KOMPAS/FX Puniman
Gerak Jalan Tradisional Bogor-Jakarta XI sejauh 60 kilometer tahun 1982. Tampak perserta beregu dari salah satu sekolah dan peserta perorangan baru saja melakukan start.
Tahun 1970-an sampai sekitar akhir 1980-an, gerak jalan menjadi salah satu olahraga kegemaran warga Jakarta dan sekitarnya. Selain murah, olahraga ini juga untuk melatih kekompakan, disiplin dan dapat menumbuhkan semangat juang para peserta.
Banyak regu-regu gerak jalan dibentuk kala itu, seperti di lingkungan rumah, sekolah, dan instansi-instansi. Mereka sengaja berlatih secara rutin untuk persiapan mengikuti berbagai perlombaan
Setiap peringatan-peringatan acara tertentu, seperti HUT Kemerdekaan, Sumpah Pemuda atau ulang tahun perusahaan, tidak jarang panitia mengagendakan lomba gerak jalan sebagai salah satu acara dalam peringatan tersebut. Jarak lomba yang ditempuh pun beragam, ada yang hanya keliling di wilayah instansi penyelenggara, hingga dipilih jarak yang jauh.
Salah satu rute gerak jalan jarak jauh yang paling populer pada tahun-tahun itu adalah dari Jakarta ke Bogor, atau sebaliknya start dari Bogor kemudian finish di Jakarta. Dengan Jarak tempuh sekitar 60 kilometer. Gerak jalan semalam suntuk itu melalui rute Jalan Raya Parung dan Ciputat.
Dahulu hampir setiap malam Minggu ada saja terlihat sekelompok orang yang berjalan kaki di Jalan Raya Parung. Mereka atas inisiatif sendiri menguji kekuatan fisik menempuh jarak puluhan kilometer. Namun, akan lebih ramai bila ada rombongan peserta lomba gerak jalan yang lewat. Teriakan-teriakan penyemangat yang disertai gurauan dari sesama peserta dan panitia membuat suasana gerak jalan jarak malam itu terasa meriah. Banyak juga di antara peserta yang kelelahan dan beristirahat di pinggir jalan atau warung-warung, bahkan ada yang melompat ke kendaraan panitia atau mobil bak terbuka yang melintas. Bagi sebagian mereka sampai garis akhir bukan tujuan, yang penting adalah seru-seruan.
Yang pernah tercatat, peserta terbanyak dalam lomba gerak jalan Bogor- Jakarta adalah saat Gerak Jalan Tradisional Bogor-Jakarta tahun 1982. Lomba yang diselenggarakan sejak tahun 1971 itu diikuti oleh 21 ribu orang perserta, yang terdiri dari 1800 regu putra-putri dan 1500 peserta perseorangan. Pesertanya pun beragam, mulai dari anak-anak sampai lansia, bahkan penyandang disabilitas.
Namun, jangan bayangkan Jalan Raya Parung seperti sekarang ini, yang selalu ramai dengan kendaraan lalu lalang selama hampir 24 jam. Sepanjang jalan berderet pertokoan, pusat perbelanjaan dan gerbang perumahan. Dahulu jalur favorit ini cukup sepi dan gelap. Masih banyak pepohonan di kanan-kiri jalan. Lampu-lampu redup dari rumah penduduk tampak agak jauh dari jalan. Di beberapa titik berdiri warung-warung sederhana yang terbuat dari bilik atau papan yang menyediakan minuman hangat dan gorengan bagi para pelintas.
KOMPAS/FX Puniman
Penyandang disabilitas ikut menyemarakkan lomba Gerak Jalan Tradisional Bogor-Jakarta (21/11/1981) . Mereka diikutkan dalam kelompok wanita, 40 tahun ke atas.
DOK BOLA
Peserta lomba gerak jalan Jakarta-Bogor tampak masih bersemangat saat melitasi Jalan Raya Parung. Foto tahun 1984.
DOK BOLA
Meskipun hujan peserta disabilitas ini terus memutar roda kursinya dalam gerak jalan Jakarta-Bogor tahun 1984.
KOMPAS/Hadi Tjahja
Peserta Gerak Jalan Tradisional Bogor-Jakarta tahun 1979 tampak basah dan kelelahan (kiri), sementara peserta lainnya berusaha untuk tetap semangat.
KOMPAS/Hadi Tjahja
Untuk mengurangi jarak tempuh, ada saja dari peserta gerak jalan Bogor-Jakarta yang melompat ke mobil panitia lomba. Foto tahun 1979.
Foto-foto lainnya dapat diakses melalui https://data.kompas.id/