Daerah

Kabupaten Madiun: Dari Kampung Pesilat Hingga Agrowisata

Kabupaten Madiun memiliki berbagai kekhasan, mulai dari berbagai perguruan pencak silat hingga kuliner khas setempat seperti pecel dan brem. Daerah ini berpotensi di bidang perdagangan, pertanian, industri hingga agrowisata. Dalam sejarahnya, daerah ini lekat dengan Kerajaan Mataram.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA 

Gerbang Tol Madiun yang masuk dalam ruas Tol Ngawi-Kertosono seksi Ngawi Wilangan yang baru diresmikan olejh Presiden Jokowi, Jawa Timur. Kamis (29/3/2018). Panjang Seksi Ngawi – Wilangan sepanjang 52 kilometer merupakan ruas yang diresmikan dari total panjang 87 kilometer.

Fakta Singkat

Hari Jadi 
18 Juli 1568

Dasar Hukum
Undang-Undang No. 12/1950

Luas Wilayah
1.010,86 km2

Jumlah Penduduk
750.143 jiwa (2021)

Kepala Daerah
Bupati H. Ahmad Dawami
Wakil Bupati H. Hari Wuryanto

Instansi terkait
Pemerintah Kabupaten Madiun

Kabupaten Madiun merupakan salah satu dari 38 kabupaten/kota yang berada di bagian selatan Provinsi Jawa Timur. Letak wilayah ini strategis, di jalur persimpangan antara Jakarta, Solo-Surabaya, Pacitan, Ponorogo-Surabaya, Magetan-Surabaya. Kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa.

Kabupaten Madiun dibentuk berdasarkan UU 12/1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Jawa Timur. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kecamatan Mejayan, akan tetapi, sebagian pusat permerintahan berada di wilayah Caruban, yang masih bagian dari Kecamatan Kejayan.

Sebelumnya, pusat pemerintahnya berada di dekat alun-alun di Kota Madiun. Perpindahan pusat pemerintahan sesuai dengan PP 52/2010 tentang perpindahan ibu kota.

Pemerintahan di Madiun sudah ada sejak tahun 1568, tepatnya pada masa Kerajaan Demak. Saat itu, pemerintahan bernama Kabupaten Madiun berdiri tanggal 18 Juli 1568 atau 15 Suro 1487 Be dalam kalender Jawa. Tanggal tersebut bertepatan dengan pelantikan Ki Ageng Ronggo Jumeno atau Pangeran Timur.

Kabupaten Madiun terdiri atas 15 kecamatan, yang dibagi lagi ke dalam 198 desa dan delapan kelurahan. Berpenduduk 750.143 jiwa (2021), Kabupaten Madiun dipimpin oleh Bupati H. Amad Dawami Ragil Saputra dan wakilnya Hari Wuryanto untuk periode 2018–2023.

Madiun dikenal sebagai salah satu daerah penghasil brem di tanah air. Brem juga dihasilkan di Wonogiri, Jawa Tengah, serta di Bali dan Nusa Tenggara Timur. Namun, setiap daerah memiliki kekhasan tersendiri. Brem Madiun, misalnya, berwarna kuning keemasan, sedangkan brem Wonogiri berwarna putih.

Selain penghasil brem, wilayah ini dikenal pula dengan slogannya sebagai Kampung Pesilat, mengingat banyak perguruan silat berkembang di daerah ini. Pencanangan Kabupaten Madiun sebagai Kampung Pesilat ini bertujuan positif, salah satunya menghapus stigma akibat pemberontakan PKI di wilayah setempat pada 1948.

Di daerah ini, setidaknya ada 11 perguruan silat di Madiun yang memiliki basis massa besar. Mulai dari Persaudaraan Setia Hati Terate, Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo, Persaudaraan Setia Hati Tuhu Tekad, IKS Kera Sakti, Ki Ageng Pandan Alas, Tapak Suci, Pro Patria, Persinas ASAD, Merpati Putih, Pagar Nusa, dan Cempaka Putih.

