut dan modul udara, baik dengan benda asli, tiruan, miniatur, foto, maupun diorama.

Bayt Al Quran & Museum Istiqlal

Bayt Al-Qur’an dan museum Istiqlal (BQ & MI) merupakan kesatuan dari dua lembaga yang berbeda. Bayt Al-Qur’an yang berarti rumah Al-Qur’an dengan materi pokok berupa peragaan yang berkaitan dengan Al-Qur’an, sedangkan Museum Istiqlal menampilkan hasil-hasil kebudayaan Islam Indonesia.

Tempat ini berada di atas sebidang tanah dengan luas 20.013 meter persegi yang dibuka untuk umum bersamaan dengan saat peresmian pada tanggal 20 April 1997. Museum ini mempunyai tujuan untuk menampilkan Islam sebagai pemersatu bangsa dari berbagai etnik di Indonesia dengan menampilkan ajaran budaya Islam Indonesia yang berkualitas dan kreatif. Menampilkan wajah Indonesia yang mempunyai penduduk muslim terbesar di dunia dalam percaturan internasional melalui kajian sejarah perkembangan ajaran Islam dan implementasinya dalam seni dan budaya.

Karya-karya unggulan para ulama dan intelektual muslim Nusantara sejak abad ke-17 sampai ke-20 yang bernilai historis dapat disaksikan disini. Warisan budaya berupa musyaf, manuskrip Al-Qur’an, arsitektur, seni rupa Islami yang memiliki keindahan seni juga tersimpan.

Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP IPTEK)

Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan (PP IPTEK) dibangun di atas lahan seluas 42.300 meter persegi, dengan luas bangunan 24.000 meter persegi. PP IPTEK ini menyajikan berbagai peragaan tentang apa, mengapa dan bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi diciptakan, dan di manfaatkan untuk kehidupan manusia.

Alat peraga dan penyajian dibuat menyenangkan dan menghibur. Ada sekitar 250 alat peraga yang bisa disentuh, dipegang, dan dimainkan. Peralatan itu disiapkan untuk anak-anak dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Beberapa alat peraga yang menantang antara lain sepeda layang, roket air, try science, generator van de graft, dan simulator gempa bumi.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Pengunjung menikmati beragam alat peragaan ilmu pengetahuan dan teknologi di Pusat Peraga (PP) Iptek Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Selasa, 29 Mei 2018. Penyajian berbagai aspek iptek secara menarik dan praktis menjadi nilai tambah PP Iptek sebagai wahana hiburan, pertunjukan, sekaligus pendidikan bagi siswa sekolah dan masyarakat umum.

Museum Purna Bakti Pertiwi

Bermula dari gagasan Ibu Tien Soeharto dalam upaya mengungkap rasa syukur dan penghargaan yang tinggi atas peran serta dan dukungan masyarakat Indonesia dn mancanegara, serta keinginan beliau agar koleksi barang-barang keluarga Pak Harto termasuk cenderamata yang diperoleh dari para sahabat dan kenalannya selama masa pengabdiannya kepada nusa dan bangsa dapat dinikmati oleh Masyarakat luas.

Dibangun oleh Yayasan Purna Bhakti Pertiwi selama 5 tahun 26 Desember 1987 hingga 26 Desember 1992 di atas areal seluas 19,73 hektar dan diresmikan pembukaannya pada tanggal 23 Agustus 1993 yang dipersembahkan kepada seluruh rakyat Indonesia oleh keluarga Soeharto.

Bangunan Utama luasnya sekitar 2,5 hektar, terdiri atas satu bangunan kerucut utama dan empat kerucut sedang, berfungsi sebagai ruang pameran. Bangunan penunjang terdiri atas gerbang penerima, kios cenderamata, kafetaria, kantor pengelola, musholla, shelter, restoran, arena bermain untuk anak-anak dan sangkar burung merak putih berfungsi sebagai penunjang operasional MPBP.  Sedang tata ruang luar yang berfungsi sebagai area rekreasi dan penghijauan ini terdiri atas berbagai area taman dan tanaman langka khas Indonesia.

