Foto

Pesona Kain Tradisional khas Pulau Dewata

Indonesia memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Salah satunya kain tradisional yang sudah diakui oleh dunia, misalnya kain tradisional khas Bali.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Proses menenun endek di Toko Berdikari, Singaraja, Bali. Endek produksi Berdikari banyak digunakan oleh pejabat negara.

Bali mempunyai wisata alam berupa deretan pantai yang indah. Pulau Dewata ini mempunyai ragam budaya yang kaya, salah satunya berupa kain-kain tradisional khas daerah sini. Kain tradisional khas Bali tidak hanya digunakan untuk pakaian keseharian, tetapi juga saat melaksanakan upacara adat. Setiap jenis kain tradisional khas Bali, memiliki motif yang berbeda-beda yang biasanya terinspirasi dari kondisi setiap daerahnya. Kain tradisional khas Bali ada beberapa macam di antaranya kain endek, kain gringsing, kain rangrang, kain prada, kain cepuk, kain batik Bali, kain songket Bali, dan kain poleng. Proses pengerjaan kain tradisional khas bali berbeda-beda, baik berupa teknik pembuatan dan pewarnaan yang masih menggunakan pewarna alami.

Kain endek mempunyai motif khas dengan corak yang warna-warni. Produksi kain endek dilakukan di kawasan Singaraja, Bali. Pembuatan kain ini masih dilakukan dengan tangan dan menggunakan alat tenun yang telah melintas dari generasi ke generasi. Rumah mode berkelas dunia Christian Dior memilih empat motif kain tradisional bernama kain endek Bali sebagai busana musim semi dan musim panas 2021. Pergelaran busana telah dilakukan 29 September 2020. Keempat motif yang diminati oleh Dior bernama teteledan, patolan nagasari, bintang kurung, dan cecempakaan.

Kain gringsing bagi masyarakat adat Tenganan dipakai untuk upacara adat. Kain ini adalah satu-satunya kain ikat ganda dari Desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem, Bali. Kain Gringsing sebagai penolak bala berasal dari kata gering (penyakit) dan sing (tidak). Kain ini istimewa karena proses pembuatan di mana benang pakan dan lungsi sama-sama diikat saat pewarnaan untuk membentuk motif. Kemudian dicelupkan ke dalam minyak kemiri segera diikat dan dicelupkan dalam warna alami secara terpisah sebelum ditenun.

Kain tenun rangrang merupakan kain tradisional khas Pulau Nusa Penida, Bali. Kain rangrang memiliki makna bolong-bolong atau tembus pandang. Sejak tahun 2000-an, perajin Nusa Penida memproduksi kain rangrang mulai beralih ke alat tenun bukan mesin (ATBM). Hal ini dipengaruhi oleh kain rangrang makin digemari pasar, selain itu dapat memangkas waktu pengerjaan yang awalnya 10 hari dengan cagcag, kini selembar rangrang bisa selesai dalam sehari. Anak-anak di Pulau Nusa Penida mulai dari usia sekolah dasar tekun menenun kain Rangrang.

Kain prada memiliki ragam hias pola binatang, pepohonan, dan manusia. Pada zaman dulu, kain ini digemari raja dan kalangan bangsawan karena warnanya yang gemerlap. Sementara saat ini, prada banyak digunakan sebagai pakaian untuk penari.

Kain cepuk adalah kain tradisional khas Bali yang berasal dari desa Tanglad, Nusa Penida. Kain ini mirip sekali dengan kain endek, hanya saja motifnya  sangat halus dengan anyaman kecil-kecil.

Berikut beberapa jenis dan motif kain tradisional khas Bali terangkum dalam foto-foto Arsip Kompas.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Proses mengikat benang pakan untuk tenun kain endek.

KOMPAS/AYU SULISTYOWATI

Mewarnai Benang Pakan.

KOMPAS/AYU SULISTYOWATI

Mewarnai Benang Pakan.

KOMPAS/AYU SULISTYOWATI

Tenun endek atau tenun ikat asal Klungkung, Bali, mulai terdesak oleh produk serupa dari daerah lain yang mulai membanjiri Bali sejak tahun 2000. Dengan harga yang lebih murah, kain tenun dan juga batik asal Pulau Jawa itu segera “menggusur” endek Klungkung. Akibatnya, pengusaha tenun endek mengurangi penenunnya. Suasana pabrik pun sepi, seperti di pabrik milik I Wayan Rudja di Legombang Indah, By Pass Ida Bagus Mantra, Denpasar, Senin (18/12/2006).

KOMPAS/AYU SULISTYOWATI

Tenun Ikat Dewata, motif Endek Kuna.

KOMPAS/AYU SULISTYOWATI

Seorang pengunjung pameran kerajinan di Buleleng Festival 2015, Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, Kamis (6/8/2015), memilih kain tenun endek mastuli. Tiga tahun terakhir, endek mastuli kembali digemari setelah tahun 1990-an sempat surut. Pemerintah setempat berupaya menghidupkan kembali perajin tenun mastuli tersebut di daerah Seririt melalui bantuan alat tenun hingga pemasaran.