Di sektor ekonomi, wilayah Kabupaten Madiun berpotensi di sektor pertanian, di antaranya padi, palawija, kako, kopi, mangga, durian, rambutan dan produk hutan seperti kayu jati, kemudian perdagangan serta perindustrian.

Kabupaten ini memiliki visi untuk periode 2018–2023: “Terwujudnya Kabupaten Madiun Yang Aman, Mandiri, Sejahtera dan Berakhlak”.

Adapun misinya adalah mewujudkan rasa aman bagi seluruh masyarakat dan aparatur Pemerintah Kabupaten Madiun; mewujudkan aparatur pemerintah yang profesional untuk meningkatkan pelayanan publik; serta meningkatkan pembangunan ekonomi yang mandiri berbasis agrobisnis, agroindustri, dan pariwisata yang berkelanjutan.

Misi berikutnya adalah meningkatkan kesejahteraan yang berkeadilan serta mewujudkan masyarakat berakhlak mulia dengan meningkatkan kehidupatan beragama, menguatkan budaya, dan mengedepankan kearifan lokal.

Sejarah pembentukan

Dalam sejarahnya, dilansir dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Madiun, disebutkan bahwa Kabupaten Madiun, jika dilihat dari pemerintahan yang sah, berdiri pada tanggal paro terang, bulan Muharam, tahun 1958 Masehi tepatnya jatuh pada hari Kamis Kliwon dalam hitungan jawa, atau bisa dikatakan tanggal 18 Juli 1568/Jum’at Legi tanggal 15 Suro 1487.

Pendirian daerah Kabupaten Madiun berawal dari masa Kesultanan Demak, yang ditandai dengan pernikahan putra mahkota Demak Pangeran Surya Patiunus dengan Raden Ayu Retno Lembah Putri dari Pangeran Adipati Gugur yang berkuasa di Ngurrawan, Dolopo.

Pada masa kerajaan, pusat pemerintahan dipindahkan dari daerah Nguwaran ke Desa Sogetan dengan nama baru, Purabaya, yang sekarang dikenal dengan nama Madiun. Pangeran Surya Patiunus menduduki kesultanan hingga tahun 1521 dan diteruskan oleh Kyai Rekso Gati.

Pemerintahan pertama di Kabupaten Madiun ditandai dengan dilantiknya Bupati Purabaya Pangeran Timoer pada tanggal 18 Juli 1568 yang berpusat di Desa Sogetan. Sejak saat itu, secara yuridis formal, Kabupaten Purabaya atau yang dikenal saat ini dengan nama Madiun menjadi suatu wilayah pemerintahan di bawah seorang Bupati. Dengan demikian, berakhirlah pemerintahan pengawasan di Purabaya yang diperintah oleh Kyai Rekso Gati atas nama Kerajaan Demak dari tahun 1518 hingga 1568.

Pada tahun 1575, pusat pemerintahan Purabaya dipindahkan dari Desa Sogetan ke Desa Wonorejo Kuncen di Kota Madiun hingga tahun 1950. Kemudian pada tahun 1686, kekuasaan pemerintahan Kabupaten Purabaya diserahkan oleh Bupati Pangeran Timur (Panembahan Rangga Jumena) kepada Raden Ayu Retno Dumillah. Bupati inilah yang selaku senopati manggalaning perang yang memimpin prajurit mancanegara timur.

Pada tahun 1568 dan 1587, Kerajaan Mataram melakukan penyerangan ke Purabaya dengan menderita kekalahan berat. Pada tahun 1590 dengan berpura-pura menyatakan takluk, Mataram menyerang pusat pemerintahan pusat istana yang pada saat itu dipimpin oleh Raden Ayu Retno Dumilah dengan sejumlah kecil pengawalnya.