Museum Batik Indonesia

Museum Batik Indonesia mulai dibangun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2014 dan selesai di tahun 2018. Museum ini didirikan sebagai wujud tindak lanjut atas penetapan Batik Indonesia sebagai Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009. Pemerintah merasa perlu untuk mendirikan tempat pewarisan pengetahuan sekaligus budaya batik menjadi jati diri dan Identitas Bangsa Indonesia.

Bentuk dan denah bangunan Museum Batik Indonesia menyerupai lipatan kain yang disebut wiron. Pada bagian depan bangunan museum dihias dengan beberapa motif batik, salah satunya adalah motif Kawung. Saat ini pengelolaan museum ini berada dibawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Pengunjung melihat motif batik pada wahana layar sentuh di Museum Batik Indonesia, Jakarta, Rabu, 12 Oktober 2022. Museum Batik Indonesia yang berada di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bertepatan dengan Hari Museum Indonesia. Selain Museum Batik Indonesia, diluncurkan pula Museum Semedo di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, dan Museum Song Terus di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

Tempat Ibadah

Masjid Pangeran Diponegoro

Masjid Pangeran Diponogoro adalah rumah ibadah umat islam yang dapat digunakan oleh pengunjung maupun masyarakat sekitar untuk menjalankan ibadah salat dan kegiatan lain seperti perayaan hari besar, ceramah, kajian agama, dan belajar al-qur’an. Masjid ini berdiri di atas lahan 2.850 meter persegi dengan luas bangunan 760 meter persegi dan terdiri dari dua lantai. Lantai satu untuk para jamaah, tempat wudhu, kamar mandi, ruang tunggu, perpustakaan, gudang dan dapur; sedangkan lantai dua tempat imam, khatib, mihrab, serta menara berbentuk kubah berketinggian 26 meter untuk mengumandangkan adzan.

Pembangunannya di laksanakan tahun 1973 dan diresmikan tahun 1975 oleh Presiden Soeharto. Pangeran Diponogoro dipilih sebagai nama masjid karena pertimbangan untuk mengabdikan nama seorang tokoh pahlawan nasional yang sekaligus memimpin agama islam yang bersama masyarakat Yogyakarta gigih melawan penjajahan belanda.

LITBANG KOMPAS/SHANTY YULIA

Masjid Pangeran Diponegoro di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, 2 Februari 2023. Masjid ini dipadati pengunjung pada saat salat Jumat dan salat tarawih di bulan Ramadhan.

Gereja Katolik Santa Khatarina

Gereja Santa Chatarina adalah rumah tempat ibadah umat Katholik Roma. Letaknya bersampingan dengan Masjid Pangeran Diponogoro dan Gereja Kristen Haleluya, Gereja Santa Catharina dibangun tahun 1973 dan diresmikan tahun 1975 dengan luas bangunan 1.030 meter persegi di atas lahan seluas 2.860 meter persegi .

Bentuk bangunan gereja ini merupakan tiruan gereja katholik pertama di Indonesia, yaitu Gereja Santa Catharina di Surabaya. Nama Chatarina diambil dari nama tokoh suci perempuan yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk mempertahankan keyakinan dan meninggal sebagai martir karena ketaatannya terhadap Tuhan Yesus. Gaya arsitekturnya dipengaruhi gaya Roma kuno, tetapi atapnya memiliki ciri khas bangunan tradisional Jawa; tidak memiliki hiasan dekoratif, hanya jendela yang terbuat dari kaca diffuse bergambar salib. Garis – garis yang berkaitan dengan struktur atap mengesankan pengaruh Roma tersebut.

