Kompas/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto (ketiga dari kiri) bersepeda bersama ribuan pelajar dan pegawai negeri sipil pada peluncuran program Sego Segawe (Sepeda Kanggo Sekolah lan Nyambut Gawe) di Alun-alun Utara, Yogyakarta, Senin (13/10/2008).
Penemuan sepeda muncul di Eropa, namun uniknya sepeda tercipta berawal dari fenomena letusan Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat yang terjadi pada tahun 1815.
Letusan yang dahsyat itu berdampak ke kehidupan manusia di seluruh dunia. Abu yang disemburkan Tambora menurunkan suhu rata-rata dunia hingga 3 derajat celcius. Letusan ini juga membuat sejumlah negara di belahan bumi utara tak memiliki musim panas selama satu tahun.
Pertanian gagal panen dan binatang ternak banyak yang mati kelaparan, termasuk kuda yang ketika itu banyak dimanfaatkan manusia untuk sarana transportasi berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Sehingga muncullah ide untuk mencari alat transportasi pengganti kuda yang dapat membantu manusia menempuh perjalanan lebih cepat daripada berjalan kaki.
Bermula dari penemuan sederhana, sepeda kemudian berkembang ke berbagai negara dengan berbagai inovasi yang menyesuaikan dengan kebutuhan, teknologi dan postur tubuh penggunanya.
Saat ini sepeda sudah berevolusi menjadi salah satu cabang olahraga dan juga alat transportasi yang menyehatkan dan menjadi gaya hidup warga dunia.
REPRO BUKU DESAIN SEPEDA INDONESIA
Beberapa bentuk evolusi sepeda di Eropa.
Sejarah Sepeda
1790
De Civrac seorang warga Perancis menghubungkan dua buah roda kereta dengan sebuah poros, kemudian memasang sadel (tempat duduk) diantara keduanya. Kemudian kendaraan itu bisa maju bila kedua kaki secara bergantian mendorongnya.
1817
Draisienne (“Hobby Horse”/Kuda Mainan”) diciptakan oleh Karl Drais dari Jerman pada tahun 1817. Cikal bakal sepeda ini menggunakan kemudi, namun belum menggunakan pedal. Cara menggerakkannya dengan menapakkan kaki ke tanah seperti orang berjalan. Dengan kekuatan kaki, Draisienne mampu melaju 15 km/jam. Pemakai sepeda ini sedikit demi sedikit makin bertambah hingga tahun 1830-an. Tahun 1842 roda Draisienne disempurnakan dengan tambahan karet solid.
1839
MacMillan Velocipede (1839) desain sepeda yang digerakkan dengan kayuhan pedal. Kendaraan roda dua ini didesain oleh Kirkpatrick MacMillan, pandai besi dari Skotlandia. Penggunaan pedal menandai kemunculan velocipede yang terus disempurnakan memberi sumbangan inovatif bagi kebiasaan orang bersepeda pada saat itu, yakni mengurangi sentuhan kaki ke tanah.
1860
Michaux Velocipede. Velocipede jenis ini didesain oleh Pierre dan Ernest Michaux tahun 1860 di Perancis. Dalam kesehariannya, Pierre Michaux bekerja memperbaiki kereta kuda, kereta bayi, dan sebagainya. Ia menciptakan desain velocipede yang baru saat pelanggannya datang untuk memperbaiki draisienne. Saat itu ia baru menyadari bahwa draisienne adalah kendaraan yang sangat tidak nyaman dan sulit dikendarai. Ia mencermati kesalahan-kesalahan desain draisienne saat melihat Ernest, anak laki-lakinya, mengalami kesulitan mengendarainya di jalan turunan. Ia kemudian memperbarui desain dengan suatu terobosan kreatif, yakni menghubungkan langsung roda depan dengan pedal. Ernest Michaux sendiri tercatat sebagai penemu pedal dan crank pada tahun 1861.
1868
Sepeda balap sudah ada sejak lama dan merupakan hasil karya berbagai pembuat sepeda yang desainnya untuk adu cepat. Sejarah mencatat satu desain sepeda balap kayu beroda besi dengan ball-bearing yang memenangkan lomba balap sepeda jalan raya tingkat dunia pertama kalinya di Parc de Saint-Cloud, Paris, 31 Mei 1868. Dengan sepeda itu, pembalap Inggris James Moore menjadi yang tercepat di lintasan sepanjang 1,2 km. Sejak itu desain sepeda balap terus dikembangkan dan menjadi makin populer hingga resmi menjadi cabang olahraga resmi Olimpiade Athena 1896.
1869
Phantom diluncurkan di Inggris oleh Reynold pada 1869. Bentuk dan strukturnya sudah menyerupai desain sepeda beroda besar (ordinary cycle) dengan rangka metal yang ringan, jeruji ganda di tiap ban, karet solid yang melindungi ban, dan bentuk komponen lainnya.