Perang tanding terjadi antara Sutawidjaja dengan Raden Ayu Retno Dumilah dilakukan disekitar sendang di istana Kabupaten Wonorejo. Pusaka Tundung Madiun berhasil direbut oleh Sutawidjaja dan melalui bujuk rayunya Raden Ayu Retno Djumilah dipersunting oleh Sutawidjaja dan diboyong ke istana Mataram di daerah Plered Jogjakarta. Sebagai peringatan penguasaan Mataram atas Purabaya tersebut, maka pada hari Jumat Legi tanggal 16 November 1590 masehi nama Purabaya diganti menjadi Madiun.

KOMPAS/ABDUL LATHIF

Peristiwa keganasan PKI di Madiun diabadikan sebagai monumen. Bukti sejarah sekaligus sebagai peringatan akan bahaya laten komunisme di Indonesia.

Geografis

Secara astronomis, wilayah Kabupaten Madiun terletak pada 7°12’ — 7°48 Lintang Selatan dan 111°25’ — 111°51’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Madiun secara keseluruhan mencapai 1.010,86 km persegi atau 101.086 Ha.

Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Bojonegoro di bagian utara; Kabupaten Nganjuk di bagian timur; Kabupaten Ponorogo di bagian selatan; serta Kota Madiun, Kabupaten Magetan, dan Kabupaten Ngawi di bagian barat.

Bentuk permukaan lahan wilayah Kabupaten Madiun sebagian besar (67.576 Ha) relatif datar dengan tingkat kemiringan lereng 0–15 persen. Bagian utara wilayah Madiun berupa daerah perbukitan, yakni bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian tengah merupakan dataran tinggi dan bergelombang, sedangkan bagian tenggara berupa pegunungan, bagian dari kompleks Gunung Wilis-Gunung Liman.

Topografi Madiun yang tidak merata menjadikan daerah tersebut seakan terbagi menjadi dua, yakni utara dan selatan. Wilayah utara bertekstur lebih rendah dan potensial untuk tanaman padi seperti di Kecamatan Jiwan dan Balerejo. Sementara wilayah selatan memiliki tekstur lebih tinggi dan didominasi oleh tanaman hortikultura seperti cabe, tomat, mangga meliputi kecamatan Dagangan, Dolopo, dan Kebonsari.

Di Kabupaten Madiun terdapat 41 sungai yang memuat debit aliran dan manfaat irigasi dari masing-masing sungai tersebut. Ke-41 sungai tersebut adalah Kali Jerohan, Kali Madiun, Kali Asin, Kali Berangkal, Kali Catur, Kali Gunting, Kali Glonggong, Kali Kelepek, Kali Sareng, Kali Batil, Sungai Gondang, Sungai Semawur, Kali Sono, Kali Piring, Kali Bribis, Kali Blodro, Kali Kentar, Kali Kembang, Kali Abu, Kali Gondang, Kali Mundu, Kali Sukoliman, Kali Uluh, Kali Sarangan, Kali Jumok, Kali Padas, Kali Lengkowo, Kedung Brubus, Ngasinan, Notopuro, Gede, Tangkil, Gruwok, Nampu, Sukorejo, Kali Palem, Sumber Agung, Kali Gendo, Kali Ulomati, Kali Lemah Bang, dan Saradan/Blangambi.

KOMPAS/EDDY HASBY

Debit air di Waduk Dawuhan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Kamis (18/10/2018) terlihat menyusut karena musim kemarau. Kondisi ini dimanfaatkan petani sekitar waduk untuk menanam palawija dan sayuran di tepi waduk yang mengering.

Pemerintahan

Dalam catatan sejarah, pemerintahan di Madiun sudah ada sejak tahun 1568, tepatnya pada masa Kerajaan Demak. Saat itu, pemerintahan bernama Kabupaten Madiun beridiri tanggal 18 Juli 1568 atau 15 Suro 1487 Be dalam kalender Jawa.

Tanggal tersebut bertepatan dengan pelantikan Ki Ageng Ronggo Jumeno atau Pangeran Timur. Namun, kabupaten yang dipimpin Ki Ageng Ronggo belum bernama Madiun, melainkan Purabaya yang berpusat di Desa Sogaten. Pangeran Timur memimpin Madiun pada 1568–1586.