Gereja Kristen Protestan Haleluya

Gereja ini dibangun tahun 1973 dan diresmikan tahun 1975. Bangunan utama meliputi ruang pastori, ruang ganti, ruang sound, dan ruang paling besar untuk jemaat. Di samping kanan depan, menyatu dengan bangunan gereja, terdapat menara setinggi 20 meter yang pada puncaknya berornamen ayam jago, melambangkan kisah dari nats kitab Injil, bahwa sebelum Yesus disalibkan akan terjadi penyangkalan Petrus—salah seorang murid Yesus—sebelum ayam berkokok tiga kali. Di menara ini juga terdapat lonceng.

Arsitektur gereja ini merupakan campuran gaya Barat tahun 1930-an. Dinding bagian luar terbuat dari keramik berwarna putih. Di atas altar menghadap ke umat terdapat lukisan perjamuan kudus. Jendela terbuat dari kaca berlukiskan bunga tulip dan salib. Atap langit-langit terbuat dari kayu agar ruangan berkesan sejuk.

LITBANG KOMPAS/SHANTY YULIA

Gereja Kristen Protestan Haleluya di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Kamis, 2 Februari 2023. Selain kebaktian rutin di hari Sabtu dan Minggu, gereja ini juga digunakan untuk pemberkatan pernikahan, perayaan Paskah, Natal dan kegiatan retret.

Pura Hindu Dharma Penataran Agung Kertabumi

Arsitektur pura ini mengambil arsitektur pura di Bali, sedang bangunannya didasari oleh filasafat astha kosala kosali. Bangunan utama terdiri atas pintu gerbang utama Candi Bentar, Balai Gong dan Kul-Kul, Padu Rasa, dan altar tempat pemujaan (padmasana). Masing-masing bangunan memiliki fungsi tersendiri: gerbang utama sebagai pintu masuk pada saat upacara besar (yadnya), balai kul-kul untuk tempat kentongan, dan balai gong untuk tempat pertunjukkan kesenian.

Wihara Budha Arya Dwipa Arama

Bentuk bangunan rumah ibadah Budha ini mengambil pola stupa candi Borobudur. Stupa merupakan simbol bangunan tempat-tempat ibadah bagi umat Budha. Dengan lambang Cakra, Prapta Patina Suta, umat Budha akan selalu menyadari bahwa kehidupan manusia berputar seperti sebuah roda.

Klenteng Kong Miao

Kelenteng Kong Miao adalah rumah ibadah umat agaman khonghucu. Kompleks kelenteng ini terdiri tiga bangunan inti, yakni Tian Tan (Altar Suci), Da Cheng Dian (Kelenteng Nabi Agung) dan Qi Fu Dian (Kelenteng keberkahan). Bangunan pertama adalan Tian Tan berbentuk bundar melambang kesempurnaan (Tuhan) dan beratap tiga susun melambangkan Tian (Tuhan), atap paling atas; Ren (Manusia), atap tengah; dan Di (bumi atau alam semesta), atap paling bawah. di atas atap terdapat guci tempat meletakkan dupa (hiolo) berfungsi untuk bersembahyang kepada Tuhan.

Bangunan kedua, Dan Cheng Dian atau Kelenteng Nabi berbentuk bangunan empat persegi panjang bercirikan arsitektur khas tiongkok memiliki dua lantai. Lantai bawah digunakan untuk kantor dan perpustakaan, sedangkan lantai atas berisi altar Tuhan, altar Nabi dan tempat untuk kebaktian bangunan ketiga, Qi Fu Dian adalah kelenteng keberkahan, dimana di dalamnya terdapat altar untuk menghormati Para Suci (Spirit, Malaikat, Leluhur). Bangunan ini berbentuk bujung sangkar dengan luas 81 meter persegi ditopang delapan tiang. Pada atap bangunan terdapat simbol sepasang naga dan lambing agama konghucu. Di dalam kelenteng ini terdapat lilin-lilin yang berjajar serta buah-buah diletakkan dalam piring-piring yang berjajar serta altar untuk bersembahyang.

