Paparan Topik | Transportasi

Hari Kereta Api Nasional: Komitmen PT KAI Menjaga Keselamatan

“Safety and Sustainability” menjadi tema yang dipilih untuk peringatan Hari Kereta Api Nasional sekaligus HUT ke-79 PT KAI pada tahun 2024. PT KAI terus berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik demi menjaga keselamatan pelanggannya.

KOMPAS/AGUIDO ADRI

Calon penumpang menanti kereta api di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Senin (23/3/2020). Pada hari itu, di tengah penerapan bekerja dari rumah, Stasiun Manggarai tetap ramai (foto atas). Pekerja, Rabu (18/3), menunggu angkutan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, saat jam pulang kerja (tengah). Pembatasan layanan transportasi, 16 Maret 2020, menyebabkan antrean di halte Transjakarta Tosari, Jakarta (bawah).

Fakta Singkat

Hari Kereta Api Nasional

  • Pada masa pemerintahan Jepang, seluruh perusahaan kereta api baik milik negara maupun swasta disatukan dalam Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api).
  • Pada masa pemerintahan Jepang, operasional kereta api hanya dilakukan pada siang hari.
  • Puncak sejarah perebutan terjadi pada 28 September 1945 di Kantor Pusat Kereta Api Bandung.
  • Perubahan nama perusahaan yang menaungi kereta api sudah terjadi beberapa kali. Mulai dari Djawatan Kereta Api (DKA), Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA), Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka), dan kini PT Kereta Api Indonesia (Persero).
  • Balai Yasa Manggarai merupakan tempat untuk menciptakan inovasi baru dalam sarana perkeretaapian.
  • PT Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki tujuh anak perusahaan yakni KAI Services (2003), KAI Bandara (2006), KAI Commuter (2008), KAI Wisata (2009), KAI Logistik (2009), KAI Properti (2009), PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (2015).

Sarana transportasi yang tidak bisa dilupakan perannya dalam perjuangan kemerdekaan RI adalah kereta api. Tanggal 28 September ditetapkan sebagai Hari Kereta Api Nasional. Hal ini dilandasi oleh peristiwa bersejarah yang terjadi pada 28 September 1945. Pada hari itu, ribuan pegawai Kereta Api dan Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) berhasil mengambil alih Kantor Pusat Kereta Api di Bandung dari penguasaan Jepang. Perjuangan mereka menjadi momentum bersejarah bagi kereta api Indonesia sehingga setiap tahun pada 28 September diperingati sebagai Hari Kereta Api Nasional.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, perusahaan kereta api dimiliki oleh negara dan swasta. Sedangkan pada masa pemerintahan Jepang, seluruh perusahaan kereta api dikuasai oleh tentara Jepang dan dijadikan satu Dinas Kereta Api atau Rikuyu Sokyuku. Sampai dengan saat ini, perubahan nama perusahaan yang menaungi kereta api sudah terjadi beberapa kali. Mulai dari Djawatan Kereta Api (DKA), Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA), Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka), dan kini PT Kereta Api Indonesia (Persero).

PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) telah melalui perjalanan yang panjang sejak tahun 1945 dengan beragam tantangan dan perubahan dari masa ke masa. Moda transportasi kereta api yang sebelumnya memiliki persepsi jauh dari modern, kumuh, massal, jorok, hanya untuk kalangan ekonomi bawah, dan menjadi pilihan terakhir jika moda transportasi lain tidak ada. Sejak 2009, di bawah kepemimpinan Ignasius Jonan, PT KAI berhasil melakukan berbagai langkah revolusioner dalam merevitalisasi bisnis sesuai perubahan jaman dan kondisi eksternal yang dinamik. Berbagai penghargaan sebagai perusahaan dan pemimpin dengan kinerja terbaik juga dicapai oleh PT KAI.

