Kronologi | Tragedi Mei 1998

Kronologi Pengunduran Diri Presiden Soeharto

Kamis, 21 Mei 1998 patut dicatat dalam sejarah Bangsa Indonesia karena pada hari itu Presiden kedua Republik Indonesia Soeharto, yang telah memimpin selama 32 tahun mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden. Soeharto yang baru dua bulan dipilih kembali untuk ketujuh kalinya di tengah badai krisis moneter mendapat tekanan ekonomi maupun politik serta gelombang unjuk rasa yang menuntut reformasi dari mahasiswa dan berbagai kalangan. Berbagai tekanan tersebut pada akhirnya memaksa penguasa Orde Baru tersebut meletakkan jabatan. Dan sesuai konstitusi Wakil Presiden BJ Habibie melanjutkan estafet kepemimpinannya.

Harian Kompas (22/5/1998) memberitakan Pengunduran diri Presiden Soeharto dan mengambil sumpah Wakil Presiden BJ Habibie menjadi Presiden.

Berikut peristiwa yang terjadi sebelum Presiden Soeharto mengundurkan diri pada tahun 1998

10 Maret 

  • Ditengah krisis ekonomi dan moneter  Presiden Soeharto terpilih kembali sebagai Presiden RI 1998-2003 untuk ke tujuh kalinya.

1 Mei

  • Presiden Soeharto mengatakan reformasi politik baru bisa dimulai tahun 2003 ke atas, sesuai dengan GBHN yang telah disepakati

2 Mei 

  • Menpen Alwi Dahlan dan Mendagri R. Hartono menjelaskan kembali soal reformasi tahun 2003. Menurut Menpen, Presiden Soeharto menyampaikan langkah- langkah jelas untuk reformasi secara konstitusional

4 Mei 

  • Pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL).
  • DPR tetap menolak keputusan pemerintah  yang menaikkan harga BBM dan TDL.
  •  Dampak Kenaikan harga BBM dan TDL harga-harga lainnya mulai merangkak naik.

5 Mei 

  • Mahasiswa di berbagai kota mengadakan aksi unjuk rasa memprotes kenaikan harga BBM dan tarif dasar listrik.

9 Mei  

  • Presiden berangkat ke KTT G-15 di Cairo, Mesir. Presiden yakin stabilitas politik dan nasional terpelihara

12 Mei

  • Enam mahasiswa tewas diterjang peluru tajam dalam aksi damai di Universitas Trisakti, Jakarta.

13 Mei

  • Kerusuhan massa yang diwarnai aksi perusakan dan pembakaran  melanda sebagian Jakarta
  • Di hadapan masyarakat Indonesia di Cairo, Presiden menyatakan jika rakyat sudah tidak menghendaki, ya silakan. Pak Harto tidak akan mempertahankan kedudukannya dengan senjata namun harus dilakukan secara konstitusional.

14 Mei

  • Jakarta, Tangerang, Bekasi, serta daerah lainnya rusuh. Pembakaran, perusakan dan penjarahan toko dilakukan massa.
  • Presiden Soeharto mempersingkat satu hari kunjungannya ke Mesir, yang semula dijadwalkan akan pulang Jumat (15/5), dipercepat menjadi Kamis (14/5).

15 Mei

  • Presiden tiba dari Cairo. Melalui Menpen Alwi Dahlan, Presiden Soeharto menegaskan, pihaknya tidak pernah menyatakan siap mundur. Presiden menyatakan, tidak apa-apa bila masyarakat sudah tidak lagi memberi kepercayaan, karena dirinya akan madeg (menjadi) pandito.
  • Pemerintah menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL)

16 Mei

  • Ketua DPR/MPR Harmoko usai bertemu Presiden Soeharto mengumumkan rencana Presiden untuk melakukan reshuffle kabinet.

