KOMPAS/Danu Kusworo
Kompas, 22 Oktober 2006
Seorang pemudik memanfaatkan jendela pintu kereta yang pecah untuk masuk ke gerbong kereta yang penuh sesak di Stasiun Senen, Jumat (20/10/2006).
Mudik menggunakan angkutan kereta api menjadi primadona masyarakat sejak dulu sampai sekarang, khususnya bagi warga kelas bawah. Angkutan massal itu dianggap anti macet dan murah.
Saat ini naik kereta api jauh lebih nyaman. Mulai dari kemudahan membeli tiket dengan cara online, sehingga calon penumpang tidak perlu lagi berjubel antre di depan loket bahkan menginap di stasiun untuk mendapatkan tiket. Keamanan dan kebersihan di stasiun juga terjaga. Kamar mandi relatif bersih dengan air yang cukup. Tidak tampak lagi calo dan pencoleng yang bebas berkeliaran di area stasiun. Semua armada kini dilengkapi pendingin atau AC dan nomor tempat duduk untuk setiap penumpang termasuk kelas ekonomi. Gerbong kelas ekonomi yang tadinya gerah menjadi lebih dingin dan bersih . Petugas keamanan selalu patroli membuat penumpang bisa tidur nyenyak selama perjalanan
Sebelum itu para penumpang kelas ekonomi harus menerima kondisi dan pelayanan yang memprihatinkan, terlebih di saat mudik. Jauh dari kata manusiawi,yang penting terangkut. Seperti falsafah orang Jawa yang merupakan 90 persen pemudik, pokoke katut (asal terangkut). Tiket tanpa nomor tempat duduk dijual bebas membuat jumlah penumpang menjadi membludak. Untuk masuk ke dalam gerbong penumpang harus berjuang masuk di pintu kereta. Penumpang yang tidak sabar dan tubuhnya kecil memilih masuk melalui jendela. Di dalam gerbong pun tak kalah menderitanya. Penumpang saling berhimpitan dalam gerbong tanpa pendingin ruangan. Tidak sedikit juga gerbong yang gelap karena lampunya mati. Penumpang juga harus menahan kencing dan buang hajat karena selain sulit melewati penumpang lain, toilet pesing pun sering dijadikan tempat alternatif bagi penumpang.
Moko (51), seorang karyawan swasta menceritakan pengalamannya saat naik kereta ekonomi Sawunggalih dari Stasiun Kutoarjo kembali ke Jakarta di tengah puncak arus balik pemudik pada tahun 1997. “Bisa berdiri pada posisi sempurna saja sudah bagus mas…Saking penuhnya penumpang, telapak kaki saya selalu saja menginjak kaki penumpang lain.” Moko yang berdiri di dekat pintu juga mengisahkan, meskipun kereta sudah penuh sesak, setiap kereta berhenti di stasiun yang dilalui selalu saja ada penumpang yang menggedor-gedor pintu kereta memaksa ikut naik. Tidak jarang terjadi adu mulut dengan penumpang yang beridiri di dekat pintu. Pengalaman naik kereta bareng pemudik juga menjadi pengalaman yang tak terlupalan bagi Moko. Ia juga masih ingat setelah turun dari kereta ia susah berjalan karena kedua kakinya bengkak.
KOMPAS/Bahana Patria Gupta
Kompas, 29 Oktober 2006
Pemudik menyesaki gerbong kereta api (KA) kelas ekonomi Senja Bengawan di Stasiun KA Jebres, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (28/10). Mereka rela duduk di lantai dan berdesak-desakan dengan sesama penumpang.
KOMPAS/Gregorius Magnus Finesso
Kompas, 8 September 2010
Padatnya pemudik pengguna kereta api kelas ekonomi memaksa beberapa penumpang memilih toilet sebagai tempat tidur walaupun kondisinya sangat jorok dan bau, seperti pada KA Tawangjaya jurusan Stasiun Pasar Senen-Semarang Poncol, Senin (6/9/2010) malam.