Perubahan besar ini bukanlah hasil kerja semalam dan semudah membalik tangan. Proses transformasi ini diarahkan oleh sebuah visi masa depan yang mendahulukan kepuasan pelanggan di atas segalanya. Dengan menjadikan pegawai PT KAI sebagai agen perubahan di setiap unit mereka berada. Unsur pimpinan juga memiliki peran penting dengan memberikan contoh, konsistensi, integritas, ketegasan, disiplin, dan kejelasan perintah serta sistem dan prosedur yang mendukung. Manfaat dari perubahan besar juga dirasakan oleh seluruh insan PT KAI yang bisa bekerja lebih tenang, nyaman, sejahtera, dan jelas arahnya.

Pada 28 September 2024, PT Kereta Api Indonesia (Persero) memasuki usia ke-79. Berbagai tantangan, inovasi, dan transformasi telah dilewati PT KAI. Segala terobosan PT KAI untuk mempercepat proses transformasi korporasi juga perlu diapresiasi. Semua transformasi yang telah terjadi di PT KAI memang tidak terlepas dari adanya sentuhan langsung dari gaya kepemimpinan manajemennya sendiri. PT KAI akan terus bertransformasi untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggannya.

Dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun ke-79 dan Hari Kereta Api Nasional, di laman PT KAI terdapat promosi tiket bertajuk “KAI Birthday Bash”. Penawaran potongan harga sebesar 21 persen yang berlaku periode pembelian tiket tanggal 27-29 September 2024. Promosi ini hanya berlaku untuk perjalanan kereta api dengan tanggal keberangkatan mulai 1 Oktober hingga 31 Oktober 2024.

Masih dalam rangkaian perayaan, PT KAI juga mengadakan Open House Balai Yasa Manggarai selama dua hari mulai tanggal 25 September hingga 26 September 2024. Masyarakat cukup antusias untuk berkunjung ke lokasi bengkel perawatan dan perbaikan kereta yang terletak di Jalan Bukit Duri Utara, Manggarai ini.  Open House diharapkan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana PT KAI secara detail melakukan perawatan dan perbaikan sarana kereta api untuk mendukung keamanan dan keselamatan perjalanan pelanggan.

Balai Yasa Manggarai merupakan tempat untuk menciptakan inovasi baru dalam sarana perkeretaapian. Salah satunya Compartement Suite yang digunakan oleh para petinggi Kereta Api anggota ASEAN dalam acara ARCEO 2024. Inovasi paling terbaru adalah transformasi kereta api ekonomi dengan kursi tegak menjadi kereta ekonomi New Generation yang dilengkapi desain kursi ergonomis dan fitur pengatur kemiringan (reclining) yang dapat disesuaikan dengan arah perjalanan.

Keberhasilan transformasi yang dilakukan PT KAI merupakan hasil komitmen untuk mendahulukan kepuasan pelanggan di atas segalanya. Semoga PT KAI berkomitmen untuk terus bertransformasi dalam memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Pekerja memeriksa lokomotif yang sedang menjalani perawatan di Depo Stasiun Tugu, Yogyakarta, Rabu (29/4/2020). Saat ini ada 17 lokomotif yang dirawat di depo itu setelah perjalanan KA jarak jauh untuk angkutan mudik Lebaran dibatalkan. Pembatalan dilakukan karena pemerintah menerapkan larangan mudik dari Jabodetabek dan wilayah lain yang menerapkan pembatasan sosial berskala besar serta dari zona merah Covid-19.

Sejarah Hari Kereta Api Nasional

Sejarah kereta api di Indonesia dimulai sejak era kolonial, saat Indonesia dikuasai oleh Hindia Belanda. Pada 7 Juni 1864, jalur kereta api pertama dibangun di Desa Kemijen, Semarang ditandai dengan pencangkulan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Mr. L. A. J. Baron Sloet van de Beele. Pembangunan ini dipelopori oleh perusahaan swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappy (NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes. NISM merupakan perusahaan kereta api swasta pertama di Hindia Belanda yang diberikan izin oleh pemerintah saat itu.