18 MEI

  • Pukul 09.00 WIB: Sejumlah delegasi mahasiswa dari puluhan perguruan tinggi maupun delegasi masyarakat mulai memasuki  Gedung DPR. Beberapa di antaranya diterima fraksi-fraksi.
  • Pukul 11.00 WIB: Gelombang mahasiswa yang mendatangi DPR  semakin banyak, dan makin siang mencapai ribuan orang. Mereka menuntut segera dilakukan Sidang  Istimewa MPR serta pencabutan mandat MPR terhadap Presiden Soeharto.
  • Pukul 15.20 WIB: Ketua DPR/MPR Harmoko mengumumkan hasil rapat  pimpinan DPR/MPR yang meminta agar Presiden Soeharto secara  arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri.
  • Pukul 20.00 WIB Menhankam/Pangab Jenderal TNI Wiranto mengatakan,  pernyataan pimpinan DPR yang menyatakan, agar Presiden Soeharto mundur merupakan sikap dan pendapat individual meskipun disampaikan secara kolektif. ABRI menyarankan agar dibentuk Dewan Reformasi
  • Presiden Soeharto menanggapi imbauan untuk mengundurkan diri dengan baik, tegar, dan tenang. Bahkan, Kepala Negara menegaskan akan menjawab sendiri persoalan itu. Pandangan itu disampaikan Mendagri Hartono, Ka Bakin Letjen TNI (Purn) Moetojib, dan Menko Polkam Feisal Tanjung secara terpisah usai diterima Presiden Soeharto di kediaman Jalan Cendana, Senin (18/5) malam.
  • Sekjen Komnas HAM dalam jumpa persnya yang didampingi Wakil Ketua dan Anggota menyampaikan bahwa perlu dilaksanakan penataan kembali kepemimpinan nasional secara menyeluruh.

KOMPAS/JOHNNY TG 

Ketua DPR Harmoko didampingi para Wakil Ketua (tampak paling depan Abdul gafur) di Gedung DPR, Senin (18/5/1998), membuat pernyataan mengimbau Presiden Soeharto mengundurkan diri.

KOMPAS/Eddy Hasby

Kompas, 19 Mei 1998

Menhankam/Pangab Jenderal TNI Wiranto dalam jumpa pers di Markas Besar ABRI, Senin (18/5/1998) malam, menyebutkan pernyataan pimpinan DPR itu bersifat individual dan tidak memiliki dasar hukum