Sasana Adirasa Pangeran Samber Nyawa

Sasana Adirasa merupakan tempat ibadah kaum penghayat aliran kepercayaan dan kebatinan. Pangeran samber nyawa adalah tokoh bangsawan (priyayi) dari surakarta yang terkenal sangat sakti dan pandai mengatur siasat perang dan tidak mau bekerjasama dengan VOC. Nama aslinya Raden Mas Said, namun setelah perdamaian Salatiga dan diangkat menjadi raja Mangkunegaran bergelar KGPAA Mangku Negara I.

Bangunan seluas 1.621 meter persegi di atas lahan 3.080 meter persegi ini menghadap ke timur, berbatasan dengan Wihara, Anjungan Jawa Barat, dan Anjungan Jawa Tengah; dibangun tahun 1973 dan diresmikan tahun 1975. Konstruksi atap berbentuk meru, berbahan sirap, bersusun tiga dengan bagian akhir mencuat setinggi 16 meter. Sebagian dindingnya terbuat dari kayu jati berukir tembus (krawangan) artistik dekoratif, sedang separuh yang lain terbuat dari kaca sehingga terang dan terasa sejuk alami.

LITBANG KOMPAS/SHANTY YULIA

Sasana Adirasa Pangeran Samber Nyawa merupakan tempat ibadah kaum penghayat aliran kepercayaan dan kebatinan yang terletak di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, 2 Februari 2023.

Taman di TMII

Taman Prasasti APEC

Pertemuan negara-negara yang tergabung dalam Asia Pacific Economy Conference (APEC) yang diadakan di Bogor tahun 1994 memberi kesan mendalam bagi TMII. Dalam peristiwa itu, TMII dikunjungi oleh para first lady dari berbagai negara Asia-Pasifik pada acara Ladies Program APEC. TMII berkesempatan mengabadikan peristiwa itu dalam bentuk prasasti yang ditulisi nama dan tanda tangan para first lady, pendamping ketua delegasi negara dan kepala pemerintahan peserta konferensi. Prasasti yang terlindung dalam sebuah bangunan pendapa beratap joglo ini dinamakan Taman Prasasti APEC dan merupakan kenang-kenangan bagi TMII atas kunjungan para ibu negara dari negara-negara anggota APEC se-Asia Pasifik.

Monumen Persahabatan Negara Non Blok

Monumen ini dibangun pada tahun 1992, untuk mengenang semangat yang terkandung dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) X Gerakan Non Blok. Dalam monumen ini ditanam 108 pohon persahabatan dari berbagai jenis pohon yang dikenal di Negara asal penanamnya.

Monumen berbentuk bola dunia yang disangga air mancur dengan lima ekor burung merpati di tengahnya, melambangkan kebersamaan, perdamaian, dan semangat Negara-negara non-blok melaksanakan prinsip-prinsip dasar visi dan misi gerakan. Taman yang bentuknya menyerupai mata ini mengacu pada semangat kehidupan, karena mata dianggap sebagai refleksi cita-cita dan pandangan Gerakan Non Blok melihat jauh ke depan.

Taman Budaya Tionghoa Indonesia

Pembangunan taman ini dimulai di tahun 2006, di atas tanah seluas 4,5 hektar. Taman ini menyuguhkan konsep nuansa khas etnik Tionghoa. Filosofi keselarasan dan keseimbangan, yang memadukan unsur yin dan yang, unsur kekerasan dan kelembutan, ada siang dan ada malam, ada daratan ada lautan, ada api ada air, dan seterusnya. Itu sebabnya taman nini berupa daratan dan danau buatan di bagian belakangnya.