Setelah tiga tahun pembangunan jalur rel kereta api, pada 10 Agustus 1867 jalan sepanjang 25 km dari Desa Kemijen, Semarang sampai ke Desa Tangoeng atau yang sekarang dikenal dengan Desa Tanggung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah dibuka dan kereta api mulai dioperasikan untuk angkutan umum.

Pada 27 Maret 1864, NISM juga memperoleh izin membangun jalur kereta api dengan rute Batavia-Buitenzorg atau sekarang dikenal dengan jalur Jakarta-Bogor. Namun pembangunan baru terealisasi pada 15 Oktober 1869 ditandai dengan hadirnya Gubernur Jenderal Pieter Mijer. Pembangunan jalur Jakarta-Bogor dilakukan secara bertahap dipimpin oleh J.P. Bordes. Jalur ini dioperasikan pertama kali pada 15 September 1871 sejauh sembilan kilometer dengan rangkaian sebanyak 14 kereta penumpang. Pengoperasian kedua mulai 16 Juni 1872 dan pada 31 Januari 1873 dapat dilalui oleh kereta api dan berlaku untuk masyarakat umum.

Pada 1 Maret 1942 tentara Jepang mendarat di Indonesia yaitu di Banteng, Eretan, dan Kranggan Jawa Tengah. Sehingga Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada militer Jepang. Hindia Belanda melalui Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menyatakan menyerah kepada pasukan Jepang di Kalijati, Subang, Jawa Barat pada 8 Maret 1942.

Sejak itu, perusahaan kereta api berada di bawah kekuasaan tentara Jepang. Sehingga kereta api berubah fungsi menjadi salah satu perangkat perang. Pada masa pendudukan militer Jepang terjadi pembongkaran jalur rel di beberapa jalur dan penggunaan kayu sebagai bahan bakar untuk menggerakkan kereta api yang didasarkan atas pertimbangan kepentingan perang. Selain itu, selama kekuasaan tentara Jepang, terjadi pembangunan lintas baru untuk mendukung pengangkutan batu bara.

Pada masa pemerintahan Jepang, seluruh perusahaan kereta api baik milik negara maupun swasta disatukan dalam Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api). Operasional kereta api hanya dilakukan pada siang hari. Di sisi lain, Jepang melakukan penerimaan pegawai kereta api secara besar-besaran pada 1942-1943. Yang lolos menjadi pegawai kereta api diberikan kursus dan latihan, salah satunya latihan dalam menghadapi perang. Jepang juga mendirikan sekolah untuk meningkatkan pengetahuan pegawai baru. Sekolah Syo Kyo Syu Syo memiliki empat jurusan yang disesuaikan dengan organisasi kereta api yaitu Jurusan Administrasi, Jurusan Jalan & Bangunan, Jurusan Traksi & Materil serta Jurusan Lalu Lintas & Perniagaan.

Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, sekelompok pemuda yang tergabung dalam Komite Aksi merencanakan mengambil alih kekuasaan dari Jepang terutama fasilitas umum. Transportasi darat yang paling banyak digunakan oleh masyarakat yaitu kereta api menjadi tujuan utama mereka. Sejak hari itu, Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) memutuskan semua kekuatan Jepang di kantor-kantor dan instansi Pemerintah Indonesia harus diambil alih dan dikuasai bangsa Indonesia.

Pada 3 September 1945 para pemuda di Jakarta menuju Stasiun Jakarta Kota untuk mengambil alih stasiun dan mengumumkan bahwa kereta api menjadi milik bangsa Indonesia. Setelah stasiun di Jakarta, berturut-turut perebutan kantor kereta api juga terjadi di Semarang, Jawa Tengah pada 26 September 1945. Puncak sejarah perebutan terjadi pada 28 September 1945 di Kantor Pusat Kereta Api Bandung.

Ribuan pegawai kereta api dan Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) yang waktu itu bekerja di bawah kekuasaan Jepang, mengambil alih Kantor Pusat Kereta Api Bandung dari tangan Jepang. Mereka juga membacakan pernyataan sikap yang menegaskan bahwa kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia. Sehingga orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan perkeretaapian di Indonesia.

