Foto | Kesehatan

Rekam Jejak Penanganan Penyakit Malaria di Indonesia

Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan yang serius dan masih menjadi ancaman di sejumlah daerah di Indonesia. Indonesia menargetkan eliminasi nasional malaria pada tahun 2030.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Berbagai sampel jenis nyamuk di Indonesia dipamerkan di Museum Nyamuk di Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis (14/3/2013). Di museum ini pengunjung dapat mempelajari jenis-jenis nyamuk yang menyebarkan penyakit.

Penyakit malaria adalah penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles betina genus plasmodia family plasmodiidae. Secara umum ada beberapa jenis malaria di antaranya malaria tropika, malaria tertiana, malaria ovale, dan malaria quartana. Penyakit malaria ini dapat menyerang siapa saja, terutama penduduk yang tinggal di daerah di mana tempat tersebut merupakan tempat yang sesuai dengan kebutuhan nyamuk untuk berkembangbiak. Di Indonesia ada 80 spesies dan 22 di antaranya ditetapkan menjadi vektor malaria. Sebanyak 18 spesies dikonfirmasi sebagai vektor malaria dan 4 spesies diduga berperan dalam penularan malaria di Indonesia. Di Indonesia nyamuk tersebut hidup di daerah tertentu dengan kondisi habitat lingkungan yang spesifik seperti daerah rawa-rawa, pantai, persawahan, hutan, dan pegunungan.

Gejala yang muncul saat terkena penyakit malaria adalah demam, lelah, muntah dan sakit kepala. Untuk kasus yang parah, kulit penderita menjadi kuning, koma, kejang, dan untuk gejala yang paling berat bisa mengakibatkan meninggal dunia. Parasit berkembang biak di tubuh nyamuk dan masuk ke tubuh manusia melalui darah saat nyamuk Anopheles menggigit manusia. Di tubuh manusia, parasit masuk ke dalam sistem imun, menginfeksi hati dan sel darah merah, serta akhirnya keluar dan menginfeksi kembali nyamuk saat nyamuk menggigit manusia. Daerah endemis tinggi akan penyakit malaria di kawasan timur Indonesia seperti di Papua, Papua Barat, Nusantara Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara.

Di Indonesia pada 2017, kasus malaria juga masih memprihatinkan, dengan 261.617 kasus malaria dan 100 orang meninggal dunia. Dengan rincian periode 2017,  dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, 266 (52%) dinyatakan bebas malaria, 172 (33%) endemis rendah, 37 (7%) endemis menengah, dan 39 (8%) endemis tinggi. Indonesia ditargetkan bebas malaria 2030. Data Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan menunjukkan, kasus malaria turun lebih dari 50 persen pada 2010–2018. Pada 2010 ada 465.764 kasus malaria dan turun menjadi 222.085 kasus pada 2018. Lima provinsi dengan kasus malaria tertinggi adalah Papua (176.070 kasus), Nusa Tenggara Timur (18.386 kasus), Papua Barat (7.957 kasus), Lampung (3.181 kasus), dan Kalimantan Timur (2.297 kasus). Semua kabupaten/kota di lima provinsi itu belum terbebas dari malaria.

Upaya pencegahan penyakit malaria di Indonesia, antara lain, penyemprotan rumah warga menggunakan cairan insektisida pembasmi serangga DTT (Dichloro-diphenyl-trichloretan) ini dilakukan sejak 12 November 1959. Penyemprotan dilakukan secara simbolis oleh Presiden Soekarno, kemudian momen itu diperingati sebagai Hari Kesahatan Nasional. Namun pada tahun 1991, Menteri Kesehatan Adhyatma MPH menegaskan melarang penggunaan DTT karena termasuk cairan beracun berbahaya bagi manusia yang sekarang masih dilakukan penyemprotan repellent di dinding rumah, insektisida untuk menangkap nyamuk, membuat kolam ikan seperti di kampung Kwamki Lama yang bertujuan agar jentik-jentik nyamuk dimakan ikan sehingga tidak berkembang menjadi nyamuk, perbaikan lingkungan, pelatihan tenaga kesehatan, serta penyediaan alat diagnostik dan obat antimalaria.

Pendirian Malaria Center oleh PT Freeport Indonesia di Mimika, Papua, telah menggunakan alat periksa untuk memeriksa sampel darah warga dalam pengecekan apakah para warga menderita penyakit malaria atau tidak. Dengan alat tes tersebut dapat diketahui hasilnya dalam waktu singkat. Selain itu lembaga tersebut melakukan edukasi tentang kesehatan bagi warga.

Berikut ini adalah beberapa foto-foto tentang penyakit malaria di Indonesia yang terangkum di Arsip Kompas.

KOMPAS/AGNES SWETTA PANDIA

Entomologi tengah mengindentifikasi jentik nyamuk yang diambil dari sarang nyamuk di sekitar lokasi penelitian.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Anak-anak bermain di tepi sungai di Agats, Asmat, Papua, Minggu (20/10/2013). Infrastruktur sanitasi yang tidak memadai serta ancaman penyakit malaria menjadi bagian dari keseharian masyarakat yang tinggal di atas kawasan rawa-rawa tersebut.

KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ

Anak-anak bermain air payau di salah satu muara sungai di Kelurahan Nelayan Indah, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan, pekan lalu. Nyamuk Anopheles sundaicus, penyebab malaria, banyak terdapat di air payau sehingga warga harus lebih hati-hati.

KOMPAS/AGNES SWETTA PANDIA

Sekembalinya dari lokasi, para peneliti di penginapan di rumah penduduk langsung berdiskusi sambil melakukan penelitian lanjutan menggunakan mikrsokop di penginapan.

KOMPAS/ADHITYA RAMADHAN

Anggota militer dari Batalyon Infantri 712/ Wiratama menyemprot dinding rumah warga di Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kamis (4/5/2017). Provinsi NTT merupakan salah satu provinsi dengan angka kejadian malaria yang tinggi.

KOMPAS/A PONCO ANGGORO

Warga Desa Bori, Kecamatan Bacan Timur, Halmahera Selatan, Maluku Utara, Waida Lariaka bersama keponakannya Wahyu yang masih berusia dua tahun, melindungi diri dalam kelambu berinsektisida yang diberikan Malaria Center untuk mencegah terjangkit Malaria, Minggu (16/1/2011). Selain pemberian kelambu, pemberantasan malaria di Halmahera Selatan bisa dilakukan karena kuatnya kerjasama lntas instansi di pemerintahan dan warga masyarakat.

KOMPAS/ALIF ICHWAN

Bantuan pemerintah berupa lebih dari dua juta kelambu dan paket obat malaria diberikan saat memperingati Hari Malaria Sedunia ke-1 dan peresmian Gedung Rawat Inap Terpadu (Public Wing) Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta, Kamis (8/5/2008).

KOMPAS/NINOK LEKSONO

Ikan Berkembang Malaria Berkurang merupakan semboyan yang banyak terpasang di kampung Kwamki Lama. Khasiat ikan memang besar dan Ir Yudi S. Garno menjamin satu ikan per dua meter persegi air sudah cukup untuk mengganyang malaria.

KOMPAS/ADHITYA RAMADHAN

Seorang anak di Kota Timika, Kabupaten Mimika, Papua, diambil sampel darahnya oleh petugas dari Malaria Center PT Freeport Indonesia beberapa waktu lalu. Pemeriksaan sampel darah biasanya dilakukan bersamaan dengan edukasi kesehatan dan penyemprotan tembok rumah dengan insektisida.

KOMPAS/ADHITYA RAMADHAN

Prajurit dari Batalyon Infanteri Raider 712/Wiratama menggelar pemeriksaan kesehatan dan survei darah massal (mass blood survey) untuk mendeteksi malaria bersama petugas kesehatan di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, Kamis (4/5/2017). Kabupaten Belu merupakan salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan Timor-Leste.

KOMPAS/AGNES SWETTA PANDIA

Dalam waktu singkat hasil pemeriksaan sampel darah, sudah diketahui apakah posisitif tertular penyakit malaria atau tidak karena menggunakan immunuchromatography test /ICT.

KOMPAS/PRIYOMBODO

Petugas kesehatan di Puskesmas Tanah Merah, Boven Digoel, Papua, Sabtu (18/8/2017), memeriksa darah pasien yang diduga terkena malaria. Keterbatasan tenaga medis serta mininya fasilitas kesehatan menjadi persoalan yang dihadapi Provinsi Papua.

KOMPAS/JOHANES GALUH BIMANTARA

Penguji melakukan uji disolusi obat program antiretroviral tuberkulosis dan malaria (ATM) di laboratorium Biofarmasi, Bidang Produk Terapetik dan Bahan Berbahaya, Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional, Badan Pengawas Obat dan Makanan, di Jakarta, Senin (12/1/2015). Laboratorium ini sedang dipersiapkan sebagai laboratorium prekualifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk obat program ATM, yang bisa melayani pengujian bagi Indonesia dan sejumlah negara lain.

Referensi
  • “Malaria Masih Ada”, Kompas, 27-08-2019, hlm 11.
  • “Menjelajah Nusantara: Hampir 50.000 Terserang Malaria”, Kompas, 03-12-1969, hlm 2.
  • “DTT Ekonomis Masih Menguntungkan Untuk Pemberantasan Malaria”, Kompas, 13-10-1971, hlm 2.
  • “Mulai 1991 DTT Tak Digunakan”, Kompas, 02-05-1990, hlm 10.
  • “Nyamuk Transgenik untuk Atasi Malaria * Inspirasi”, Kompas, 01-05-2003, hlm 10.
  • “Daerah Menjadi Kunci Eliminasi Malaria”, Kompas, 14-05-2019, hlm 10.

Foto lainnya dapat diakses melalui https://www.kompasdata.id/
Klik foto untuk melihat sumber.