Perubahan pada Pelayanan Kereta Ekonomi
KOMPAS/Iwan Setiyawan
Kompas, 25 Agustus 2011
Pekerja membersihkan bagian dalam gerbong kereta ekonomi Gajah Wong yang dipersiapkan di Stasiun Jakarta Kota, Jakarta, Rabu (24/8/2011). Kereta ekonomi yang berpendingin ruangan ini akan mulai dioperasikan hari ini untuk melayani penumpang tujuan Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta.
KOMPAS/Cornelius Helmy Herlambang
Kompas, 16 Agustus 2012
Suasana di Kereta Api Ekonomi AC Majapahit jurusan Pasar Senen-Malang lengang dan tidak terlihat penumpang berdesakan pasca-penerapan sistem satu karcis satu tempat duduk. Sistem baru itu diharapkan menjadi jalan pembuka pembenahan moda transportasi kereta api.
KOMPAS/Bahana Patria Gupta
Kompas, 23 Agustus 2012
Sukimah (70), calon penumpang, harus dibantu saat akan naik KA Kertajaya Reguler tujuan Tanjung Priok, Jakarta, di Stasiun Pasar Turi, Surabaya, Rabu (22/8/2012). Pemudik yang akan kembali ke tanah rantau mulai memadati Stasiun Pasar Turi.
Ignasius Jonan: Pembaharu Kereta Api Indonesia
Setiap pejabat PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) pasti berusaha untuk memberi yang terbaik bagi masyarakat penggunan transportasi massal tersebut, tetapi ditangan Ignasius Jonan, Direktur Utama PT KAI tahun 2009-2014 wajah perkeretaapian Indonesia sangat nyata perubahannya.
Pria kelahiran Singapura, 23 Juni 1963 melakukan berbagai perubahan yang bisa dirasakan langsung sampai saat ini. Mulai dari strerilisasi stasiun, perbaikan pembelian tiket sistem online, sistem boarding pass hingga peningkatan kebersihan baik di stasiun maupun dalam kereta serta penyediaan AC pada semua gerbong kereta di semua kelas penumpang. Jonan yang berlatar belakang profesional dibidang keuangan itu juga menerapkan sistem meritoktasi bagi karyawan, yaitu sistem yang yang memberi penghargaan (reward) bagi yang berprestasi.
Jonan yang awalnya ragu untuk mempimpin PT Kereta Api Indonesia karena latar belakanganya bertolak belakang akhirnya dengan kerja keras berhasil sukses merubah wajah perkeretaapian Indonesia. Fotonya ia sedang tidur meringkuk di bangku gerbong kereta ekonomi saat memantau arus mudik tahun 2014 tersebar di media sosial dan menjadi banyak perbincangan. Karena keberhasilannya itulah maka Oktober 2014 Presiden Joko Widodo mengangkatnya sebagai menteri perhubungan dalam kabinet kerja.
IGNASIUS JONAN
♦ Lahir: 21 Juni 1963 di Singapura
♦ Pendidikan:
– 2004-2005: MA dari Fletcher School of Law and Diplomacy, International Relations and Affairs
– 2000: Senior Managers di Government Program, Harvard Kennedy School of Government
– 1999: Senior Executive Program Columbia Business School, Columbia University
– 1982-1986: S-1 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga
♦ Pekerjaan:
-Menteri ESDM (2016-2019)
-Menteri Perhubungan RI (2014-2016)
– 2009-2014: Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia
– 2006-2008: Managing Director and Head of Indonesia Investment Banking Citi
– 2001-2006: Direktur Utama PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero)
– 1999-2001: Direktur Private Equity Citi
– 1986: Arthur Andersen
- Kompas, 18 Mei 2014. Persona: Jonan Melayani Penumpang
- Kompas, 16 Agustus 2012. Mudik Kereta Api: Menyembulkan Harapan di Tengah Perubahan.
- Kompas.com 17 November 2020. Cerita Jonan Kala Ditawari Jadi Dirut KAI: Bukan Hanya Kaget, Jantung Hampir Berhenti.
- Sumber lainnya