1870
Ariel, hasil desain James Starley dan William Hillman (1870), diluncurkan oleh industri sepeda di Coventry, Inggris. Ariel membuka babak baru desain sepeda melalui roda depan dan belakang yang berbeda ukurannya. Perbedaan besaran roda ini untuk memperoleh akselerasi yang lebih baik dibandingkan jenis sebelumnya. Sebutan “Ariel” terinspirasi dari nama tokoh dalam karya sastra Shakespeare “The Tempest’, yakni tokoh yang memiliki spirit intelektualitas abadi. Ariel lebih ringan dibanding versi sepeda sebelumnya. Desain ini juga mulai menerapkan titik kemudi di garis tengah roda dan adjustable crank; kecepatannya mampu mencapai 23-24 km/jam.
1876
Salvo merupakan sepeda roda tiga yang juga didesain oleh James Starley. Salvo diproduksi massal tahun 1876 oleh Coventry Lever. Oleh Starley, sepeda roda tiga ini dibuat seringan mungkin dengan penyempurnaan pada bagian mekanisme rantai jeruji ban dan gir ganda. Di masa itu, Salvo lebih populer dibanding kereta kuda karena nyaman, ringan dikayuh, dan dilengkapi lampu untuk malam hari.
1877
Domestic Bonemaker dibuat di Jepang tahun 1877 dengan rangka (frame) dari besi. Bentuknya merupakan pengembangan jenis safety cycle. Ukuran sepeda diperkecil, disesuaikan dengan postur fisik orang Jepang. Diameter rodanya juga diperkecil (roda depan 36” dan roda belakang 32”), jauh lebih kecil dibanding versi velocipede.
1878
Kangaroo mengenalkan penerapan sistem gir dan elemen rem sebagaimana yang digunakan oleh jenis sepeda modern untuk pertama kali. Penggunaan rem ketika itu sangat dibutuhkan karena penyempurnaan desain, baik melalui mekanisme gir maupun perbesaran roda, menjadikan sepeda mampu melaju makin cepat dan berpotensi membahayakan pengendara. Paten Kangaroo dicatatkan pada 1878 oleh Otto dan Wallace, sebagai sepeda yang mampu melaju cepat dengan ukuran roda depan yang lebih kecil dibanding roda depan varian desain sebelumnya.
1879
Bayliss Thomas (1879) dinilai sebagai puncak penyempurnaan desain sepeda roda dua. Salah satu alasannya adalah karena sepeda ini memelopori penggunaan material pipa kosong (hollow tubing) pada rangka dan garpu (fork). Dengan pipa kosong, rangka menjadi jauh lebih ringan dibanding versi sebelumnya yang menggunakan besi solid. Sebagai catatan, berat sepeda ini hanya 22 kg dengan pedal berbahan karet dan elemen-elemen pendukung yang lebih ringan.
1879
Lawson Model diproduksi tahun 1879 di Inggris oleh Harry John Lawson. Desain sepeda ini menandai awal penempatan pedal di antara roda depan dan belakang. Pedal dihubungkan dengan rantai dari tengah ke roda belakang. Selang lima tahun kemudian, model ini disempurnakan menjadi Lawson Bicyclette yang dianggap sebagai desain sepeda yang paling akurat.
1880
Dicycle (regular style) yang paling populer adalah yang didesain oleh E.C.F. Otto ketika jenis sepeda beroda besar (ordinary cycle) banyak dikenal orang pada tahun 1880. Pada prinsipnya, sepeda ini ditopang oleh roda besar di kanan-kiri yang digerakkan masing-masing oleh roda kecil dan pedal. Dengan sistem semacam ini, dengan menahan salah satu pedal, dicycle mampu berbelok dengan halus. Dibanding jenis ordinary cycle yang lain, dicycle ini menempatkan pengendara tidak lagi di atas ketinggian roda, melainkan lebih rendah di posisi tengah roda demi menambah stabilitas dan keamanan berkendara.
1885
Rover (1885) dirancang oleh John Kemp Starley, kemenakan James Starley (pendesain Ariel dan Salvo), dengan menerapkan dua roda yang sama besarnya. Desain sepeda ini memenuhi permintaan masyarakat akan sepeda yang mampu melaju cepat, ringan dan sesuai untuk balap sepeda. Untuk itu Starley menempatkan posisi sadel, kemudi, dan cranks dalam posisi yang sama dengan desain sepeda modern seperti sekarang (safety cycle). Dua-tiga tahun setelah kemunculan Rover, muncullah upaya-upaya dari berbagai pihak untuk mengembangkan desain komponen seperti gir, rantai, sadel dan lain-lain agar makin mendukung kenyamanan bersepeda.
1887
Pneumatic-tied Safety Cycle menandai untuk pertama kalinya penggunaan ban karet isi udara. Penciptanya ialah dokter hewan dari Skotlandia bernama John Boyd Dunlop, pada 1887, ketika ia berusaha membuat sepeda roda tiga yang nyaman dikendarai di jalan kasar untuk anaknya. Penggunaan ban pneumatic makin populer seiring dengan perkembangan industri dari waktu ke waktu.