Pemerintahan Madiun kemudian diteruskan oleh Raden Ayu Retno Djumilah (1586–1590), Mas Rangsang (1590–1591), Mas Sumekar (1591–1595), Mas Julig Pringgoloyo (1595–1601), Mas Bagus Pethak (1601–1613), Raden Mas Kaniten Mertalaya (1613–1645), Pangeran Balitar (1645–1677), Pangeran Balitar Tumapel (1677–1703), Raden Ayu Puger (1703–1704), Pangeran Harya Balitar (1704–1709), Tumenggung Surawijaya (1709–1725), Tumenggung Mangkudipura (1725–1755), dan Raden Ronggo Prawirosentiko (1755–1784).

Pemerintah berikutnya adalah Raden Mangundirjo (1784–1797), Raden Prawirodirjo III (1797–1810), Raden Dipokusumo (1810–1820), Raden Mas Tumenggung Harijo Notodinigrat (1820–1822), Raden Ronggo Prawirodiningrat (1822–1869), Raden Mas Notodiningrat, Raden Mas Tumenggung Adipati Sosronagoro (1869–1879), Raden Mas Tumenggung Sosrodiningrat (1879–1885), Raden Adipati Hario Brotodinigrat (1885–1900), Raden Hario Tumenggung Kusdiningrat (1900–1929), Raden Mas Tumenggung Ronggo Kusnen (1929–1937), dan Raden Mas Tumenggung Ronggo Kusnandar (1937–1954).

Selanjutnya, Raden Mas Tumenggung Brotodiningrat (1954–1956), Raden Sampurno (1956–1962), Raden Kardiono (1962–1965), Mas Soewandi (1965–1967), Haji Saleh Hassan (1967–1973), Haji Slamet Hardjoutomo (1973–1978), Haji Djajadi (1978–1983), Bambang Koesbandono (1983–1988), S. Kadiono (1988–1998), Haji Djunaedi Mahendra (1998–2008), H. Muhtarom (2008–2018), dan H. Ahmad Dawami Ragil Saputro (2018–2023)

Wilayah Kabupaten Madiun terbagi menjadi 15 kecamatan, 198 desa, dan 8 kelurahan. Sementara itu, jumlah RW sebanyak 1.126 dan RT sebanyak 4.850.

Ke-15 kecamatan itu adalah Kecamatan Kebonsari, Kecamatan Geger, Kecamatan Dolopo, Kecamatan Dagangan, Kecamatan Wungu, Kecamatan Kare, Kecamatan Gemarang, Kecamatan Saradan, Kecamatan Pilangkenceng, Kecamatan Mejayan, Kecamatan Wonoasri, Kecamatan Balerejo, Kecamatan Madiun, Kecamatan Sawahan, dan Kecamatan Jiwan.

Dalam melayani masyarakat, Kabupaten Madiun memiliki Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 6.614 orang. Menurut jenis kelamin, jumlah pegawai perempuan lebih besar dari pada jumlah pegawai laki-laki. Mayoritas pegawai di Kabupaten Madiun yang berpendidikan diploma keatas mencapai 70,64 persen.

KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI

Bupati Madiun Ahmad Dawami menjalani vaksinasi Covid-19, Rabu (27/1/2021).

Politik

Peta politik di Kabupaten Madiun dalam tiga kali pemilihan umum legislatif memperlihatkan besarnya pengaruh PKB dan PDI Perjuangan dalam meraih simpati masyarakat. Hal itu tecermin  dari perolehan kursi partai politik (parpol) di DPRD Kabupaten Madiun.

Di Pemilu Legislatif 2009, PDI Perjuangan dan PKB menjadi peraih kursi terbanyak di DPRD Kabupaten Madiun. Masing-masing partai tersebut memperoleh sembilan kursi. Disusul Demokrat meraih enam kursi, PDK lima kursi serta PKS dan Hanura sama-sama meraih dua kursi. Sedangkan PKNU, PPP, PAN, dan Patriot meraih satu kursi dewan.