19 Mei

  • Pimpinan DPR  mendapat dukungan penuh dari pimpinan keempat fraksi DPR (F-KP, F-ABRI, F-PP dan F-PDI) untuk meminta Presiden Soeharto secara arif dan bijaksana mengundurkan diri. Namun mereka menekankan bahwa proses pengunduran diri itu harus konstitusional.
  • Puluhan ribu mahasiswa dari puluhan perguruan tinggi di wilayah Jabotabek “menduduki” gedung DPR/ MPR. Mereka bukan saja memadati pelataran DPR, tapi juga menaiki kubah gedung, memenuhi taman-taman, lorong-lorong maupun ruangan lobi. Ini merupakan demonstrasi terbesar yang pernah dilakukan mahasiswa selama 30 tahun terakhir di Gedung DPR/MPR.
  • Sultan Hamengku Buwono X akan memimpin long march setengah juta warga Yogya dalam upaya mendesakkan SU Istimewa MPR.
  • Presiden Soeharto bertemu tokoh  masyarakat dan ulama di ruang Jepara, Istana Merdeka. Dalam Jumpa Pers Presiden Soeharto mengemukakan akan  membentuk Komite Reformasi, membentuk Kabinet Reformasi, dan secepatnya melaksanakan pemilihan umum. Dalam kesempatan tersebut Pak Harto juga menegaskan dirinya tidak mau dicalonkan kembali. Mereka yang hadir, Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama (PB NU) KH Abdurrahman Wahid ,budayawan Emha Ainun Najib, Direktur Yayasan Paramadina Nurcholish Madjid, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ali Yafie, Prof Malik Fajar (Muhammadiyah), Guru Besar Tata Negara dari Universitas Indonesia Prof Yusril Ihza Mahendra, KH Cholil Baidowi (Muslimin Indonesia), Sumarsono (Muhammadiyah), serta Ahmad Bagdja dan Ma’aruf Amin dari NU.
  • Pernyataan Presiden Soeharto bahwa tidak soal baginya untuk mundur dari jabatannya, akan membentuk Kabinet Reformasi, dan tidak bersedia lagi dicalonkan sebagai Presiden, langsung mengangkat harga-harga saham di Bursa Efek Jakarta dan nilai tukar rupiah yang sempat jatuh sampai Rp 16.000 per dollar AS.
  • Pimpinan DPR bersama dengan pimpinan Fraksi DPR mengadakan rapat selama lima jam. Rapat pimpinan yang diketuai oleh Ketua MPR/DPR Harmoko mengambil kesimpulan bahwa seluruh fraksi sepakat agar Presiden Soeharto mengundurkan diri, sebagaimana telah disampaikan pimpinan DPR kepada Presiden. Dan proses itu dilaksanakan secara konstitusional.
  • Beberapa kepala negara dan menteri luar negeri negara sahabat menyambut positif pernyataan presiden Soeharto yang akan menyelenggaran pemilu secepat sehingga krisis politik di Indonesia cepat tertasi
  • Jenderal Besar (Purn) AH Nasution dalam siaran Persnya menegaskan, substansi pernyataan yang disampaikan oleh pimpinan DPR adalah cerminan dari kehendak rakyat yang harus dihormati dan diamankan oleh semua kekuatan bangsa, termasuk ABRI.
  • Kelompok Kerja Forum Demokrasi dalam siaran persnya yang ditandatangani Bondan Winarno dan T Mulya Lubis dalam menanggapi pidato Presiden Soeharto, di Istana Negara dan mengeluarkan empat pernyataan. Pertama, menolak pernyataan Presiden Soeharto untuk membentuk Komite Reformasi, Kabinet Reformasi dan segala rencananya yang disampaikan , kedua, tetap menyatakan bahwa turunnya Presiden Soeharto dan Wakil Presiden BJ Habibie dari jabatannya saat ini, sebagai prasyarat untuk reformasi yang tidak dapat ditawar lagi. ketiga, mendukung kepeloporan mahasiswa dalam melancarkan aksi tuntutan reformasi, hingga tercapai pembentukan pimpinan nasional masa peralihan yang baru. keempat, hal-hal tersebut merupakan keharusan mutlak untuk menegakkan demokrasi di Indonesia.
  • Forum Studi dan Komunikasi (Fosko) 66 dalam pernyataan sikapnya mendesak Presiden Soeharto untuk segera mengembalikan mandatnya kepada MPR/ DPR. Dan, selama masa transisi, kepemimpinan nasional dipercayakan kepada satu dewan/ komite nasional.
  • Pernyataan Gema Madani yang disampaikan Emil Salim menganjurkan agar presiden benar-benar melaksanakan niatnya untuk lengser keprabon (turun tahta) secara sukarela sekarang juga, dan menyerahkan kekuasaan kepada wakil presiden sesuai dengan ketentuan UUD ’45.
  • Karyawan Film dan Televisi (KFT) juga melalui ketuanya Slamet Raharjo mendesak agar pergantian pimpinan nasional secepatnya diproses oleh DPR/ MPR.

KOMPAS/Julian Sihombing

Puluhan ribu mahasiswa dari wilayah Jabotabek, Selasa (19/5/1998), “menduduki” gedung DPR/ MPR. Mereka membawa spanduk mendesak agar Presiden Soeharto mundur dari jabatannya. 

KOMPAS/JB Suratno

Presiden Soeharto bertemu dengan para ulama dan tokoh masyarakat, di Istana Merdeka, Selasa (19/5/1998). diantaranya, Yusril Ihza Mahendra, Amidhan, Nurcholish Madjid, Emha Ainun Najib, Malik Fadjar, Sutrisno Muchdam, Ali Yafie, Ma’ruf Amin, Abdurrahman Wahid, Cholil Baidowi, Adlani, Abdurrahman Nawi, dan Ahmad Bagdja. . 