1890
Domestic Ordinary Bicycle dibuat khusus pula di Jepang tahun 1890 sebagai pengembangan jenis ordinary cycle yang disesuaikan dengan postur fisik orang Jepang. Produk ini dibuat di wilayah Kansai semasa kekuasaan Meiji. Karena dibuat dengan keahlian yang tinggi, misalnya roda yang sengaja diperhalus dengan teknik lacquered dan dibuat dengan melibatkan perajin unggulan dari istana, sepeda roda besar ini kini menjadi aset penting untuk museum dan para kolektor.
1893
Folding Bike pertama kali didesain oleh Michael B Ryan di Amerika. Patennya tercatat pada 26 Desember 1893. Tujuannya agar mudah disimpan ketika tidak dikendarai. Dalam perkembangannya, sepeda lipat banyak dibutuhkan oleh masyarakat perkotaan modern karena kepraktisan dan efisiensi ruang. Desainnya pun mengalami banyak penyempurnaan, khususnya pada teknik pelipatan.
1892
Domestic Safety Bicycle diproduksi di pabrik senapan Miyata tahun 1892 oleh Eisuke Miyata. Miyata yang ahli membuat senapan saat itu meragukan prospek usaha senjatanya. Apalagi ketika ia didatangi pelanggan yang menginginkannya mendesain sepeda safety cycle dengan memanfaatkan rangka dan pipa besi yang sebelumnya digunakan sebagai bahan dasar pistol. Akhirnya ia beralih memproduksi sepeda. Dengan bekal alat produksi di pabrik senjata miliknya, ia kemudian membuat seluruh komponen sepeda (kecuali roda).
1920
Kid’s Bike diluncurkan seusai Perang Dunia I (1920) oleh beberapa pabrikan, misalnya Mead, Sears Roebuck, dan Montgomery Ward. Desainnya dikembangkan dari bentuk sepeda motor untuk menarik minat anak-anak. Dengan desain itu, anak-anak merasa seperti mengendarai sepeda motor. Dalam perkembangannya bentuk sepeda semacam ini mengalami penyederhanaan dan efisiensi.
1928
Fuji Hao diluncurkan tahun 1928 oleh Hisajirou Okazaki, perintis perusahaan Nichibei Shoten. Okazaki awalnya mendapatkan izin untuk mengurus produksi sepeda Rudge buatan Inggris. Sepeda ini tidak saja dikenal karena merupakan buah persahabatan Jepang-Inggris, tapi juga karena ukuran ban 26 inci buatan Inggris yang lebih sesuai dengan postur fisik orang Jepang dibanding roda buatan Amerika yang berukuran 28 inci
1947
Mitsubishi Jujigo (1947) adalah sepeda buatan Jepang setelah Perang Dunia II. Jujigo diproduksi oleh industri pesawat terbang dengan inovasi berupa rangka yang terbuat dari duralumin setebal 2 mm dari sistem sambungan. Bentuknya terinspirasi dari sepeda buatan Inggris yang kemudian dimodifikasi untuk kenyamanan berolahraga dan balap sepeda.
1948
Everest Racer (1948) merupakan pengembangan dari desain sepeda balap yang telah ada sebelum Perang Dunia II. Oleh Jepang, jenis sepeda ini diproduksi massal dan diluncurkan tahun 1948 saat balap sepeda pertama diadakan di stasion Kokura.
1956
Smart Lady (1956) merupaan sepeda yang dirancang khusus untuk pengendara perempuan. Sepeda ini sangat populer sebagai sepeda pertama yang bisa dibeli secara cicilan di Jepang, sebab ketika itu harga sepeda sekitar 10 ribu yen dan hanya terjangkau oleh kalangan atas. Dengan pembayaran cicilan, sepeda ini menjadi laku di pasar.
1960
Low-rider bike dipopulerkan pada 1960-an oleh gerakan low-rider yang pada mulanya cenderung memodifikasi style mobil dan motor. Mobil tidak murah bagi pemuda kreatif waktu itu sehingga mereka mengarahkan perhatian ke bentuk sepeda. Tahun 1964, modifikasi George Barris terhadap sepeda Schwinn untuk film seri televisi The Munsters dinilai sebagai bentuk awal jenis low-rider. Oleh kelompok pemuda East Los Angeles Chicanos, modifikasi dilanjutkan dengan lebih melengkungkan rangka dan memendekkan proporsinya.
1962
Moulton Folding Bike menginspirasi inovasi desain sepeda lipat tahun-tahun berikutnya. Dibuat pada 1962 oleh Moulton Bicycle, sepeda lipat ini menarik minat banyak orang melalui rodanya yang kecil. Sebelumnya sepeda lipat beroda kecil sudah dibuat oleh Perancis dan militer Inggris di masa Perang Dunia II, namun kurang populer karena kuatnya dominasi mobil dan sepeda motor.