Peristiwa ini sekaligus menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) dan sebagai momentum bersejarah dunia perkeretaapian Indonesia. Penanda setiap tahun pada 28 September diperingati sebagai Hari Kereta Api Nasional. Kereta api memiliki peran penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Melalui kereta api juga informasi Proklamasi 17 Agustus 1945 disebarluaskan ke seluruh stasiun-stasiun di Pulau Jawa. Lokomotif kereta api dihiasi dengan bendera merah putih, dinding kereta dihiasi tulisan “Milik Republik Indonesia” dengan huruf merah dan hitam yang menyala.

KOMPAS/B JOSIE SUSILO HARDIANTO

Jaringan rel kereta api di Lampung dan Sumatera Selatan setiap hari dibebani oleh kereta angkutan batu bara dan kereta penumpang. Beban yang diemban jaringan rel itu sangat berat. Tingkat keausan rel juga relatif cepat karena kondisi geografis Sumatera yang berbukit-bukit.

Kereta api di Indonesia

PT Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki sejarah panjang dan mengalami semua bentuk BUMN yang ada di Indonesia. Mulai dari Djawatan Kereta Api (DKA), Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA), Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka), dan kini PT KAI (Persero).

PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang menyelenggarakan jasa angkutan kereta api, meliputi angkutan penumpang dan barang. DPR mengesahkan revisi UU No. 13/1992 yang menegaskan bahwa investor swasta maupun pemerintah daerah diberi kesempatan mengelola jasa angkutan kereta api di Indonesia.

Bentuk-bentuk BUMN tersebut memiliki makna nuansa yang berbeda. DKA, PNKA, PJKA, merupakan BUMN bernuansa pelayanan umum, penyelenggaraan jasa publik. Sedangkan Perumka dan Persero bernuansa komersial, mencari keuntungan dengan melihat permintaan pasar saat ini yang sangat besar, bagi PT KAI sepertinya tidak ada masalah. Untuk itu, PT KAI mengembangkan diri dengan membentuk anak-anak perusahaan.

Mengutip dari laman KAI, saat ini PT Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki tujuh anak perusahaan yakni KAI Services (2003), KAI Bandara (2006), KAI Commuter (2008), KAI Wisata (2009), KAI Logistik (2009), KAI Properti (2009), PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (2015). Masing-masing anak perusahaan memiliki unit usaha yang berbeda. PT KAI harus mampu menjadi world class company dengan level operational excellence.

Pada tanggal 14 Agustus 2008, PT KAI melakukan pemisahan Divisi Jabotabek menjadi PT Kereta Commuter Jabotabek (KCJ) untuk mengelola kereta api komuter agar dapat melayani pelanggan di daerah Jakarta dan sekitarnya. (LITBANG KOMPAS)

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Seorang perempuan berebut masuk di kereta api ekonomi jurusan Kota yang sudah mulai berjalan di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Senin (21/4). Perempuan tetap harus berjuang sama seperti laki-laki untuk mendapatkan tempat duduk meski hari ini ada kebijakan memprioritaskan perempuan dapat duduk di kereta api Jabodetabek bertepatan dengan Hari Kartini.

Referensi

Arsip Kompas
  • Sejarah: Peran KA di Masa Kemerdekaan. Kompas, 31 Agustus 2005. Hlm. 1.
  • Kereta Api dan Kewajiban Angkutan Publik. Kompas, 14 Mei 2001. Hlm. 28.
Buku
  • Sejarah Perkeretaapian Indonesia Jilid 1. Tim Telaga Bakti Nusantara. Penerbit Angkasa Bandung. 1997.
  • Jonan & Evolusi Kereta Api Indonesia. Hadi M Djuraid. PT Mediasuara Shakti-BUMN Track. 2013.
  • KAI Recipe: Perjalanan Transformasi Kereta Api Indonesia. Tim Penerbit Buku LM-FEB UI. Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. 2015.
  • Kereta Api di Jakarta dari Zaman Belanda hingga Reformasi. Kartum Setiawan. PT Gramedia. Jakarta. 2021.

Artikel terkait