20 MEI

  • Mensesneg  Saadillah Mursyid menjelaskan  hari Kamis (21/5/1998) pagi pemerintah di Sekretariat Negara secara resmi akan mengumumkan susunan awal Komite Reformasi yang dibentuk oleh Presiden Soeharto.
  • Fraksi Karya Pembangunan (F-KP), yang merupakan fraksi terbesar di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dalam rapat pleno fraksi  secara aklamasi memutuskan akan meminta Sidang Istimewa MPR. Sidang Istimewa itu akan diselenggarakan secepatnya, paling lambat satu bulan ke depan.
  • Dr Nurcholish Madjid menjelaskan, dari semua alternatif yang ada untuk menyelesaikan persoalan bangsa, maka langkah yang terbaik adalah Presiden Soeharto sendiri yang menyatakan mengundurkan diri.
  • Sultan Hamengku Buwono X dan KGPAA Paku Alam VIII mengeluarkan maklumat mengajak masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dan seluruh rakyat Indonesia secara bersama-sama mendukung Gerakan Reformasi.
  • Getaran gerakan reformasi semakin menggelora di hampir seluruh kota di Tanah Air. Mereka menuntut reformasi segera serta meminta Presiden Soeharto mundur.
  • Aksi damai ratusan seniman di halaman Taman Ismail Marzuki Jakarta mendukung turunnya Presiden Soeharto seperti telah dituntut banyak pihak. Mimbar bicara tidak dibongkar sampai Soeharto turun.
  • Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Madeleine Albright meminta agar Presiden Soeharto mengundurkan diri. Ia mengatakan langkah itu semestinya diambil untuk memberi jalan bagi “transisi demokratis” . Pernyataan Albright tersebut disiarkan oleh jaringan televisi CNN dalam breaking news pukul 22.48 WIB, dan kemudian dikutip kantor berita Reuters.
  • Pukul 20.00 WIB Para menteri bidang Ekuin Kabinet Pembanngunan VII berkumpul di kantor Bappenas untuk menandatangani surat pengunduran diri  dan menyakakan tidak bersedia dipilih dalam kabinet reformasi yang akan dibentuk
  • Pukul 24.00 WIB Amien Rais mendapat kabar bahwa Presiden Soeharto akan mengundurkan diri

KOMPAS/Hariadi Saptono

Kompas, 3 Oktober 2008

Sultan Hamengku Buwono X, di depan hampir sejuta warga Yogyakarta dan sekitarnya pada 20 Mei 1998, membacakan maklumat yang isinya mengajak masyarakat Yogyakarta dan seluruh rakyat Indonesia mendukung Gerakan Reformasi. Pembacaan maklumat Sultan HB X itu dilakukan di depan Pagelaran Keraton, Yogyakarta. Hadir pula Paku Alam VIII.

21 Mei

  • Dalam Jumpa pers dini hari di kediaman Malik Fadjar  di Jakarta Pusat. Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah Amien Rais dan cendekiawan muslim Nurcholish Madjid menyatakan, “Selamat tinggal pemerintahan lama dan selamat datang pemerintahan baru”. Keduanya menyambut pemerintahan transisi yang akan menyelenggarakan pemilihan umum hingga Sidang Umum MPR untuk memilih pemimpin nasional yang baru dalam jangka waktu enam bulan.
  • Pukul 8. 45 WIB  Presiden Soeharto yang didampingi BJ Habibie, mengadakan pertemuan silaturahmi selama lima menit dengan para pimpinan MPR/DPR, termasuk Sekjen DPR di Ruang Jepara, Istana Merdeka. Pada kesempatan tersebut  Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan sebagai Presiden RI di hadapan pimpinan DPR dan juga adalah pimpinan MPR .
  • Pukul 9.00 WIB  Presiden Soeharto berpidato mengumumkan  berhenti dari jabatan Presiden dan  Wakil Presiden BJ Habibie diangkat menjadi presiden
REFERENSI