Pada Pemilu Legislatif 2014, PKB Kabupaten Madiun meraih suara dan kursi terbanyak di DPRD Kabupaten Madiun, yakni dengan meraih 13 kursi. Kemudian disusul PDI Perjuangan dengan delapan kursi, Demokrat enam kursi, Golkar lima kursi, Gerindra empat kursi, PKS tiga kursi, serta Hanura, PPP, dan PKPI masing-masing dua kursi.

Di Pemilu Legislatif 2019, perolehan kursi dewan dari PKB turun. Kali ini, perolehan kursi PKB sama dengan PDI Perjuangan, yakni sama-sama memperoleh sembilan kursi. Kemudian berturut-turut Golkar dan Demokrat sama-sama memperoleh enam kursi, Nasdem lima kursi, Gerindra empat kursi, serta PKS, Hanura, dan PKPI masing-masih meraih dua kursi.

KOMPAS.COM/MUHLIS AL ALAWI

Gedung DPRD Kabupaten Madiun, Jawa Timur

Kependudukan

Kabupaten Madiun dihuni oleh 750.143 jiwa pada tahun 2021. Rinciannya 371.712 laki-laki dan 378.431 perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 98,07. Dengan angka tersebut, Kabupaten Madiun menduduki peringkat ke lima dengan jumlah penduduk terkecil diantara kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur. Tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Madiun Tahun 2021 sebesar 0,58 persen dengan kepadatan penduduk sekitar 742 jiwa/km².

Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 522.117 jiwa, sedangkan usia non produktif sebanyak 228.026 jiwa. Dengan demikian, rasio ketergantungan sebesar 43,67 yang artinya setiap 100 orang produktif menanggung sekitar 44 orang penduduk non produktif.

Di sisi tenaga kerja, mayoritas penduduknya berstatus berusaha, sementara penduduk yang berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai sebesar 28,85 persen. Selebihnya penduduk yang berstatus sebagai pekerja bebas sebesar 17,81 persen dan sisanya adalah pekerja keluarga.

Berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2021, lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja paling banyak adalah sektor jasa-jasa yaitu sebesar 43,45 persen. Kemudian disusul sektor pertanian yang mampu menyerap tenaga kerja sebesar 38,60 persen, sektor manufaktur 17,94 persen.

Sebagai daerah yang dekat dengan Solo, Jawa Tengah, mayoritas penduduknya menggunakan bahasa Jawa dengan dialek Madiun atau dialek Mataraman yang condong ke logat Solo.

ARSIP PRIBADI

Warga belajar membatik di Madiun, Jawa Timur.

Indeks Pembangunan Manusia
72,39 (2022)

Angka Harapan Hidup 
71,90 tahun (2022)

Harapan Lama Sekolah 
13,18 tahun (2022)

Rata-rata Lama Sekolah 
7,94 tahun (2022)

Pengeluaran per Kapita 
Rp11,848 juta (2022)

Tingkat Pengangguran Terbuka
4,99 persen (2021)

Tingkat Kemiskinan
11,91 persen (2021)

Kesejahteraan

Kesejahteraan penduduk di Kabupaten Madiun relatif baik seperti tecermin dari indeks pembangunan manusia (IPM). Pada 2022, IPM Kabupaten Madiun tercatat sebesar 72,39, naik 0,51 poin dibanding tahun sebelumnya sebesar 71,88.  Dengan capaian IPM itu, Kabupaten Kediri masuk kategori tinggi.

Naiknya nilai IPM tidak terlepas dari naiknya komponen pembentuk IPM yaitu angka harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan.