KOMPAS/RAKA SANTERI

Para remaja di Bali, mengisi waktu luang dengan memintal benang. Benang-benang itu menjadi dasar untuk tenun kain gringsing yang kian langka di Bali

KOMPAS/RAKA SANTERI

Kain Gringsing yang diproduksi dengan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) kini kian langka. Para operator dan pekerja dunia pemintalan dan pertenunan di Bali, umumnya kaum wanita. Usaha tenun kain merupakan industri kecil. Di Bali ada 53.000 unit usaha industri kecil dengan 115.000 tenaga kerja yang kebanyakan wanita. Namun, kehadiran kain tenun sekarang dihadapkan dengan produksi tekstil yang dibuat dengan mesin-mesin dan berharga murah. Karena itu, kain gringsing yang diproduksi di Bali, kini juga semakin langka.

KOMPAS/INDIRA PERMANASARI

Kain gringsing dari Tenganan.

KOMPAS/NAWA TUNGGAL

Sukmawati (36) menunjukkan kain gringsing khas Desa Tenganan, Karangasem, Bali, bermotif wayang di ruang pamer Forum Budaya Dunia atau World Culture Forum (WCF), Kamis (13/10/2016) di Nusa Dua, Bali. Kain gringsing motif wayang termasuk paling lama dan paling sulit pengerjaannya sehingga nilai jualnya juga tinggi.

KOMPAS/SUBUR TJAHJONO

Anak-anak penari Rejang sedang dipersiapkan untuk tampil pada rangkaian upacara di pelataran Desa Baliage, (Bali asli) Tenganan-Pegringsingan, Kabupaten Karangasem-Bali. Tari Rejang merupakan tarian sakral yang ditarikan hanya pada saat upacara ritual untuk Dewa atau Dewayadnya. Tariannya cenderung monoton, dilakukan berulang-ulang, sehingga melahirkan kekuatan mistis. Penarinya harus berusia sebelum akil balig dan mengenakan kain tenun gringsing khas Tenganan.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Penenun Cilik di Nusa Penida Mengisi waktu sore menenum kain rangrang.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Hasil tenun kain rangrang.

KOMPAS/ARBAIN RAMBEY

Tuty Cholid menyajikan tenun sutra Nusa Penida motif rangrang yang terlihat modern. Sejak dua tahun lalu Tuty bekerja sama dengan penenun di pulau tenggara Bali itu, walau ketika itu hasil tenun belum selembut kini.

KOMPAS/RAKA SANTERI

Ny Suastini menenun kain cepuk yang khas Nusa Penida. Pada masa lampau, kain seperti ini masih diberi warna dengan bahan dasar dari akar-akaran dan kulit tumbuhan, tetapi kini sudah memakai zat pewarna kimiawi.

KOMPAS/RAKA SANTERI

Perajin Lukisan Kain di Bali Saat meresmikan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) cabang Bali dan Nusa Tenggara, Sabtu (28 Juni 1986) di Denpasar, Bali. Banyak motif batik Bali yang diminati para wisatawan lokal dan mancanegara. Karena permintaan yang tinggi, produksi kain motif batik Bali juga meningkat.

KOMPAS/DEDI MUCHTADI

Banyak industri kecil garmen khususnya batik di Bali, kini menanti ajal, karena harga bahan baku melonjak akibat depresiasi rupiah. Mereka tidak bisa menaikkan harga jual, akibat struktur tata niaga, sedangkan harga bahan baku seperti kain putih dan pewarna naik 30-40 persen.

KOMPAS/AYU SULISTYOWATI

Dayu Komang Ariani (43), anggota Kelompok Perajin Tenun Songket Putri Mas, Banjar Satria, Kelurahan Pendem, Kabupaten Jembrana, Bali, melatih para ibu cara menenun songket dengan alat tenun bukan mesin (ATBM), Selasa (21/6/2016).

KOMPAS/AYU SULISTYOWATI

Putu Windi, anggota Kelompok Perajin Songket Putri Mas, Banjar Satria, Kelurahan Pendem, Kabupaten Jembrana, Bali, tengah memperlihatkan songket hasil tenun ibu-ibu perajin, Selasa (21/6/2016). Mereka berupaya berinovasi dan berkreasi model, corak maupun desain songket agar lebih menarik serta memenuhi tren pangsa pasar Bali maupun luar Bali. Harga tenun songket dengan variasi corakdijual mulai Rp 600.000 per lembar.

Referensi
  • “Kain Tradisional: Endek Dior Memicu Gairah Tenun Kampung”, Kompas, 27-06-2021, hal 1.
  • “Aksen: Endek-Dior nan Magis”, Kompas, 04-10- 2020, hal 16.
  • “Wastra: Sentuhan Gaib Tenun Dewata”, Kompas, 24-08-2014, hal
  • “Kain Tenun Gringsing: Dwwa Indra Menatap Sang Rembulan”, Kompas, 23-03-1997, hal 19.
  • “Foto Pekan Ini: Tunas Baru Tenun Transparan”, Kompas, 24-08- 2014, hal 31.
  • “Warna-warni Kain Indonesia”, Kompas, 16-08-2009, hal 33.
  • “Nusa Peninda, Pulau Karangnya Bali”, Kompas, 21-11-1993, hal 15.

Foto lainnya dapat diakses melalui https://www.kompasdata.id/
Klik foto untuk melihat sumber.