1963
Stingray (19963) merupakan sepeda jenis cruiser yang dikenalkan pertama kali oleh Schwinn, perusahaan sepeda dari Chicago. Sepeda jenis ini dianggap cikal bakal sepeda jenis BMX (bicycle-motocross) dan low-rider. Bentuk awal sadel Stingray adalah seperti pisang, dengan setang kemudi yang tinggi. Stingray terinspirasi dari bentuk dragster, salah satu merek motor yang populer pada saat itu.
1965
Mini Bicycle diproduksi di Jepang tahun 1965 akibat pengaruh sepeda merek Moulton buatan Inggris. Inovasi desain sepeda ini adalah bentuknya yang kecil untuk memenuhi kebutuhan serba praktis para penggunanya. Selain itu, kelebihan sepeda ini adalah harganya yang terjangkau dan mudah dikendarai oleh laki-laki maupun perempuan. Awalnya besaran roda adalah 16 inci dan 18 inci, namun seiring dengan perkembangan medan jalan raya di Jepang, roda yang digunakan mnjadi 20 inci, 22 inci, dan akhirnya 24 inci.
1970
Bicycle Motocross (BMX) dikenal public pada awal 1970 ketika anak-anak mulai menggemari bersepeda di alam bebas di sebelah selatan California. Anak-anak terinspirasi dari kepopuleran olahraga motocross saat itu. Sosok BMX berawal dari sosok Stingray buatan Schwinn dengan penyesuaian di beberapa elemen agar mampu menghadapi medan terjal. Dalam perkembangannya kini, BMX banyak diminati oleh para pemuda untuk medan perkotaan, hingga memunculkan subjenis BMX baru seperti BMX freestyle, racing, dirt jump, dan sebagainya.
1977
Mountain bike atau all terrain bike tercatat dikenalkan pertama kali tahun 1977 oleh kerja sama Joe Breeze, Otis Guy, dan Gary Fisher di California. Sepeda gunung memiliki ciri rangka yang ringan, memanfaatkan suspense berperedam kejut, dan ban dengan kembangan yang mencengkeram tanah. Dalam perkembangannya terdapat beberapa subjenis sepeda gunung, yaitu downhill (DH) untuk medan yang sangat ekstrem, cross-country (XC) untuk medan ekstrem menengah, dan all-mountain (AM) untuk berbagai kondisi jelajah.
Perkembangan Sepeda di Indonesia
1910
Sepeda buatan Belanda masuk ke Indonesia sebagai alat transportasi pada awal abad ke-20, yaitu sekitar tahun 1910. Sepeda awalnya digunakan oleh pegawai kolonial dan para bangsawan, selanjutnya juga oleh para misionaris dan saudagar kaya.
Rem yang digunakan masih berupa rem tusuk, yaitu rem tunggal yang menekan roda depan dari atas, bukan dari samping. Sepeda militer umumnya dapat dilipat atau dipisah bagiannya agar hemat tempat saat pengiriman.
1930-1939
Sepeda buatan Eropa dikirim ke Indonesia menggunakan kapal api berbahan bakar kayu atau batu bara, belum menggunakan kapal berbahan minyak. Selain pemerintah kolonial, sepeda juga dipakai oleh para misionaris, seperti pastor, bangsawan atau keluarga kerajaan, dan pedagang kaya.
1934
Pembangunan sebuah velodrome (stadion balap sepeda) yang dirancang oleh arsitek Belanda Ooiman dan Van Leuwen di Semarang, Jawa Tengah.
1940
Pengeboman pabrik-pabrik di Belanda saat Perang Dunia II membuat pengiriman sepeda dari Eropa terhenti. Kemudian masuk sepeda murah dari China.
1942
Jepang melarang penggunaan sepeda buatan Eropa. Para pemilik sepeda pun tidak mendapatkan suku cadang, seperti ban dan onderdil sepeda. Olahraga yang berkaitan dengan sepeda pun harus vakum.
1948
Setelah Indonesia merdeka beberapa klub sepeda kembali hidup.
1951
Balap sepeda termasuk dalam salah satu cabang yang dilombakan dalam PON II/1951 yang berlangsung di Jakarta.
1956
Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) didirikan tepat pada hari peringatan Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei 1956 di kota Semarang, Jawa Tengah.
1958
Tour de Java 1 yang diadakan di Bandung, Jawa Barat, pada tahun 1958. Ini adalah even lomba balap sepeda yang pertama kali diadakan di Asia dengan rute dimulai dari Bandung ke kota Surabaya lalu finish di kota Bandung lagi, dengan jarak tempuh total mencapai 2.000 km.
1960
Sepeda Jepang mulai banyak digunakan. Sepeda rakitan dalam negeri pun mulai bermunculan, seperti merek Banteng, Garuda, dan Dwi Warna, dari Semarang, Bandung, serta Surabaya.
