KOMPAS/ARBAIN RAMBEY
Kerusuhan massa yang diwarnai aksi perusakan dan pembakaran bangunan di kawasan Pasar Baru Jakarta Pusat (14/5/1998). Kerusuhan yang awalnya bermula dari kawasan di sekitar Kampus Trisakti, Jakarta Barat meluas hingga wilayah Botabek.
Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 menjadi bagian dari catatan sejarah kelam Indonesia. Ratusan orang menjadi korban tewas dan kerugian material hingga triliunan akibat huru-hara yang terjadi pada tanggal 13-15 Mei.
Pecahnya kerusuhan ini merupakan puncak dari akumulasi krisis ekonomi dan kemelut politik yang terjadi kala itu. Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar pada 8 Juli 1997 menjadi awal mula terjadinya krisis ekonomi yang menyebabkan banyak perusahaan bangkrut, jutaan orang di-PHK, enam belas bank dilikuidasi dan berbagai proyek besar dihentikan. Krisis keuangan kemudian meluas menjadi krisis ekonomi dan kian memuncak ketika Presiden Soeharto menandatangani nota kesepahaman dengan IMF pada 15 Januari 1998.
Krisis ekonomi kemudian menular menjadi kemelut politik sehingga menimbulkan hilangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan memicu rangkaian unjuk rasa di sejumlah wilayah di Indonesia. Tewasnya empat mahasiswa Trisakti dalam unjuk rasa, menambah panas emosi masyarakat kala itu yang sudah terbebani dengan kenaikan harga kebutuhan pokok.
Kerusuhan yang awalnya terjadi di Jakarta Barat meluas hingga kawasan Bogor, Tangerang, Bekasi. Sejumlah wilayah lain pun turut tersulut, seperti Yogyakarta, Solo, Padang dan Palembang. Berbagai elemen masyarakat mendesak segera dilakukan reformasi menyeluruh. Kuatnya desakan dari masyarakat mendorong Presiden Soeharto mundur dan digantikan wakilnya BJ Habibie.
1 Mei
Presiden Soeharto menyatakan reformasi politik baru bisa dimulai tahun 2003 ke atas, sesuai dengan GBHN yang telah disepakati.
2 Mei
Aksi keprihatinan di berbagai kampus melibatkan puluhan perguruan tinggi dan ribuan mahasiswa. Insiden berdarah terjadi di IKIP Jakarta, 33 mahasiswa IKIP luka serius, puluhan cedera. Sementara di Medan, Sumatera Utara, aksi keprihatinan mahasiswa meluas menjadi kerusuhan yang diwarnai perusakan dan pelemparan gedung.
4 Mei
Pemerintah menaikkan harga BBM (bahan bakar minyak) dan tarif dasar listrik (TDL). DPR yang merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan menolak. Begitu kenaikan BBM diumumkan siang hari, di Jakarta dan kota-kota besar lainnya terjadi kepanikan massa yang menyerbu pompa-pompa bensin. Antrean panjang terjadi di mana-mana.
5 Mei
Bentrokan terjadi antara mahasiswa dan aparat keamanan di Yogyakarta, Jakarta, dan Jember. Selain di ketiga kota tersebut, aksi protes mahasiswa juga berlangsung di Medan, Makassar, Denpasar, Padang, Jambi, Solo, Mataram, dan Banda Aceh.
8 Mei
Di Yogyakarta terjadi bentrokan ribuan mahasiswa dan masyarakat dengan ratusan aparat keamanan, menyusul saling serang antara aparat dan para demonstran. Satu mahasiswa, Moses Gatutkaca dari Fakultas MIPA Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta tewas dalam bentrokan tersebut.
9 Mei
Presiden Soeharto berangkat ke KTT G-15 di Kairo, Mesir. Presiden Soeharto berkeyakinan, stabilitas politik dan nasional terpelihara. Sementara itu, desakan dari sejumlah elemen masyarakat untuk segera dilakukan reformasi menyeluruh semakin kuat misalnya datang dari para Guru Besar Lima PTN dalam negeri.
12 Mei
- Pukul 11.00 – 13.00 Aksi damai ribuan mahasiswa Universitas Trisaksi di dalam kampus
- Pukul 13.00 Mahasiswa turun ke jalan S Parman dan hendak menuju ke MPR/DPR
- Pukul 13.15 Sampai depan kantor Walikota Jakarta barat, aparat Polisi menghadang laju mahasiswa. Dicapai kesepakatan antara mahasiswa dengan polisi untuk tidak melanjutkan ke MPR/DPR.
- Pukul 13.30- 17.00 Aksi damai mahasiswa berlangsung di depan kantor Walikota Jakarta Barat. Situasi tenang tanpa ketegangan antara aparat dan mahasiswa.
- Pukul 16.30 Polisi memasang garis polisi. Mahasiswa berjarak sekitar 15 meter dari garis tersebut.