Sepasang pilar pintu gerbang, lambang jantan dan betina, menjadi penanda pertama gugus taman. Di depan pintu gerbang terdapat sepasang patung kilin, hewan mirip singa yang dipercaya sebagai peliharaan para dewa, sedangkan di belakangnya, tepat di tengah halaman, terdapat batu granit hitam berbentuk bulat sebagai sebagai citraan bola dunia. Batu seberat tiga ton itu ditopang penyangga yang sekaligus sebagai pipa yang dialiri air bertekanan tinggi untuk memutar batu granit “bola dunia” itu dengan arah putaran sesuai fengsui.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) mengerami telurnya di Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Kamis, 7 Mei 2020. Kondisi koleksi satwa di taman burung ini membaik setelah sejumlah donatur menyumbangkan kebutuhan pangan bagi satwa koleksi TMII.

Taman Konservasi Burung

Taman Burung menempati lahan seluas 6 hektar dengan sembilan kubah dengan ukuran yang bervariasi. Penataan koleksi berdasarkan zoogeografi atau pola sebaran binatang. Koleksi taman dibagi menjadi dua belahan: barat dan timur, sesuai Garis Wallace. Lingkungan vegetasinya pun mengikuti pola ini, dengan berbagai jenis tanaman dan pohon yang menghasilkan buah-buahan, biji, dan pucuk yang menjadi pakan burung. Taman ini telah berhasil mengembangbiakkan lebih dari 100 jenis burung, diantaranya 30 jenis burung yang dilindungi dan langka. Koleksi burung di sini merupakan yang terlengkap di Indonesia, terdiri atas 312 jenis yang mencapai ribuan ekor, baik dari Indonesia Bagian Barat, maupun Indonesia Bagian Timur, di samping sebagian dari mancanegara.

Taman Borobudur Mini

Di dalam Taman Borobudur Mini terdapat miniatur Borobudur yang dibuat menyerupai candi yang sebenarnya dalam ukuran yang lebih kecil. Miniatur berskala 1:50 ini dibuat oleh pematung Hendrojasmoro dari Yogyakarta. Miniatur candi diletakkan dalam bangunan pendopo beratap joglo yang berfungsi sebagai pelindung panas (peneduh) agar tidak mudah rusak.

Taman Melati

Awalnya taman ini merupakan kebun pembibitan aneka bunga. Atas prakarsa Ibu Tien Soeharto, bersamaan dengan penetapan melati sebagai bunga nasional (puspa bangsa) pada tahun 1994, kebun pembibitan ini menjadi Taman Melati. Taman dengan luas lahan 2.226 meter persegi ini mengoleksi dan membudidayakan aneka macam melati (jasminum sambac) dan beberapa tanaman hias lainnya.

Taman Kaktus

Taman yang dibangun pada tahun 1977 ini memiliki Rumah Kaktus yang berbentuk bulat menyerupai kaktus. Keindahan tanaman jenis kaktus dan sukulen yang berasal dari berbagai belahan bumi dapat dinikmati di sini. Ada sekitar 30-an jenis kaktus dan sukulen yang ditanam sesuai dengan tatanan habitat aslinya.

LITBANG KOMPAS/SHANTY YULIA

Berbagai tanaman kaktus yang berada di dalam Rumah Kaktus di Taman Kaktus, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Kamis, 2 Februari 2023. Ada lebih dari 30-an spesies kaktus dan sukulen yang berasal dari berbagai negara.

Wahana dan Teater

Teater Tanah Airku

Teater Tanah Airku merupakan gedung pementasan seni yang menggunakan teknologi multimedia dengan peralatan teknologi maju berstandar internasional. Teater yang diresmikan pada 20 April 1998 bertepatan dengan ulang tahun TMII ke-23 ini terdiri atas tiga lantai, yakni lantai dasar, auditorium, dan lantai balkon, yang dibagi dalam empat zona pemanfaatan.

Teater IMAX Keong Emas

Teater Imax Keong Emas yang berbentuk keong raksasa, merupakan tempat pemutaran dan pertunjukan film khusus dengan teknologi canggih. Gedung teater yang beroperasi sejak tahun 1984 ini menjadi sarana rekreasi yang mendidik guna memperkenalkan kekayaan alam dan budaya bangsa melalui tayangan film layar raksasa dengan menggunakan kecanggihan teknologi sinematografi modem proyektor IMAX.