1968
Tour d’ISSI 1968 dibuka oleh Gubernur Ali Sadikin di Balai Kota Jakarta pada tanggal 5 November 1968. Lomba balap sepeda yang menempuh jarak Jakarta-Surabaya sejauh 762 km diikuti oleh 71 pembalap yang mewakili 9 daerah dari seluruh Indonesia.
1972-1973
Sebuah Velodrome (stadion balap sepeda) dibangun dengan biaya sekitar Rp 255 juta di Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur. Stadion balap sepeda ini merupakan bagian dari Sport Center yang dibangun diatas tanah seluas 20 hektar dan diisi dengan berbagai bangunan untuk fasilitas olahraga serta sebuah Sekolah Tinggi Olahraga yang lengkap dengan kampus dan laboratorium.
1974
Presiden Soeharto meresmikan pabrik sepeda Induk Koperasi Pegawai Negeri (IKPN) di Batuceper, Kabupaten Tangerang, Jawa Barat, pada tanggal 12 Juli 1974. Presiden memberi nama pabrik sepeda dan merek dagang sepeda hasil pabrik ini dengan nama “Turangga”.
KOMPAS/PIET WARBUNG
Presiden Soeharto Jumat (12 Juli 1974) meresmikan pabril sepeda Turangga milik Induk Koperasi Pegawai Negeri (IKPN) di Batu Ceper, Kabupaten Tangerang. Peresmian diadakan dalam rangka Hari Koperasi ke-27.
1976
Wimcycle merupakan brand sepeda asli buatan Indonesia yang diproduksi oleh PT Wijaya Indonesia Makmur Bicycle Industries pada tahun 1976 dan berlokasi di Surabaya. Wimcycle terkenal dengan produk sepeda BMX-nya, kemudian Wimcycle juga memproduksi lini sepeda gunung (MTB).
1986
PT Jakarta Tunggal Citra memproduksi sepeda merek Family sejak tahun 1986 di Penjaringan, Jakarta Utara. Family adalah salah satu merek mainan dan sepeda untuk bayi dan anak.
1989
Soejanto Widjaja merintis PT Insera Sena dengan lokasi di Desa Wadungasih, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, pada tahun 1989. Perusahaan ini awalnya adalah industri manufaktur yang berorientasi pasar luar negeri dan memproduksi sepeda berdasarkan pesanan merek-merek terkenal dari luar negeri. Kemudian pada tahun 1994 merek Polygon Bikes resmi diluncurkan dengan Rodalink menjadi jaringan penjualannya.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Pekerja menyelesaikan proses produksi sepeda Polygon di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (13/8/2015). Sepeda merek lokal itu juga dikenal hingga ke luar negeri. Produksinya per hari mencapai 1.600 sepeda.
1991
PT Terang Dunia Internusa yang memproduksi merek sepeda United berdiri tahun 1991 di Desa Telanjung Mudik kawasan Gunung Putri, yang kemudian menambah pabriknya di Kawasan Industri Beranta, Citereup, Bogor. PT Wahana Inti Utama dengan toko Build a Bike (BAB) adalah showroom utama United Bike, termasuk merek sepeda, komponen, dan aksesoris sepeda lainnya.
1995
Sepeda dengan merek Pacific Bike beredar di Indonesia.
2005
Sepeda merek Odessy dan Celcius adalah merek sepeda yang diproduksi oleh PT Lintas Bangun Nusantara sejak tahun 2005.
2005
Polygon mengadakan lomba desain sepeda Polygon Bike Design Competition. 2005.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Sejumlah karya 16 finalis lomba desain sepeda dalam ajang Polygon International Bike Design Competition 2008 dipamerkan di Campus Center Institut Teknologi Bandung, Selasa (16/9/2008). Dari 16 finalis, 13 di antaranya berasal dari Indonesia. Penjurian karya finalis dilaksanakan pada hari itu juga dan diumumkan pada hari Rabu (17/9/2008).
Agustus 2008
Tim Sepeda Kompas-Polygon melakukan penelusuran Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) yang dibangun pada masa pemerintahan kolonial Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels dalam Ekspedisi Kompas 200 Tahun Jalan Pos Anjer-Panaroekan dengan menempuh jarak 1.100-an kilometer yang dimulai dari Anyer, Serang dan berakhir di Panarukan, Situbondo, Jawa Timur.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Tim sepeda Kompas-Polygon Ekspedisi Kompas 200 Tahun Anjer-Panaroekan mencapai finis di Panarukan, Situbondo, Jawa Timur, setelah menempuh jarak 1.100 kilometer dalam waktu 11 hari, Senin (25/8/2008).
2008
Konvoi sepeda dengan peserta terbanyak, saat peringatan Hari Ulang tahun Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, 24 Februari 2008. Kegiatan yang diikuti 37.914 peserta ini tercatat dalam rekor Muri.
Gerakan Sego Segawe (Sepeda kanggo Sekolah lan Nyambut Gawe) dicanangkan Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto pada 13 Oktober 2008. Jalur Selokan Mataram sepanjang lebih dari 30 km adalah salah satu pilihan jalur sepeda.
