Foto

Lydia de Vega: Legenda Ratu Atletik Asia

Awal 1980 sampai 1990-an, pencinta olahraga atletik dan wartawan olahraga pasti mengetahui sosok Lydia de Vega. Ia adalah atlet lari jarak pendek putri asal Filipina. Kecantikan, keramahan, dan kecepatannya berlari di lintasan lomba menjadi sorotan mata banyak orang

KOMPAS/Kartono Ryadi

Pelari asal Filipina Lydia de Vega memasuki garis finish pada babak penyisihan  lomba lari nomor 100 meter SEA Games di Stadion Madya Senayan, Jakarta, pertengan Mei 1987.

Tidak hanya populer di negaranya, atlet berparas rupawan kelahiran 26 Desember 1964 ini juga cukup dikenal di Indonesia. Pada masanya Lydia menjadi pesaing utama pelari-pelari putri andalan Indonesia, seperti Emma Tahapary dan Henny Maspaitella.

Selama berkarier lebih dari 10 tahun, Lydia  tidak kurang mengantongi 15 medali emas dari berbagai kejuaraan internasional. Sembilan di antaranya diraih dari ajang SEA Games.

Kiprah Lydya de Vega sebagai bintang Asia dimulai saat usia 17 tahun, ketika ia meraih dua medali emas sekaligus di nomor lari 200 meter dan 400 meter pada SEA Games ke XI di Manila tahun 1981. Prestasi tersebut sekaligus menumbangkan rekor SEA Games sebelumnya.

Kemudian dia menjuarai lari nomor 200 meter di SEA Games 1983, 1987, dan 1993. Tidak sampai di situ, Lydia pun juara pada nomor lari 100 meter SEA Games tahun 1987, 1991 dan 1993. Bukan hanya di cabang olahraga lari jarak pendek, pada masa jayanya, Lydia juga pernah meraih medali emas di nomor lompat jauh di SEA Games tahun 1987.

Di event yang lebih bergengsi, Asian Games, pelari kebanggaan Filipina ini pernah mendapat dua medali emas pada nomor 100 meter, yaitu pada tahun 1982 dan tahun 1986. Pada Kejuaraan Atletik Asia Lydia juga pernah meraih empat medali emas, yaitu di nomor lari 100 meter dan 200 meter, masing-masing pada tahun 1983 dan 1987.

Pesonanya di dunia olahraga membuat Lydia de Vega pernah di undang dalam rangkaian acara HUT Tabloid BOLA ke-5. Sebuah tabloid olahraga terkemuka di Indonesia kala itu. Dalam acara tersebut Lydia bersama Menteri Pemuda dan Olahraga, Akbar Tanjung didaulat untuk melepas Lomba lari BOLA 10-K dan dan lari gembira pada 5 Maret 1989 di Jakarta. Setelah melepas peserta lomba, Lydia de Vega dan Akbar Tanjung berserta undangan lainnya ikut bergabung dalam lari gembira. Sehari sebelumnya, Ratu Atletik Asia itu juga diberi kehormatan untuk menyerahkan piala kepada para juara turnemen tenis HUT tabloid tersebut.

Lydia De vega mengundurkan diri sebagai atlet profesional pada tahun 1994. Selama 16 tahun terakhir hidupnya, ia  tinggal dan bekerja sebagai pelatih atletik di sekolah swasta di Singapura. Lydia de Vega meninggal pada Agustus 2022, pada usia 57 tahun, setelah empat tahun berjuang melawan kanker payudara.

KOMPAS/Dirman Thoha/Arbain Rambey

Di mana pun Lydia de Vega selalu menjadi incaran wartawan . Foto kiri, Lydia diwawancara saat mengikuti  SEA Games tahun 1987 di Jakarta. Kanan, Lydia diwawancara banyak wartawan ketika tampil di SEA Games tahun 1991, setelah melahirkan anak pertamanya.

KOMPAS/Arbain Rambai

Ratu Atletik Asia, Lydia de Vega tampil dengan busana santai saat pelaksanaan SEA Games XVI di Manila tahun 1991.

KOMPAS/Julian Sihombing

Mantan pelari cepat (sprinter) Indonesia, Purnomo bersama Lydia de Vega pada SEA Games XVII Singapura, tahun 1993.

KOMPAS/Julian Sihombing

Pelari cepat asal Filipina, Lydia de Vega bertemu para pimpinan Kompas Gramedia di Bentara Budaya Jakarta, Maret 1989. Acara yang dihadirinya itu dalam rangka perayaan HUT Tabloid Bola yang ke-5.

KOMPAS/Julian Sihombing

Ratu Atletik Asia asal Flipina, Lydia de Vega saat kunjungan ke Jakarta tahun 1989.

Referensi
  • “Lydia Lepas Bola 10-K”. Kompas, 26 Februari 1989, hal 14. 
  • “Atlet Pelatnas Ikut Bola 10-K”. Kompas, 4 Maret 1989, hal 14. 
  • “Lydia de Vega Menangis”. Kompas, 3 Desember 1982, hal 10. 
  • “Lydia de Vega Olahragawan Terbaik Filipina 1981”. Kompas, 4 Januari 1982, hal 10. 

foto lainnya dapat akses melalui: https://data.kompas.id/
Klik foto untuk melihat sumber.