Istana Anak-anak Indonesia

Bangunan Istana Anak Anak Indonesia dinamai Graha Widya Tama, berbentuk istana mirip dalam dongeng Cinderella ciptaan Hans Christian Andersen, terdiri dari empat lantai dengan ruang terbuka  di lantai dua. Di halaman depan tersedia berbagai arena bermain antara lain, rumah bola, telepon cerita, gua sigura-gura, kincir, giring ombak, roda tamasya dan kereta kelinci. Sedangkan di halaman belakang terdapat air terjun buatan, kolam renang Sendang Sejodo, dan hutan buatan.

KOMPAS/PRIYOMBODO

Suasana di Istana Anak-anak Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah atau TMII di Jakarta, yang dipadati pengujung, Rabu, 4 Mei 2022. Selama libur Lebaran 2022, TMII hanya membuka 11 wahana, karena yang lainnya masih dalam proses revitalisasi.

Pemancingan Telaga Mina

Kolam Telaga Mina merupakan salah satu tempat mincing yang banyak dikunjungi oleh para pemancing untuk mengisi waktu luang. Kolam ini terletak di bagian belakang kawasan Taman Mini, berada di antara Museum Listrik & Energi Baru dan Taman Budaya Tionghoa Indonesia. Kolam ikan dengan ukuran sekitar 3.000 meter persegi ini merupakan kolam pemancingan terluas di Jakarta.

Dunia Air Tawar

Indonesia dan Dunia Air Tawar merupakan tema besar peragaan koleksi Taman Akuarium Air Tawar. Bangunannya terletak di atas danau buatan berdampingan dengan Taman Bunga Keong Emas dan Museum Serangga & Taman Kupu, yang diresmikan pada 20 April 1994. Taman Akuarium Air Tawar ini merupakan taman biota air tawar terbesar dan terlengkap kedua di dunia serta terbesar di Asia, menyimpan 6.000 ekor dari 126 spesies, terdiri atas berbagai jenis, ukuran, dan asalnya yang dari berbagai perairan Indonesia maupun belahan dunia lain. Koleksinya meliputi tanaman air, reptilia, crustacean, dan ikan. Taman Akuarium ini dilengkapi museum, perpustakaan, auditorium, Akuarium Nusantara, Pojok Reptilia, Lorong Gurame, dan ruang karantina untuk koleksi.

Among Putro Skyworld

Skyword Indonesia “Eduwisata Antariksa” adalah wahana/taman rekreasi-edukasi bertemakan antariksa dan aeronautika (Space & Aeronautics). Berlokasikan di dalam kawasan Taman Mini “Indonesia Indah” Jakarta Timur; diatas lahan eks Taman Among Putro 20.000 meter persegi.

Di dalam ‘Skyworld’ terdapat 3 ruangan, yaitu: ruangan Exhibition Space (sebuah museum ruang angkasa serta gambar dan hal-hal yang berhubungan dengan astronomi), Mini Planetarium (sebuah ruangan digital yang menyuguhkan suasana luar angkasa secara real) dan ruangan terakhir 3D Photo Booth.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Pengunjung mengamati berbagai hal terkait ilmu antariksa, aeronautika, dan teknologinya di Among Putro Skyworld, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Kamis, 5 April 2018. Mencoba meneropong benda angkasa pun bisa dilakukan di sini.

Pengelolaan TMII

Pada tanggal 20 April 1975, TMII diresmikan oleh Presiden Soeharto. Kemudian oleh Ketua Yayasan Harapan Kita, Ibu Tien Soeharto, diserahkan kepemilikannya kepada Pemerintah RI. Pada hari  itu juga, Pemerintah RI melalui Presiden Soeharto memutuskan “mengembalikan” pengelolaan TMII kepada Yayasan Harapan Kita.