- Pukul 17.00 Diadakan pembicaraan dengan aparat yang mengusulkan mahasiswa agar kembali ke dalam kampus. Mahasiswa menuntut agar pasukan yang berdiri berjajar mundur terlebih dahulu. Kapolres dan Dandim Jakbar memenuhi permintaan mahasiswa tersebut. Mahasiswa kemudian membubarkan diri dengan tenang dan tertib ke kampus di bawah guyuran hujan deras.
- Pukul 17.15 Tiba-tiba terjadi tembakan dari arah belakang barisan mahasiswa. Mahasiswa lari menyelamatkan diri ke dalam gedung-gedung di kampus. Aparat terus menembaki dari luar. Puluhan gas air mata juga dilemparkan ke dalam kampus.
- Pukul 17.15-23.00 Situasi di kampus tegang. Para korban dirawat di beberapa tempat. Empat mahasiswa Trisakti tewas. Mereka adalah Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Hendriawan Sie. Korban luka berat di bawa ke RS Sumber Waras. Jumpa pers dilakukan oleh pimpinan universitas. Anggota Komnas HAM pun datang ke lokasi.
13 Mei
- Pukul 01.30 Jumpa pers Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin di Mapolda Metro Jaya. Hadir Kapolda Mayjen (Pol) Hamami Nata, Rektor Universitas Trisakti Prof Dr Moedanton Moertedjo, dan dua anggota Komnas HAM AA Baramuli dan Bambang W Soeharto. Masyarakat berkabung atas gugurnya mahasiswa “Pahlawan Reformasi”.
- Pukul 10.00 Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi berdatangan ke Kampus Trisakti untuk menyatakan duka cita.
- Pukul 12.00 Jakarta mulai dilanda kerusuhan massa yang diwarnai aksi perusakan dan pembakaran bangunan dan kendaraan bermotor. Kerusuhan bermula dari kawasan di sekitar Kampus Trisakti yaitu Jalan Daan Mogot, Jalan Kyai Tapa, Jalan S Parman.
- Pukul 15.30 Aksi perusakan dan pembakaran meluas ke kawasan Bendungan Hilir, Kedoya, Jembatan Besi, Bandengan Selatan, Tubagus Angke, Semanan, Kosambi. Kerusuhan massa juga meletus di kawasan bisnis Jl Jenderal Sudirman, tepatnya di depan Gedung Wisma GKBI, Gedung BRI I dan II, serta pasar dan pusat pertokoan Bendungan Hilir (Benhil).
- Pukul 18.00 Keberingasan massa mulai muncul di berbagai kawasan, terutama di Jakarta Barat. Di Jl Bandengan Selatan, Tubagus Angke, dan Jembatan Dua. Massa mulai menjarah rumah-rumah warga. Beberapa toko bahkan dibakar. Di Bojong, sebuah pasar swalayan mini dibakar massa. Di Jl Lingkar Luar Barat, massa menghadang dan menjarah setiap kendaraan yang melintas. Mal Puri Indah dan Green Garden tak luput menjadi sasarannya. Kedua mal itu hancur akibat keberingasan massa.
- Pukul 22.00 Kerusuhan terjadi ke Tamana Semanan dan Kosambi, Jakarta Barat, selanjutnya merembet ke wilayah Batuceper, Kota Tangerang.
Sementara itu, di hadapan masyarakat Indonesia di Kairo, Mesir, Presiden Soeharto menyatakan, jika rakyat sudah tidak menghendaki, maka dipersilahkan. Dia tidak akan mempertahankan kedudukannya dengan senjata. Rupiah tercatat melorot terhadap dollar sampai Rp 11.500.
14 Mei
Hari kedua kerusuhan di Jakarta yang juga telah menjalar ke kota-kota lainnya, diantaranya Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Botabek). Pembakaran, perusakan, dan penjarahan toko dilakukan massa. Botabek lumpuh total. Selain di Botabek, kerusuhan terjadi juga terjadi di Solo, Yogyakarta, Padang dan Palembang.
15 Mei
- Ratusan korban tewas terbakar ditemukan di Toserba Yogya, Klender.
- Presiden Soeharto tiba dari Kairo. Melalui Menteri penerangan Alwi Dahlan, Presiden Soeharto membantah telah mengatakan bersedia mengundurkan diri. Tetapi jika masyarakat tidak percaya lagi, Presiden Soeharto akan lengser keprabon (turun tahta). Kenaikan harga BBM dan listrik direvisi.
16 Mei
Ketua DPR/MPR Harmoko usai bertemu Presiden Soeharto dan mengumumkan rencana Presiden untuk melakukan reshuffle kabinet. Kerusuhan mereda ratusan orang ditemukan tewas dalam kerusuhan di Jakarta. Umumnya korban tewas karena terbakar di pusat perbelanjaan seperti di Cileduk Plaza. Sistem TV-pool mulai diberlakukan.
