Foto

dr. Pratiwi Sudarmono: Astronot Pertama Indonesia

Dokter Pratiwi Soedarmono adalah pakar mikrobiologi yang pernah dipersiapkan menjadi astronot pertama Indonesia. Meledaknya pesawat ulang-alik Challenger beberapa bulan sebelum keberangkatan menyebabkan ia gagal mengangkasa.

KOMPAS/Dudy Sudibyo 

Pratiwi Soedarmono calon astronot Indonesia. Foto Juni 1986.

KOMPAS/JB Suratno

Pratiwi Sudarmono calon antariksawan pertama Indonesia. Foto Juni 1984.

Tahun 1985  Dokter Pratiwi Soedarmono, Phd menjadi sosok kebanggaan bangsa Indonesia setelah ia terpilih sebagai astronot pertama Indonesia sekaligus wanita pertama dari negara berkembang yang akan ikut dalam misi penerbangan ruang angkasa dengan pesawat ulang-alik Challenger pada bulan Juni 1986. Misi ini juga rencananya akan membawa satelit Indonesia, Palapa B-3.

Melalui seleksi ketat di dalam negeri maupun NASA, Amerika Serikat, Dosen bagian mikrobiologi molekuler, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia  itu bersama Ir. Taufik Akbar, sarjana teknik telekomunikasi ITB sebagai astronot cadangan menyisihkan dua calon terbaik lainnya yaitu, MK Yusuf, kapten pilot pada Dirjen Perhubungan Udara dan Ir. Bambang Harymurti seorang wartawan majalah mingguan berita Tempo.

Rencananya Pratiwi yang  doktor ahli teknologi genetika lulusan Universitas Osaka, Jepang akan mengangkasa dalam pesawat ulang-alik selama tujuh hari dan akan melakukan penelitian “Inspex” (Indonesian Space Experiment) yang terdiri dari tiga jenis. Pertama, penelitian tentang bentuk sel darah merah dalam kondisi tanpa bobot. Kedua, pemantauan flora mikrobia, dan ketiga penelitian terhadap pengembangan awal pertumbuhan sel binatang dan sel tumbuhan di angkasa. Misalnya bagaimana tauge bisa tumbuh di angkasa dalam ruangan tanpa bobot.

Presiden kedua RI Soeharto dalam suatu pertemuan dengan putra terbaik tersebut mengharapkan agar ikut sertanya mereka menjadi landasan awal bagi bangsa Indonesia dalam dunia antariksa, khususnya bidang telekomuniksi. Pak Harto juga menegaskan bahwa kita tidak bisa terus menerus hanya memesan satelit dari bangsa lain, kemudian menyewa pesawat untuk meluncurkannya juga dari negara lain.

Namun sayang, musibah pesawat ulang-alik Challenger yang meledak 75 detik setelah peluncuran dari Cape Canaveral, Florida pada 28 Januari 1986 membuat jadwal keberangkatan astronot Indonesia yang tinggal beberapa bulan lagi menjadi tidak pasti.

Satelit Palapa B-3 (kemudian namanya diganti menjadi Palapa B-2P)  yang rencananya akan dibawa bersama astronot Indonesia akhirnya diluncurkan pada 21 Maret 1987 menggunakan Roket Delta  tanpa awak yang dioperasikan oleh NASA. Pada tahun yang sama calon astronot wanita kelahiran Bandung, 31 Juli 1952 itu terpilih menjadi anggota MPR dari golongan intelektual untuk Fraksi Karya Pembagunan.

KOMPAS/Hasanuddin Assegaff

Empat calon astronot Indonesia, dari kiri ke kanan: dr Pratiwi Soedarmono PhD, Ir Bambang Harymurti, MK Yusuf dan Ir Taufik Akbar, tengah di wawancara di anjungan Postel Pameran Produksi Indonesia 85, (7/8/1985). Selain mendapat penjelasan dari staf Postel, keempatnya juga belajar menjadi public figure, menjawab pertanyaan wartawan dan pengunjung pameran. Mereka akan diberangkatkan ke AS untuk pemeriksaan kesehatan lebih lanjut, guna menentukan seorang calon utama dan cadangan.

KOMPAS/Dudy Sudibyo

Calon astronot putri Indonesia Pratiwi Sudarmono (kiri) mendampingi Menristek BJ Habibie menyambut astronot NASA, Jon McBridge, pilot penerbangan pesawat ulang alik itu  tiba di Jakarta  (20/6/1986)  untuk mengikuti kegiatan pameran dirgantara IAS 1986.

KOMPAS/Hasanuddin Assegaff 

Calon astronot Indonesia pertama, dr. Ny. Pratiwi Soedarmono, Sabtu pagi (1/2/1986) membacakan pidato ilmiah berjudul “Bioteknologi dalam Pembangunan Nasional” pada upacara dies natalis Universitas Indonesia (UI) ke-37, di Balai Sidang Senayan, Jakarta.

KOMPAS/Dudy Sudibyo 

Calon astronot Indonesia dr. Pratiwi Sudarmono didampingi putra tunggalnya, Ditto, (8/6/1986) tiba di Bandara Soekarno Hatta usai mengikuti pendidikan menjadi astronot di AS. Ia  disambut ibunya. Ny. Khristina Soegoti Moeljowijadi (paling kanan) dan pembantu setianya, Mbok Noyo.

KOMPAS/Dudy Sudibyo

Calon astronot Indonesia saat betemu Duta Besar Amerikat Paul Wolfwitz pada Juli 1997 di Jakarta.

KOMPAS/Kartono Ryadi

Pratiwi Soedarmono, calon astronot wanita Indonesia, untuk pertama kalinya membaca puisi tentang angkasa di Graha Bhakti Budaya, TIM (23/12/1988). 

Referensi

KOMPAS, 30 Oktober 1985. Pratiwi Soedarmono, Antariksawati Indonesia

KOMPAS, 7 Agustus 1985. Empat Astronot Indonesia ke NASA

KOMPAS, 21 Februari 1986. Presiden kepada Pratiwi: Bagaimana, Sudah Siap Mental?

KOMPAS, 30 Januari 1986. Tajuk Rencana : Challenger Meledak

KOMPAS, 22 Maret 1987. Palapa B-2P Mengangkasa: Pagi ini Roket Apogium Dihidupkan.

Foto lainnya dapat diakses melalui http://www.kompasdata.id/
Klik foto untuk melihat sumber.