
Ramadhan 2025 diawali dengan banjir besar yang melanda wilayah Bekasi. Kejadian ini dipicu olah curah hujan yang tinggi di sebagian besar wilayah Jabodetabek, termasuk kawasan Puncak, Kabupaten Bogor. Banjir kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, dimana Jakarta lebih sering terdampak. Bagaimanapun, Jakarta dan Bekasi merupakan daerah hilir dari beberapa sungai besar yang melintasi wilayah Jabodetabek dan bermuara ke Teluk Jakarta.
Sebagian besar sungai tersebut berhulu di kawasan pegunungan Kabupaten Bogor, seperti Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Salak, dan Gunung Halimun. Geomorfologi yang terbentang dari puncak hingga pesisir beserta sungai-sungai yang mengalir di atasnya, membentuk Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai wilayah yang secara alami berfungsi untuk menampung, menyimpan, dan mengalirkan air hujan menuju danau atau laut.
Terdapat empat belas DAS yang mencakup wilayah Jabodetabek, di antaranya dialiri sungai besar seperti Ciliwung, Cisadane, dan Kali Bekasi yang berpengaruh besar terhadap potensi banjir. Aliran sungai di Jabodetabek melewati bentang lahan yang beragam dan rentan berubah penggunaannya. Hulu seharusnya merupakan kawasan hutan yang terlindungi, mengalir ke lereng yang lebih rendah yang didominasi lahan pertanian dan perkebunan, hingga kawasan perkotaan yang padat dengan permukiman, infrastruktur dan aktivitas perindustrian yang secara bertahap semakin rendah hingga ke pesisir di Teluk Jakarta.
Di perkotaan, sungai berperan sebagai nadinya sistem drainase untuk mengendalikan limpasan air hujan. Namun kerap mendapat tekanan yang semakin besar akibat kegiatan ekonomi dan lingkungan masyarakat. Sebagai contoh, penyempitan dan pendangkalan yang dialami Ciliwung di beberapa titik. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) bertugas untuk memantau dan mengelola sistem aliran sungai di suatu kawasan tangkapan air hujan agar dapat mengalir dan difungsikan dengan semestinya, termasuk upaya rehabilitasi kerusakan hutan, lahan dan mangrove. Peran tersebut dilakukan bersama instansi terkait agar pengendalian banjir memberi dampak kerugian yang semakin minimalis.
Peta di atas menggambarkan beberapa DAS di Jabodetabek yang ditandai dengan garis kuning putus-putus. Tampak masing-masing DAS memiliki jaringan aliran sungai yang saling terhubung dan membentuk satu aliran utama yang menuju ke Teluk Jakarta. Terlihat juga beberapa kanal buatan yang menghubungkan sungai-sungai tertentu di daerah yang rentan banjir.
Selain itu terlihat pula beberapa pos pengamatan dan bendungan, salah satunya Bendung Katulampa, untuk memantau debit air dan mengukur ketinggian terutama ketika volume air meningkat sebagai upaya antisipatif pengendalian banjir pada wilayah yang lebih rendah.
Limpasan air permukaan dapat meningkat volume dan debitnya ketika penyerapan ke dalam tanah terhalang, terlebih jika gangguan tersebut terjadi sejak di daerah hulu. Maraknya konversi lahan vegetasi di kawasan puncak menjadi lahan terbangun menyebabkan daya serap lingkungan terhadap air hujan menjadi menurun, sehingga limpasan air permukaan meningkat dan memperbesar volume air di sungai-sungai utama. Perubahan tutupan lahan di wilayah selatan Jabodetabek dapat dilihat pada artikel “Perubahan Fungsi Lahan di Sekitar Bogor”.
Referensi
- Artikel Kompas.id, “Restorasi Ekologis Daerah Aliran Sungai”. (23 Januari 2019). https://www.kompas.id/baca/arsip/2019/01/23/restorasi-ekologis-daerah-aliran-sungai
- Artikel Kompas.id, “Banjir Jabodetabek, Hulu Rapuh dan Hilir Sesak”. (7 Maret 2025). https://www.kompas.id/artikel/banjir-jabodetabek-hulu-rapuh-dan-hilir-sesak
- Artikel Kompas.id, “Banjir Jakarta Bukan Hanya karena Puncak yang Rusak”. (4 Maret 2025). https://www.kompas.id/artikel/banjir-jakarta-bukan-hanya-karena-puncak-yang-rusak-2
- Artikel Kompas.id, “Apa yang Harus Dilakukan agar Banjir Tak Terulang?”. (5 Maret 2025). https://www.kompas.id/artikel/apa-yang-harus-dilakukan-agar-banjir-tak-terulang
- Sistem Informasi Hidrologi, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane. https://bbwscc.sdatelemetry.com/index.php
- Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor 14 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan
Kontributor
Muhammad Fiqi Fadillah
Editor
Slamet JP