Peta Tematik | Tragedi Mei 1998

Sebaran Lokasi Tragedi Mei 1998

Indonesia kembali mengalami sejarah kelam yang mengawali lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan. Penolakan diwarnai penembakan, kerusuhan, penjarahan, pengrusakan, pembakaran, dan unjuk rasa di ibukota dan beberapa kota besar lainnya.

sebaran-lokasi-tragedi-mei-1998

Krisis moneter yang juga melanda Indonesia sejak Juli 1997 memunculkan kemelut politik hingga menggoyahkan kepemimpinan Presiden Soeharto kala itu. Fenomena yang terjadi di masyarakat antara lain naiknya harga dan kelangkaan bahan pokok, tingkat pengangguran bertambah, angka kemiskinan meninggi, angka putus sekolah juga meningkat, dan inflasi menjadi berat untuk dikendalikan.

Kondisi semakin memburuk ketika dibarengi dengan munculnya kekuatan politik yang menuntut reformasi terhadap rezim orde baru. Upaya yang dilakukan Soeharto untuk mempertahankan kondisi malah memperburuk keadaan, seperti melakukan perjanjian dengan IMF pada Januari 1998 dan pembentukan Kabinet Pembangunan pada 7 Maret 1998 yang sarat KKN.

Ketidakpuasan dan kekecewaan masyarakat mulai ditunjukkan di berbagai daerah. Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998 di Jakarta, malah menjadi tragedi gugurnya empat mahasiswa akibat penembakan. Persitiwa tersebut menyulut kerusuhan di Ibukota. Pengrusakan, penjarahan, dan pembakaran gedung, pertokoan dan kendaraan, terjadi di ibukota dan sekitarnya selama 13-15 Mei 1998 yang menimbulkan banyak korban dan trauma. Hal yang senada juga terjadi di beberapa kota besar seperti Yogyakarta dan Solo.

Gerakan mahasiswa secara serentak dilakukan. Mahasiswa menuntut untuk menurunkan harga-harga kebutuhan pokok, serta menuntut MPR untuk tidak mencalonkan Soeharto sebagai Presiden RI untuk ke sekian kalinya.  Kenyataannya MPR tetap menetapkan Soeharto sebagai presiden. Akibatnya gerakan mahasiswa semakin meluas, bahkan didukung oleh kelompok buruh, kaum intelektual dan berbagai lapisan masyarakat lainnya.

Pada 18 Mei 1998, gerakan mahasiswa di Jakarta berkumpul di UI Salemba untuk selanjutnya bergerak bersama menuju gedung DPR/MPR. HIngga 19 Mei 1998, gedung wakil rakyat tersebut masih dipadati oleh ribuan mahasiswa dari berbagai kampus untuk mendesak dipenuhinya tuntutan mundurnya Soeharto. Akhirnya, 21 Mei 1998, Soeharto resmi menyatakan pengunduran dirinya sebagai Presiden RI dan menyerahkan jabatan tersebut kepada BJ Habibie yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden.

Peta di atas menginformasikan secara spasial, lokasi-lokasi terjadinya rentetan peristiwa pada Mei 1998, dimulai dari penembakan empat mahasiswa Universitas Trisakti, kerusuhan dan penjarahan di beberapa wilayah ibukota, aksi-aksi mahasiswa, hingga pengunduran diri Presiden Soeharto.

Sumber:

  • Artikel “Kronologi Kelengseran Soeharto, Mei 1998”, Kompas.com (27 Januari 2008)
  • Artikel “Jejak-jejak hantu Kerusuhan Mei”, Kompas.id (18 Mei 2018)
  • Artikel “Lengsernya Soeharto, Babak Baru Demokrasi Indonesia”, Kompas.id (21 Mei 2018)
  • “Museum Pahlawan Reformasi 12 Mei 1998” oleh Humas.trisakti.ac.id
  • Artikel “Gerakan Reformasi dan Peristiwa Mei 1998 di Jakarta”, Jakarta.go.id (1 Januari 2017)
  • Artikel “18 Tahun Tragedi Trisakti dan Kerusuhan Mei”, Komnasham.go.id (12 Mei 2016)
  • Artikel “Potret Kerusuhan Mei 1998 dalam Luka Beku”, Balai Bahasa Pekanbaru, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kontributor
Muhammad Fiqi Fadillah

Editor
Slamet JP