Kompas 11 Maret 1998. MPR Sahkan Pak Harto * Presiden RI 1998-2003

Kompas 2 Mei 1998 . Presiden Soeharto: Reformasi Politik Tahun 2003 Keatas

Kompas, 3 Mei 1998. Menpen dan Mendagri Jelaskan Kembali Reformasi

Kompas, 5 Mei 1998. Diumumkan Siang Bolong: Panik, Macet, Penumpang Telantar

Kompas 5 Mei 1998. Harga BBM dan Tarif Listrik Naik DPR Menolak

Kompas 5 Mei 1998 Efek Kenaikan Harga Dimulai

Kompas 6 Mei 1998. Mahasiswa Protes Naiknya BBM dan Listrik

Kompas, 10 Mei 1998. Presiden Soeharto: Peliharalah Stabilitas

Kompas, 13 Mei 1998. Insiden di Universitas Trisakti Enam Mahasiswa Tewas

Kompas, 14 Mei 1998. Jakarta Dilanda Kerusuhan Massa

Kompas, 14 Mei 1998. Kalau Rakyat tak Lagi Menghendakinya Presiden Siap Mundur

Kompas, 15 Mei 1998. Menhankam/Pangab:HENTIKAN PENJARAHAN DAN PEMBAKARAN

Kompas, 15 Mei 1998.  Presiden Persingkat Kunjungan ke Mesir

Kompas, 16 Mei 1998. Presiden Bantah Katakan “Siap Mundur”

Kompas, 16 Mei 1998. Harga BBM dan Listrik Dikoreksi* Beberapa Kalangan Tetap Tidak Puas

Kompas, 17 Mei 1998. Presiden Segera “Reshuffle Kabinet”

Kompas, 19 Mei 1998. Ribuan Mahasiswa ke DPR Mendesak Diadakannya sidang Istimewa MPR

Kompas, 19 Mei 1998. Pimpinan DPR: Sebaiknya Pak Harto Mundur

Kompas, 19 Mei 1998. ABRI: Itu Pendapat Individual* Usulkan Pembentukan Dewan Reformasi

Kompas 19 Mei 1998. Presiden Tanggapi dengan Tegar

Kompas 19 Mei 1998. Kurs Rupiah dan Saham Melorot

Kompas 19 Mei 1998. Pernyataan Komnas HAM: Perlu Penataan Kepemimpinan Nasional Secara Menyeluruh

Kompas 20 Mei 1998. Proses Pengunduran diri harus Konstitusional

Kompas 20 Mei 1998. Puluhan Ribu Mahasiswa Duduki DPR

Kompas 20 Mei 1998. Pojok Kompas: Sultan Pimpin Long March

Kompas. 20 Mei 1998.”Tak Bersedia Cicalonkan Lagi” Angkat harga Saham

Kompas 20 Mei 1998. Proses Terjadinya Kesimpulan Rapat Pimpinan DPR dan Pimpinan Fraksi

Kompas 20 Mei 1998. Dunia Tanggapi Pernyataan Presiden Soeharto

Kompas 20 Mei 1998. AH Nasution:mPernyataan DPR Harus Dihormati * Soal Reformasi

Kompas 20 Mei 1998. Gema Madani: “Lengser Keprabon” Secara Sukarela

Kompas 20 Mei 1998. KFT Juga Minta Secepatnya Pimpinan Nasional Diganti

Kompas 21 Mei 1998 Komite Reformasi Diumumkan Hari Ini

Kompas 21 Mei 1998.  F-KP DAN F-PDI Minta Sidang Istimewa MPR

Kompas 21 Mei 1998. Nurcholish Madjid:Yang Terbaik, Pak Harto Mundur

Kompas, 21 Mei 1998. Sultan HB X Ajak Rakyat Dukung Reformasi

Kompas 21 Mei 1998.  Suara Reformasi Berbergelora

Kompas 21 Mei 1998. Seniman Dukung Pak Harto Mundur

Kompas 21 Mei 1998. Menlu AS Sarankan Presiden Soeharto Mundur

Kompas 21 Mei 1998.  Selamat Datang Pemerintahan Baru *11 Menteri Ekuin Mundur

Kompas 21 Mei 1998.  Kita Masuki Babak Baru

Kompas 22 Mei 1998. BJ Habibie Minta Dukungan Rakyat

Penulis dan Riset Foto
Eristo Subyandono

Editor
Dwi Rustiono