Tahun 1985 Dokter Pratiwi Soedarmono, Phd menjadi sosok kebanggaan bangsa Indonesia setelah ia terpilih sebagai astronot pertama Indonesia sekaligus wanita pertama dari negara berkembang yang akan ikut dalam misi penerbangan ruang angkasa dengan pesawat ulang-alik Challenger pada bulan Juni 1986. Misi ini juga rencananya akan membawa satelit Indonesia, Palapa B-3.
Melalui seleksi ketat di dalam negeri maupun NASA, Amerika Serikat, Dosen bagian mikrobiologi molekuler, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia itu bersama Ir. Taufik Akbar, sarjana teknik telekomunikasi ITB sebagai astronot cadangan menyisihkan dua calon terbaik lainnya yaitu, MK Yusuf, kapten pilot pada Dirjen Perhubungan Udara dan Ir. Bambang Harymurti seorang wartawan majalah mingguan berita Tempo.
Rencananya Pratiwi yang doktor ahli teknologi genetika lulusan Universitas Osaka, Jepang akan mengangkasa dalam pesawat ulang-alik selama tujuh hari dan akan melakukan penelitian “Inspex” (Indonesian Space Experiment) yang terdiri dari tiga jenis. Pertama, penelitian tentang bentuk sel darah merah dalam kondisi tanpa bobot. Kedua, pemantauan flora mikrobia, dan ketiga penelitian terhadap pengembangan awal pertumbuhan sel binatang dan sel tumbuhan di angkasa. Misalnya bagaimana tauge bisa tumbuh di angkasa dalam ruangan tanpa bobot.
Presiden kedua RI Soeharto dalam suatu pertemuan dengan putra terbaik tersebut mengharapkan agar ikut sertanya mereka menjadi landasan awal bagi bangsa Indonesia dalam dunia antariksa, khususnya bidang telekomuniksi. Pak Harto juga menegaskan bahwa kita tidak bisa terus menerus hanya memesan satelit dari bangsa lain, kemudian menyewa pesawat untuk meluncurkannya juga dari negara lain.
Namun sayang, musibah pesawat ulang-alik Challenger yang meledak 75 detik setelah peluncuran dari Cape Canaveral, Florida pada 28 Januari 1986 membuat jadwal keberangkatan astronot Indonesia yang tinggal beberapa bulan lagi menjadi tidak pasti.
Satelit Palapa B-3 (kemudian namanya diganti menjadi Palapa B-2P) yang rencananya akan dibawa bersama astronot Indonesia akhirnya diluncurkan pada 21 Maret 1987 menggunakan Roket Delta tanpa awak yang dioperasikan oleh NASA. Pada tahun yang sama calon astronot wanita kelahiran Bandung, 31 Juli 1952 itu terpilih menjadi anggota MPR dari golongan intelektual untuk Fraksi Karya Pembagunan.
KOMPAS/Hasanuddin Assegaff
Empat calon astronot Indonesia, dari kiri ke kanan: dr Pratiwi Soedarmono PhD, Ir Bambang Harymurti, MK Yusuf dan Ir Taufik Akbar, tengah di wawancara di anjungan Postel Pameran Produksi Indonesia 85, (7/8/1985). Selain mendapat penjelasan dari staf Postel, keempatnya juga belajar menjadi public figure, menjawab pertanyaan wartawan dan pengunjung pameran. Mereka akan diberangkatkan ke AS untuk pemeriksaan kesehatan lebih lanjut, guna menentukan seorang calon utama dan cadangan.
KOMPAS/Dudy Sudibyo
Calon astronot putri Indonesia Pratiwi Sudarmono (kiri) mendampingi Menristek BJ Habibie menyambut astronot NASA, Jon McBridge, pilot penerbangan pesawat ulang alik itu tiba di Jakarta (20/6/1986) untuk mengikuti kegiatan pameran dirgantara IAS 1986.
KOMPAS/Hasanuddin Assegaff
Calon astronot Indonesia pertama, dr. Ny. Pratiwi Soedarmono, Sabtu pagi (1/2/1986) membacakan pidato ilmiah berjudul “Bioteknologi dalam Pembangunan Nasional” pada upacara dies natalis Universitas Indonesia (UI) ke-37, di Balai Sidang Senayan, Jakarta.
KOMPAS/Dudy Sudibyo
Calon astronot Indonesia dr. Pratiwi Sudarmono didampingi putra tunggalnya, Ditto, (8/6/1986) tiba di Bandara Soekarno Hatta usai mengikuti pendidikan menjadi astronot di AS. Ia disambut ibunya. Ny. Khristina Soegoti Moeljowijadi (paling kanan) dan pembantu setianya, Mbok Noyo.
KOMPAS/Dudy Sudibyo
Calon astronot Indonesia saat betemu Duta Besar Amerikat Paul Wolfwitz pada Juli 1997 di Jakarta.
KOMPAS/Kartono Ryadi
Pratiwi Soedarmono, calon astronot wanita Indonesia, untuk pertama kalinya membaca puisi tentang angkasa di Graha Bhakti Budaya, TIM (23/12/1988).
KOMPAS, 30 Oktober 1985. Pratiwi Soedarmono, Antariksawati Indonesia
KOMPAS, 7 Agustus 1985. Empat Astronot Indonesia ke NASA
KOMPAS, 21 Februari 1986. Presiden kepada Pratiwi: Bagaimana, Sudah Siap Mental?
KOMPAS, 30 Januari 1986. Tajuk Rencana : Challenger Meledak
KOMPAS, 22 Maret 1987. Palapa B-2P Mengangkasa: Pagi ini Roket Apogium Dihidupkan.
Foto lainnya dapat diakses melalui http://www.kompasdata.id/
Klik foto untuk melihat sumber.