Presiden Soeharto menerbitkan Keputusan Presiden No 51/1977. Keppres itu menyebutkan TMII adalah milik Negara Republik Indonesia. Adapun penguasaan dan pengelolaan TMII diserahkan kepada Yayasan Harapan Kita yang notabene dipimpin dan diurus oleh anak dan istri Presiden Soeharto.

Sepeninggal Ibu Tien Soeharto, Yayasan Harapan Kita tetap dikelola oleh putra-putri Soeharto dan Ibu Tien Soeharto. Sejak terbit Keppres No 51/1977, TMII dicatatkan sebagai aset negara di bawah Kementerian Setneg. Meskipun menggunakan lahan negara dengan status hak pakai, Yayasan Harapan Kita sebagai pengelolanya disebutkan tidak pernah memberi laporan ataupun pendapatan kepada negara.

Padahal, kedua belas museum dan 33 anjungan daerah dikelola unit-unit dibawah kementerian/lembaga, BUMN, dan pemda. Yayasan Harapan Kita tak perlu mengeluarkan uang untuk pemeliharaan museum dan anjungan, tetapi bisa menarik tiket dan sewa tempat di kompleks TMII ini.

Yayasan Harapan Kita menyatakan pengelolaan TMII merugi dari waktu ke waktu, dan mengklaim mensubsidi TMII Rp 40 miliar hingga Rp 50 miliar per tahun. Meski sejak 2016 sudah ada pendampingan dari Mensesneg, namun tidak ada perbaikan. Audit BPKP, BPK, dan legal audit dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menilai, TMII tidak berkontribusi pada keuangan negara. TMII direkomendasikan menjadi badan layanan umum, dioperasikan oleh pihak lain, atau dikelola melalui kerja sama pemanfaatan (KSP).

Presiden Joko Widodo, pada 31 Maret 2021 menerbitkan Peraturan Presiden No.19/2021 yang menegaskan pengelolaan TMII oleh Kementerian Sekretariat Negara (Kemensesneg), dan berlaku terhitung 1 April 2021. Dengan berlakunya aturan tersebut, Keppres No 51/1977 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, dan selesai sudah polemik pengelolaan TMII selama ini.

Per tanggal 1 Juli 2021, Taman Mini Indonesia Indah resmi berada di bawah pengelolaan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Persero atau TWC sebagai salah satu perusahaan BUMN.  Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) TMII antara Kemensesneg dengan TWC dilakukan dalam jangka waktu 25 tahun.

Untuk menyambut Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, mulai Januari 2022, pemerintah merevitalisasi TMII dengan biaya hingga 1,1 triliun rupiah. Berbagai fasilitas dan bangunan yang sudah tua dibongkar dan diperbaharui, rumah adat di anjungan-ajungan daerah diperbaiki oleh pemerintah provinsi masing-masing. Revitalisasi secara menyeluruh ini merupakan yang pertama sejak TMII dibangun pada tahun 1975.

TMII akan menjadi The Ultimate Showcase of Indonesia. Artinya TMII akan direvitalisasi mengusung konsep Indonesia Opera yang merepresentasikan keragaman dan kekayaan potensi daerah dan budaya Indonesia scara modern dan inspiratif.

LITBANG KOMPAS/SHANTY YULIA

Peta kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) terpasang di berbagai tempat, sebagai informasi arah dan lokasi yang membantu pengunjung yang ingin datang ke lokasi tertentu di TMII.

Wajah Baru TMII

Sebagai salah satu ikon wisata Jakarta, TMII menawarkan wisata budaya,  edukasi dan hiburan bagi pengunjungnya. Revitalisasi TMII bertujuan menampilan wajah baru TMII yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Komposisi ruang terbuka hijau 70 persen dan bangunan 30 persen. Semua pengunjung berkendara wajib memarkirkan kendaraannya di lokasi parkir yang tersedia.