2010
Puluhan ribu peserta Kompas Fun Bike “Jadilah Sahabat Bumi” mendatangi Lapangan Kodam V/Brawijaya. Kegiatan sepeda santai ini mencatat rekor Muri dengan jumlah peserta terbanyak, yakni 39.073 orang yang datang dari berbagai kota/kabupaten di Jawa Timur.
Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta, meresmikan jalur khusus sepeda dan kawasan hotspot untuk internet gratis di Palembang, Sumatera Selatan, 20 Juni 2010. Jalur khusus sepeda yang sebelumnya hanya mengelilingi Kambang Iwak diperpanjang sampai Benteng Kuto Besak.
Tim Jelajah Sepeda Surabaya-Jakarta melakukan perjalanan 1.100 kilometer dalam rangka HUT Kompas ke-45 pada tanggal 23 Juni hingga 4 Juli 2010, sekaligus menyemarakkan tahun 2010 sebagai tahun bersepeda.
Pemerintah Kota Bandung membuat jalur khusus sepeda (bike lane) sepanjang 8.128 meter dengan estimasi biaya Rp 2,5 miliar. Pembangunan jalur itu, meliputi Jalan Aceh, Jalan Banda, Jalan Diponegoro, Jalan Ganesha, Jalan Ir H Djuanda, Jalan Braga, Jalan Merdeka, dan Gedung Sate.
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Pengguna sepeda melintasi jalur khusus sepeda yang baru diresmikan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, di sepanjang Jalan Melawai-Taman Ayodya, Kebayoran Baru, Jakarta, Minggu (22/5/2011), sepanjang 1,4 kilometer. Meskipun jalur khusus sepeda sudah diberi tanda dan rambu-rambu khusus, masih banyak pengguna jalan lain, terutama motor, yang menyerobot jalur tersebut.
2011
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo meresmikan jalur sepeda pertama di Jakarta pada 22 Mei 2011. Jalur itu membentang dari Taman Ayodya ke Blok M, Jakarta Selatan sepanjang 1,5 kilometer.
PT Juara Bike atau SELIS berdiri dengan lokasi pabrik di Cikupa, Banten. SELIS adalah merek kendaraan listrik, yang produknya beragam dari sepeda motor listrik, mobil listrik, dan sepeda listrik.
Untuk menyemarakkan SEA Games di Jakarta dan Palembang, Kompas menggelar Jelajah Sepeda Kompas Jakarta-Palembang 2011. Jelajah sepanjang 820 km itu terbagi dalam tujuh etape, start di Jakarta pada 3 November dan berakhir di Palembang, Sumatera Selatan, pada 9 November 2011.
2012
PT Indonesia Bike Works berdiri sejak 2012 di Gresik merupakan produsen sepeda merek Thrill, Tabibitho, dan Adrenaline, dengan PT Biker Shop sebagai distributornya.
Kompas Bali Bike 2012 dan Kompas Jelajah Sepeda Bali-Komodo adalah even rutin jelajah sepeda Kompas yang diselenggarakan pada bulan September 2012. Kompas Bali Bike diikuti 116 peserta dengan jarak tempuh 292 kilometer, sedangkan Kompas Jelajah Sepeda Bali-Komodo diikuti 66 perwakilan komunitas sepeda di Indonesia yang menempuh jarak 610 kilometer.
2013
Pabrik sepeda PT Roda Pasifik Mandiri didirikan di Semarang, Jawa Tengah. Produksi perdana adalah sepeda mini tipe Casella.
Bali Bike 2013 (262 km) dan Jelajah Sepeda Kompas PGN Sabang-Padang (1.534 km) diselenggarakan di bulan Juni dan Agustus 2013.
2014
Minang Bike 2014 (288 km) dan Kompas Jelajah Sepeda Manado-Makassar 2014 (1.500 km) diselenggarakan di bulan Mei dan Agustus-September 2014.
2015
Tambora Bike 2015 (408 km), Jelajah Sepeda Banjarmasin-Balikpapan (567 km) dan Jelajah Sepeda Papua (525 km) di selenggarakan di bulan April hingga Juni 2015.
2016
Sepeda Element diproduksi oleh PT Roda Maju Bahagia di Kendal, Jawa Tengah sejak tahun 2016.
Tambora Bike Camp (148 km) dan Kompas Jelajah Sepeda Flores-Timor (1.118,6 km) diselenggarakan di bulan April dan Agustus 2016.
2016-2018
Bangunan lama velodrome dibongkar dan dibangun velodrome baru untuk venue Asian Games 2018.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Para pebalap berlatih kecepatan pada pemusatan latihan nasional balap sepeda disiplin trek Asian Games 2018 di Velodrom Internasional Jakarta, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (23/5/2018). Latihan ini bertujuan untuk lebih memahami karakter lintasan balap yang baru selesai dibangun untuk Asian Games Jakarta-Palembang 2018.
