Foto

HB Jassin: Tokoh Sastra Indonesia

HB Jassin adalah penulis, pendokumentasi karya sastra, dan kritikus sastra Indonesia. Pendapatnya sering menjadi acuan di lingkungan akademik dan masyarakat penggemar sastra.

KOMPAS/JB Suratno

HB Jassin di depan koleksi kliping, di kantornya, Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, TIM . Foto Mei 1987.

KOMPAS/Kartono Ryadi

HB Jassin tahun 1991.

Kompas/Robert Adhi Ksp 

HB Yassin tahun 1996

Belum lama ini HB Jassin menjadi salah satu tokoh yang diusulkan Provinsi Gorontalo untuk mendapat gelar Pahlawan Nasional 2022. Tokoh kebudayaan dan kesusastraan kelahiran Gorontalo, 31 Juli 1917 ini dipilih karena dianggap berjasa terhadap perkembangan sastra Indonesia. Dia juga seorang kolektor karya sastra. Koleksi dokumen pribadinya tersimpan di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) H.B. Jassin. Sebuah lembaga yang dia rintis sejak tahun 1933 dan sangat berjasa dalam pendokumentasian sastra. Lembaga ini juga menjadi salah satu pusat penelitian sastra Indonesia.

Pria yang bernama lengkap Hans Bague Jassin adalah seorang penulis, penyunting dan kritikus sastra yang sangat aktif pada kurun waktu 1950-an hingga 1970-an. Pemikiran yang dituangkan dalam tulisan tentang kesusastraan Indonesia banyak menjadi rujukan bagi pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah maupun perguruan tinggi. Kritik-kritik sastranya yang ditulis di media cetak kala itu menjadi penilaian tentang kualitas suatu karya sastra. Dalam ulasannya Jassin sering menyebut karya dan penulis yang pantas untuk diperhitungkan. Apabila ada karya pengarang baru yang diulas dinyatakan baik olehnya, semua orang biasanya akan mengamininya. Itulah mengapa HB Jassin dijuluki sebagai Paus Sastra Indonesia.

HB Jassin menamatkan pendidikan HIS Gorontalo pada tahun 1923, lalu  melanjutkan HBS-B selama lima tahun di Medan dan lulus tahun 1939. Saat sekolah di kota Medan, ia bertemu dengan penyair terkenal Chairil Anwar, yang kemudian hari menjadi sahabatnya di Jakarta. Antara tahun 1953–1957, ia kuliah di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, sekaligus menjadi dosen di tempat itu. Kemudian tahun 1958–1959, ia memperdalam pengetahuan dalam bidang ilmu Perbandingan Kesusastraan di Universitas Yale, Amerika Serikat. Karena jasanya dalam bidang sastra Indonesia, pada tahun 1975 Jassin dianugreahi gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Indonesia

Dalam kariernya di dunia bahasa dan sastra, HB Jassin pernah menjabat sebagai redaktur Balai Pustaka tahun 1940–1942 dan menjadi pegawai di Lembaga Bahasa dan Budaya (sekarang Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1954–1973. Ia juga pernah menjadi redaktur majalah Pudjangga Baroe tahun 1940–1942, Pandji Poestaka tahun 1942–1945, Pantja Raja tahun 1945–1947, Mimbar Indonesia tahun 1947–1956, Zenith tahun 1951–1954, Bahasa dan Budaja tahun 1952–1963, Kisah tahun 1953–1956, Seni tahun 1955, Sastra tahun 1961–1964, Medan Ilmu Pengetahuan dan Buku Kita tahun 1967–1969. Terakhir, ia menjadi redaktur majalah Horison sejak 1975 sampai 1980-an.

Sebagai penulis HB jassin sangat produktif. Karyanya beragam, mulai dari puisi, cerpen, buku sastra dan karya-karya terjemahan. Beberapa di antaranya yang terkenal adalah buku Chairil Anwar Penyair angkatan 45, yang merupakan pembelaan HB Jassin terhadap Chairil Anwar yang dituduh sebagai plagiat, terjemahan novel Multatuli karya Max Havelar dan terjemahan Al Quran yang berjudul Alquran Bacaan Mulia, yang edisi berikutnya diberi judul Alquran Berwajah Puisi. Karya terakhir yang kontroversi ini merupakan pergulatan dirinya setelah kesepian atas kematian istrinya, Arsiti, tahun 1962.

Tokoh penerima penghargaan Satyalencana Kebudayaan tahun 1969 dan Bintang Mahaputra Naraya tahun 1994 dari pemerintah Indonesia ini tutup usia di Jakarta pada 11 Maret 2000 dan dimakamkan dengan upacara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

KOMPAS/Don Sabdono

Mantan Wakil Presiden Adam Malik berkunjung ke Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin di kompleks Taman Ismail Marzuki (29/6/1983). Dalam kesempatan tersebut Wakil Presiden RI ketiga itu prihatin dengan kondisi lembaga tersebut yang tidak sanggup menanggung biaya listrik dan memberi solusi cara mendapatkan dana.

KOMPAS/JB Suratno

HB Jassin pada tahun 1987 di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin. Lembaga yang dia rintis Sejak 1933 untuk mengoleksi karya-karya sastra. 

KOMPAS/JB Suratno

Doktor (HC) HB Jassin bersama istri setelah menerima penghargaan Bintang Mahaputra Nararya di Istana Negara Jakarta (15/8/1994).

KOMPAS/Eddy Hasby

HB Jassin (tengah) didampingi Mensesneg Moerdiono (kiri) dan anggota panitia Peringatan 50 Tahun Wafatnya Penyair dan Pahlawan Amir Hamzah, Abrar Yusra, menandatangani buku Amir Hamzah dan Relevansi Sastra Melayu. Peringatan dan peluncuran buku itu dilakukan di Gedung Kesenian Jakarta, Selasa (2/4/1996).

KOMPAS/Robert Adhi Ksp 

HB Jassin mecoba mobil bantuan untuk operasional PDS H.B. Jassin, yang baru diserahkan oleh Wagub DKI Bidang Kesra RS Museno (18/6/1996).

KOMPAS/Johnny TG

Sastrawan HB Jassin didampingi istrinya, Juliko (54) pada acara peringatan HUT ke-80 HB Jassin di Ruang Supardjo Rustam, RSCM, Jakarta  (31/7/1997).

Referensi

“Pusat Dokumentasi Sastra H.B Jassin* Listriknya Padam karena Tak Kuat Bayar”. Kompas, 30 Juni 1983. 
“Lebih Jauh dengan HB Jassin”. Kompas, 26 Juli 1987. 
“Chairil Anwar Milik Bangsa Kita”. Kompas, 23 April 1989. 
“80 Tahun HB Jassin: Pusat Dokumentasi Sastra Itu”. Kompas, 1 Agustus 1997.
“Tokoh Sastra HB Jassin Tutup Usia”. Kompas, 12 Maret 2000. 
ensiklopedia.kemendikbud.go.id

Foto lainnya dapat diakses melalui:
https://www.kompasdata.id/

Klik foto untuk melihat sumber.