17 Mei
Angka resmi menunjukkan 499 korban tewas dan lebih dari 4.000 gedung hancur atau terbakar akibat kerusuhan. Kerugian fisik diperkirakan mencapai Rp 2,5 trilyun.
18 Mei
Ribuan mahasiswa yang tergabung dari puluhan perguruan tinggi di Jabotabek memadati pelataran gedung Dewan Perwakilan Rakyat. Mereka mendesak pimpinan Dewan untuk mengusulkan kepada MPR agar menyelenggarakan Sidang Istimewa dalam waktu sesegera mungkin. Ketua DPR/MPR Harmoko mengumumkan hasil rapat pimpinan DPR/MPR yang meminta agar Presiden Soeharto secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri.
19 Mei
Ribuan mahasiswa “menduduki” gedung MPR/DPR. Soeharto mengatakan akan mundur setelah melancarkan reformasi secara konstitusional. Soeharto juga berjanji akan mengadakan pemilu secepatnya dan tak akan mencalonkan diri lagi. Ia juga mengumumkan rencana membentuk Komite Reformasi.
20 Mei
Beredar kabar ada rencana long march mahasiswa dari Kompleks MPR/DPR ke Monas dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Namun, aksi ini batal dilaksanaka. Semetara itu, IMF menyatakan tidak akan mencairkan pinjaman tahap ketiga 1 milyar dollar yang direncanakan 4 Juni.
21 Mei
Presiden Soeharto mengundurkan diri dan mengalihkan kekuasaan kepada Presiden BJ Habibie.
22 Mei
Jabatan Pangkostrad diserahkan dari Letjen TNI Prabowo Subianto kepada Mayjen TNI Johny Lumintang. Mahasiswa pun akhirnya meninggalkan kompleks MPR/DPR menuju Unika Atma Jaya berkat operasi simpatik apparat keamanan yang dimotori Korps Marinir.
23 Mei
Presiden BJ Habibie melantik dan mengambil sumpah 36 orang Menteri Kabinet Reformasi Pembangunan di Istana Negara. Jabatan Pangkostrad diserahkan lagi dari Mayjen TNI Johny Lumintang kepada Mayjen TNI Djamari Chaniago.
Referensi
“Presiden Soeharto:Reformasi Politik Tahun 2003 ke Atas”, KOMPAS, 2 Mei 1998, hal. 1.
“Bentrokan Warnai Aksi Mahasiswa”, KOMPAS, 3 Mei 1998, hal. 1.
“Harga BBM dan Tarif Listrik Naik: DPR Menolak”, KOMPAS, 5 Mei 1998, hal. 1.
“Mahasiswa Protes Naiknya BBM dan Listrik “, KOMPAS, 6 Mei 1998, hal. 3.
“Bentrokan Aparat dengan Mahasiswa di Tiga Kota”, KOMPAS, 7 Mei 1998, hal. 3.
“Guru Besar Lima PTN: Galang Reformasi Menyeluruh”, KOMPAS, 9 Mei 1998, hal. 1.
“Aksi Mahasiswa: Bentrok di Solo, Yogya, dan Samarinda”, KOMPAS, 9 Mei 1998, hal. 3.
“Presiden Berangkat ke Mesir”, KOMPAS, 9 Mei 1998, hal. 1.
“ Insiden di Universitas Trisakti”, KOMPAS, 13 Mei 1998, hal. 1.
“Jakarta Dilanda Kerusuhan Massa”, KOMPAS, 14 Mei 1998, hal. 1.
“Kalau Rakyat Tak Lagi Menghendakinya: Presiden Siap Mundur” KOMPAS, 14 Mei 1998, hal. 7.
“Bogor, Tangerang, dan Bekasi Lumpuh “, KOMPAS, 15 Mei 1998, hal. 15.
“Presiden Segera “Reshuffle” Kabinet”, KOMPAS, 17 Mei 1998, hal. 1.
”Hari-hari yang Mencekam”, KOMPAS, 17 Mei 1998, hal. 16.
“Kerugian Fisik Rp 2,5 Triliyun”, KOMPAS, 18 Mei 1998, hal. 1.
“Ribuan Mahasiswa ke DPR: Mendesak, Diadakan Sidang Istimewa MPR”, KOMPAS, 19 Mei 1998, hal. 1.
“Puluhan Ribu Mahasiswa “Duduki” DPR”, KOMPAS, 20 Mei 1998, hal. 1.
“Selamat Datang Pemerintahan Baru” KOMPAS, 21 Mei 1998, hal. 1.
“BJ Habibie Minta Dukungan Rakyat”, KOMPAS, 22 Mei 1998, hal. 1.
“Presiden Lantik Kabinet Reformasi Pembangunan “, KOMPAS, 24 Mei, hal. 1.
Redaksi KPG dan Litbang Kompas (2018). Kita Hari Ini 20 Tahun Lalu. Kepustakaan Populer Gramedia: Jakarta.
Penulis
Arief Nurrachman
Editor
Rendra Sanjaya