2017
Kompas Bike Jateng Gayeng (336 km) dan Jelajah Sepeda Flores (706 km) di selenggarakan di bulan Maret dan Agustus 2017.
2018
Jelajah Rote (220 km) yang seliable menempuh perjalanan 220 km pada tanggal 4-6 April 2019.
2019
Pemprov DKI Jakarta membangun jalur sepeda jalan raya (road bikes) sepanjang 63 km.
Terbit Peraturan Gubernur (Pergub) DKI Nomor 128 Tahun 2019 tentang Penetapan Jalur Sepeda.
2020
Terbit Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 59 Tahun 2020 yang berisi ketentuan kelengkapan berkendara, lintasan sepeda, kewajiban mengenakan helm, dan hak untuk menggunakan tempat parkir.
ISMAWADI
.
Jenis-Jenis Sepeda
Secara umum tren sepeda terbagi menjadi beberapa jenis:
1. Sepeda Anak (Kids Bike)
Sepeda anak tampil dalam berbagai variasi dibanding sepeda dewasa. Meski bisa di buat lebih bebas, sepeda anak tetap harus didesain sesuai proporsi, jangkauan badan, keamanan dan kenyaman bersepeda bagi anak-anak.
2. Sepeda Gunung (Mountain Bike/MTB)
Sepeda ini digunakan untuk menjelajahi medan luar-jalan (off-road), di area perbukitan, dan alam bebas. Kekuatan utama sepeda MTB ini adalah pada rangkanya, untuk menghadapi situasi jalan yang liar. Geometri rangka MTB sangat menentukan kualitas suspensi, kenyamanan tulang punggung, dan kemudahan pengendalian. Karena spesifikasi rangka yang tahan banting dan kelengkapan komponennya inilah, dibanding jenis sepeda jalan raya, MTB jenis tertentu menjadi lebih berat bila diangkat. Namun, karena kepraktisannya untuk bisa digunakan di lingkungan perkotaan, di situasi medan yang kadang beraspal halus kadang pula jalan alam, menjadikan sepeda ini menjadi jenis sepeda yang paling populer.
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Pembalap putri Indonesia, Risa Suseanty, melewati turunan terjal saat turun di nomor downhill Kejuaraan Balap Sepeda Gunung Asia Tenggara di Gunung Buring, Malang, Jawa Timur, Sabtu (7/5/2005). Risa meraih juara pertama nomor downhill diikuti pembalap Indonesia lainnya, Kusmawati Yazid di tempat kedua dan Audi di tempat ketiga.
3. Sepeda Jalan Raya (Road Bike)
Orang awam sering menyebutnya sepeda balap. Sepeda ini cocok untuk pesepeda yang membutuhkan kecepatan tinggi di jalan rata. Cirinya adalah setang melengkung yang membuat posisi pesepeda membungkuk untuk pergerakan yang aerodinamis. Sepeda ini ringan, berbobot antara 7-11 kg dengan ban tipis 27 inci. Dalam fungsi spesifiknya sebagai sepeda untuk olahraga, misalnya triathlon ataupun balap sepeda, masalah berat sepeda menjadi faktor utama.
4. Sepeda Perkotaan (Commuting Bike)
Sepeda ini ditujukan untuk kebutuhan kegiatan dalam kota, misalnya berkeliling di dalam kota. Beberapa subjenis tertentu melayani segmen gaya hidup perkotaan tertentu (missal jenis zenith, cruiser, dan sebagainya), sedangkan lainnya dimaksudkan untuk membawa barang atau berbelanja sehingga perlu dilengkapi keranjang. Karena berkeranjang dan memiliki bentuk atau sudut rangka yang tidak kaku, sebagian besar orang menganggap community bike adalah pesepeda perempuan. Posisi badan pada saat mengendarai jenis sepeda ini tidak terlalu agresif dan membungkuk.
5. Sepeda Hibrid (Hybrid Bike)
Hybrid artinya penggabungan ciri antara satu jenis dengan jenis lainnya yang sifat pemaduannya sengaja dikaburkan. Artinya, ketika digabungkan, hasil yang ada susah dikenali kembali unsur sebelumnya. Sepeda hybrid merupakan penggabungan sepeda jalan raya dan sepeda gunung, atau antara sepeda perkotaan dam sepeda gunung karena garpunya bersuspensi. Ciri sepeda gunung pada sepeda hybrid adalah penggunaan roda 26 inci, sedangkan ciri sepeda jalan raya terletak pada rangkanya. Penggabungan ciri dilakukan agar sepeda ini nyaman digunakan, baik di medan rata maupun di jalan raya.
6. Sepeda Lipat (Folding Bike)
Sepeda lipat awalnya dirancang untuk memenuhi konsep praktis dan ringkas saat perang dunia II. Sekarang berkembang menjadi sepeda untuk gaya hidup, membuat produsen sepeda menawarkan berbagai varian dengan berbagai aksesoris pelengkapnya.