Di Kota Madiun, tercatat Umur Harapan Hidup bagi bayi yang baru lahir memiliki peluang untuk hidup hingga berusia 71,90 tahun pada 2022. Kemudian, untuk Harapan Lama Sekolah mencapai 13,18 tahun. Sementara Rata-rata Lama Sekolah mencapai 7,94 tahun. Untuk pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan mencapai Rp11,848 juta per kapita per tahun,

Terkait pengangguran, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Madiun, mencatat besaran tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada tahun 2021 naik dibandingkan pada tahun 2020. TPT Kabupaten Madiun pada tahun 2021 tercatat di angka 4,99 persen atau sebanyak 18.846 jiwa. Angka TPT itu naik dibanding tahun 2020 sebesar 4,80 persen atau sebanyak 19.039 jiwa.

Menurut jenis kelamin, pada Agustus 2021, TPT laki-laki sebesar 3,34 persen, lebih rendah dibanding TPT perempuan yang sebesar 7,44 persen. Sementara dari sisi pendidikan, didominasi lulusan SMA/SMK, yakni sebesar 7,98 persen. Kemudian TPT yang berpendidikan SMP/sederajat sebesar 7,26 persen dan TPT pada jenjang pendidikan universitas sebesar 2,38 persen.

Terkait angka kemiskinan, jumlah penduduk miskin Kabupaten Madiun pada Maret 2021 sebanyak 81,61 ribu jiwa atau 11,91 persen, dengan garis kemiskinan sebesar Rp380.287. Jumlah ini bertambah sebesar 3,31 ribu jiwa, bila dibandingkan dengan kondisi Maret 2020 yang sebesar 78,30 ribu jiwa.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Warga memanen kacang kedelai di Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Rabu (23/9/2015). Ketiadaan sumber air untuk irigasi membuat warga setempat menanami lahan dengan jagung dan kacang kedelai.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 
Rp333,10 miliar (2021)

Dana Perimbangan 
Rp1,25 triliun (2021)

Pendapatan Lain-lain 
Rp151,32 miliar  (2021)

Pertumbuhan Ekonomi
3,34 persen (2021)

PDRB Harga Berlaku
Rp19,76 triliun (2021)

PDRB per kapita
Rp26,34 juta/tahun (2021)

Ekonomi

Produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Madiun selama ini bertumpu pada kategori pertanian, kehutanan dan perikanan. Pada tahun 2021 sektor ini memiliki kontribusi sebesar 28,41 persen.

Kontribusi terbesar kedua ditempati oleh sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor yang memberi kontribusi sebesar 17,46 persen, dan terbesar ketiga adalah sektor konstruksi dengan kontribusi sebesar 12,16 persen. Serta sektor industri berkontribusi sebesar 11,82 persen.

Sektor lainnya yang berkontribusi cukup besar adalah informasi dan komunikasi 7,19 persen dan administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib 5,72 persen. Sedangkan peranan sektor terkecil adalah sektor pengadaan listik dan gas yang hanya memberi kontribusi terhadap PDRB sebesar 0,10 persen.

Sebagai penyangga utama perekonomian, sektor pertanian bertumpu pada tanaman bahan pangan yaitu padi. Besarnya produksi padi menjadikan daerah ini lumbung pangan Jawa Timur wilayah barat selain Ngawi, Bojonegoro dan Ponorogo.

Di sektor perdagangan, data dari Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Madiun mencatat pada 2021, jumlah pedagang pasar sebanyak 4.486. Sedangkan untuk jumlah toko, kios, dan warung meningkat dari tahun ke tahun.

Industri di Kabupaten Madiun sebagian besar berupa industri kecil dan sedang. Lokasi industri pada umumnya berkembang ke arah selatan, tepatnya di Kecamatan Geger dan Wungu yang berbatasan langsung dengan Kota Madiun.

Industri yang ada di Kabupaten Madiun antara lain Pabrik Gula Pagotan, chemical industry, Pabrik Gula Kanigoro yang semuanya berada di Kecamatan Geger dan Wungu. Selain ke arah selatan, industri dan pergudangan juga tumbuh dan berkembang ke arah Timur karena pengaruh dari Jalan arteri primer Surabaya–Madiun.