Untuk pengunjung, disediakan transportasi berbasis listrik, yang dapat mengantar para wisatawan berkeliling TMII. Pengunjung dapat juga menyewa skuter listrik seharga 70 ribu rupiah per jam, atau sepeda biasa seharga 25 ribu rupiah per jam. Sepeda yang dibawa sendiri juga dapat digunakan pengunjung untuk berkeliling TMII. Adapula tram listrik Garuda Kencana yang juga menjadi wahana baru transportasi dalam TMII. Tram listrik ini memakai jalur rel layang menggantikan kereta Aeromovel Titihan Samirono yang memakai tenaga angin.

Pembelian tiket TMII setelah revitalisasi, hanya bisa dilakukan secara online melalui ticket.borobudurpark.com yang juga dapat ditemukan link-nya di website www.tamanmini.com. Harga tiket masuk sebesar Rp 25.000 per orang untuk pintu masuk, untuk kendaraan sepeda dan sepeda motor dikenakan tiket sebesar Rp 15.000, mobil Rp 25.000, dan bus Rp 50.000. Sedangkan untuk Museum Asmat dan Museum Pusaka masing-masing dikenakan tiket sebesar Rp 15.000, Dunia Air Tawar dan Dunia Serangga Rp 35.000, Taman Burung Rp 30.000, Museum Fauna Indonesia Komodo dan Taman Reptilia Rp 25.000. Jam operasional baru di buka hanya sesi I yakni dari pukul 06:00-17:00. Setelah revitalisasi, TMII belum membuka kunjungan malam.

TMII masuk dalam delapan besar obyek wisata unggulan di DKI Jakarta. Dari data BPS, sebelum pandemi, tingkat kunjungan mencapai kisaran lima juta pengunjung di tahun 2019. Di masa pandemi, pengunjung menurun karena ada pembatasan kunjungan dan jam operasional, sehingga tingkat kunjungan hanya mencapai kisaran 1,1 juta pengunjung di tahun 2020 dan 800 ribu-an pengunjung di tahun 2021. Di tahun 2022, TMII direvitalisasi dan dibuka kembali tanggal 20 November 2022, dengan mengusung tema baru, Indonesia Opera.

(LITBANG KOMPAS)

FAKHRI FADLURROHMAN

Warga berdesakan saat akan menaiki bus listrik antar jemput dalam uji coba pembukaan wajah baru Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Minggu, 20 November 2022. TMII kembali dibuka setelah direvitalisasi dengan konsep ramah lingkungan. Kendaraan bermotor tidak diperbolehkan beroperasi di kawasan TMII. Sebagai gantinya, warga dapat menggunakan 10 bus antar jemput.

INFOGRAFIK: GUNAWAN, TIURMA, NINGSIAWATI, DIMAS

Referensi

Buku
  • Suradi HP, dkk. 1989. Sejarah Taman Mini Indonesia Indah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
  • __ 2008. TMII Pesona Indonesia. Jakarta: Taman Mini “Indonesia Indah”
Arsip Kompas Cetak
  • Miniatur Indonesia: Dari Cempaka Putih ke Pasar Rebo. Kompas, 9 Maret 2015, hlm 27.
  • Lensa Berita: Indonesia Indah, Proyek Bhinneka Tunggal Ika. Kompas, 21 April 2019, hlm 8.
  • Istana dan Pengambilalihan TMII. Kompas, 11 April 2021, hlm 2.
  • Yayasan Janji Kooperatif. Kompas, 12 April 2021, hlm 15.
  • Aset Negara: BUMN Jadi Pengelola Baru TMII. Kompas, 17 April 2021, hlm 10.
  • TMII Baru yang Rendah Emisi. Kompas, 21 November 2022, hlm 14.
  • Grafik: Taman Mini Masa Kini. Kompas, 20 Desember 2022, hlm D.
Jurnal

Artikel terkait