Referensi
- Wiyancoko, Dudy. 2010. Desain Sepeda Indonesia. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).
- Seri Lawasan: Pit Onthel. 2011. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).
- “Tour D’ISSI 1968 Dimulai: Perlengkapan Modern Diharapkan Hasilkan Prestasi Memadai”, Kompas, 6 November 1968, hlm 2.
- “Nenek Mojang Sepeda”, Kompas, 28 November 1970, hlm 5.
- “Dari Djentera Berdjalan Sampai Sepeda Mini”, Kompas, 15 Mei 1971, hlm 5.
- “Stadion Balap Sepeda di Djakarta”, Kompas, 11 April 1972, hlm 2.
- “Foto: Pembangunan Velodrome di Rawamangun”, Kompas, 5 Januari 1973, hlm 10.
- “PON VIII: Giat Berlatih di Velodrome”, Kompas, 25 Juli 1973, hlm 3.
- “Pabrik Sepeda “Turangga” Diresmikan Kepalanegara”, Kompas, 13 Juli 1974, hlm 1.
- “Ekspedisi Berakhir * Menempuh Perjalanan 1.100 km”, Kompas, 26 Agustus 2008, hlm 14.
- “Kompas Fun Bike: Puluhan Ribu Peserta Menyerbu Surabaya”, Kompas, 12 April 2010, hlm 1.
- “Benahi Transportasi Publik * Jalur Sepeda Idealnya Juga Lewat Permukiman”, Kompas, 10 Mei 2010, hlm 1.
- “Kilas Sumbagsel: Menteri LH Resmikan Jalur Sepeda dan “Hotspot””, Kompas, 21 Juni 2010, hlm 27.
- “30 Pesepeda Awali Rute Tanjakan * Menempuh Jarak 1.100 kilometer”, Kompas, 23 Juni 2010, hlm 14.
- “DKI Setujui Jalur Sepeda * Dapat Mengurangi Kemacetan Lalu Lintas”, Kompas, 31 Januari 2011, hlm 26.
- “Jelajah Sepeda: Etape Terakhir Paling Ringan”, Kompas, 10 November 2011, hlm 30.
- “Bersepeda Keliling Pulau Bali * Peserta Juga Menjelajahi Lima Pulau: Bali-Lombok-Sumbawa-Flores-Komodo – Bali Bike 2012”, Kompas, 14 September 2012, hlm 24.
- “Perjalanan Wisata: Jelajah Sepeda 2012 Berakhir di Komodo * Jelajah Sepeda Bali-Komodo”, Kompas, 25 September 2012, hlm 24.
- “Bali Bike 2013 Berakhir Sukses * 8 Peserta Dapat Tiket Jelajah “Kompas” Sabang-Padang pada Agustus-September 2013″, Kompas, 10 Juni 2013, hlm 24.
- “Etape Terakhir: Saat Peluh Berganti Bahagia *Jelajah Sepeda Sabang-Padang”, Kompas, 14 September 2013, hlm 24.
- “Kegiatan Bersepeda: Dari Atas Sepeda, Alam Terkembang Jadi Guru *Minang Bike 2014”, Kompas, 12 Mei 2014, hlm 24.
- “Wisata Minat Khusus: Tuntas Sudah Sulawesi Dijelajahi Sepeda… *Jelajah Sepeda Manado – Makassar”, Kompas, 1 September 2014, hlm 24.
- “Tambora Bike 2015: Terpikat Panorama Sumbawa”, Kompas, 12 April 2015, hlm 1.
- “Jelajah Sepeda: Tuntas Menempuh Jarak 610 Kilometer * Jelajah Sepeda Banjarmasin-Balikpapan”, Kompas, 11 Mei 2015, hlm 23.
- “Jelajah Sepeda Papua: Perjalanan Sabang-Merauke Tuntas”, Kompas, 8 Juni 2015, hlm 1.
- “Merayakan Kegembiraan di Kaki Tambora * Festival Pesona Tambora 2016”, Kompas, 17 April 2016, hlm 12.
- “Perjalanan: Jelajah Sepeda Berakhir di Atambua * Jelajah Sepeda Flores-Timor”, Kompas, 24 Agustus 2016, hlm 23.
- “Jateng Bike: Mengayuh Ironi Sejauh 336 Kilometer * Kompas Bike Jateng Gayeng”, Kompas, 13 Maret 2017, hlm 1.
- “Jelajah Sepeda Flores: Dari Atas Sadel Menikmati Panorama”, Kompas, 12 Agustus 2017, hal 1. .
- “Jelajah Rote: Perjalanan Menuju Titik Paling Selatan”, Kompas, 15 April 2019, hlm 18.
- “Lalu Lintas; Pelanggar Jalur Sepeda Ditindak Mulai Hari Ini”, Kompas, 22 November 2019, hlm 18.
- “Pesepeda Kebingungan dengan Aturan Baru”, Kompas, 24 September 2020, hlm D.