Berdasarkan data dari Podes tahun 2020, industri makanan dan minuman adalah industri yang paling di Kabupaten Madiun yaitu sebanyak 2.430 unit, industri gerabah/keramik/batu merupakan industri terbanyak kedua yaitu sebanyak 1612 unit dan yang ketiga terbanyak adalah industri lainnya yaitu sebanyak 1.107 unit.

Madiun merupakan salah satu daerah penghasil brem di Tanah Air. Pusat produksi brem di Madiun berada di Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan dan Desa Bancong, Kecamatan Wonoasri. Di dua desa yang berlokasi di daerah Caruban ini, terdapat rumah-rumah produksi brem yang dikelola oleh industri rumahan dengan skala usaha mikro kecil dan menengah.

Dari sisi pendapatan daerah, di tahun 2021 Pemerintah Kabupaten Madiun mampu membukukan pendapatan sebesar Rp1,76 triliun. Komponen pendapatan tersebut terdiri dari Pendapatan asli daerah sekitar Rp333,1 miliar, Dana perimbangan sekitar Rp1,25 triliun dan lain-lain pendapatan daerah yang sah sekitar Rp151,32 miliar.

KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI

Seorang pekerja menjemur brem, panganan khas dari Kabupaten Madiun, Jawa Timur, yang terbuat dari sari ketan. Penjemuran yang dilakukan Rabu (11/12/2013) itu bertujuan mengeringkan brem yang baru selesai dicetak.

Di sektor pariwisata, Kabupaten Madiun ini akan destinasi wisata. Berdasarkan data dari Diaspora Madiun, tempat wisatanya mencapai 24 tempat wisata.

Wisata yang bernuansa/berlatar belakang keindahan alam, antara lain wisata alam Watu Rumpuk, air terjun Slampir, wana wisata Grape, air terjun Kedung Malem Seweru, air terjun Denu, air terjun Seloaji, air terjun Kedung Jaran, air terjun Coban Kromo, dan air terjun Banyu Lawe.

Wisata religi dan sejarah antara lain makam KH. Basyariah, Makam/Punden Lambang Kuning, makam Kuncen (Kyai Anom Besari Keturunan Raden Wijaya), Makam Syech Maulana Abdullah, Masjid Agung, Candi Wonorejo, prasasti Mruwak, prasasti Sejarah Kebonsari, Prasasti Bribik, situs Nglambangan dan Monumen Kresek.

Kabupaten ini juga memiliki desa wisata seperti Kresek, Segulung, Dolopo, Durenan, Kare, Batok, Tawangrejo, Gunungsari, Brumbun, Pilangrejo, dan Mruwak. Sedangkan wisata budaya terdiri dari Sanggar Kesenian Dongkrek dan larung sesaji di Waduk Bening Widas.

KOMPAS.COM/MUHLIS AL ALAWI

Cangkir raksasa menjadi salah satu spot swafoto favorit pengunjung wisata alam Watu Rumpuk, Desa Mendak, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun.

Referensi

Arsip Berita Kompas
  • “Kabupaten Madiun * Otonomi”, Kompas, 18 Maret 2003, hlm. 33
  • “Brem, Khas tetapi Berkendala *Otonomi”, Kompas, 18 Maret 2003, hlm. 33
  • “Musim Kemarau: Berdikari di Dasar Waduk Notopuro, Madiun”, Kompas, 15 Juli 2012, hlm. 03
  • “Kesejahteraan Daerah: Brem Jadi Pengungkit Ekonomi Rakyat Madiun”, Kompas, 23 Desember 2013, hlm. 23
  • “Memutar Roda Ekonomi di Klecorejo * Inovasi Desa”, Kompas, 07 Februari 2018, hlm. 22
Buku dan Jurnal
Aturan Pendukung
  • UU 12/1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Jawa Timur
  • UU 18/1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah
  • UU 5/1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah
  • UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah
  • PP 52/2010 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Madiun dari Wilayah Kota Madiun ke Wilayah Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun Provinsi Jawa Timur
  • Perda Kabupaten Madiun Nomor 6 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2018-2023

Editor
Topan Yuniarto