Tokoh

Muhadjir Effendy

Muhadjir Effendy adalah pakar pendidikan yang dipercaya Presiden Jokowi sebagai Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) pada Kabinet Indonesia Maju 2019–2024. Sebelumnya mantan rektor ini ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Kabinet Kerja.

Fakta Singkat

Nama Lengkap

Prof. Dr. H. Muhadjir Effendy, M.A.P

Lahir

Madiun, 29 Juli 1956

Almamater
Universitas Negeri Malang

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Universitas Airlangga, Surabaya

Jabatan Terkini

Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (2019–2024)

Muhadjir Effendy adalah salah satu sosok yang kembali dipilih Presiden Jokowi sebagai menteri pada periode keduanya. Pada periode pertama, ia ditunjuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dalam perombakan Kabinet Kerja sejak pertengahan 2016 menggantikan Anies Baswedan. Pada periode kedua, ia dipercaya menjadi Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan pada Kabinet Indonesia Maju.

Sebelum terjun ke pemerintahan, Muhadjir adalah rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur selama tiga periode, yakni dari tahun 2000 hingga 2016. Kecintaannya terhadap dunia pendidikan telah menjadikannya sebagai rektor selama tiga periode berturut-turut (2000–2016) di universitas tersebut. Ia pun berhasil membawa UMM sebagai kampus swasta terbaik dengan akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT).

Selain pakar pendidikan, Muhadjir juga dikenal sebagai sosiolog yang ahli di bidang militer, dan intelektual muslim. Ia juga aktif di organisasi Muhammadiyah, ICMI, Maarif Insitute for Culture and Humanity, dan PWI.

Keluarga pengajar

Muhadjir Effendy lahir di Madiun, 29 Juli 1956. Ia merupakan anak keenam dari sembilan bersaudara dari pasangan Soeraja dan Sri Soebita. Sang Ayah dikenal sebagai guru madrasah, kepala desa, aktif di partai politik Maysumi dan menekuni bidang kesenian tradisional sebagai seorang dalang dan pembuat wayang kulit.

Muhadjir menghabiskan masa sekolahnya (SD hingga PGAN) di kota kelahirannya Madiun, Jawa Timur. Ia melanjutkan pendidikannya di IAIN Malang dan memperoleh gelar Sarjana Muda pada tahun 1978.

Muhadjir meraih gelar Sarjana Pendidikan Sosial pada tahun 1982 dari IKIP Negeri Malang (sekarang Universitas Negeri Malang). Kemudian, ia melanjutkan pendidikan pascasarjana di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan memperoleh gelar Magister Administrasi Publik (MAP) tahun 1996.

Pada tahun 2008, Muhadjir berhasil mendapatkan gelar doktor bidang sosiologi militer pada program Doktor Uninversitas Airlangga, Surabaya.

Selain pendidikan formal yang telah ditempuh, Muhadjir juga pernah mengikuti beberapa kursus di luar negeri, seperti di National Defence University, Washington DC (1993) dan Victoria University, British Columbia, Canada (1991).

Muhadjir Effendy menikahi Suryan Widati yang berprofesi sebagai pengajar di Politeknik Negeri Malang kala itu. Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak, Muktam Roya Azidan (lahir 9 Maret 2005), Senoshaumi Hably (lahir 9 Oktober 2006) dan Harbantyo Ken Najjar (lahir 20 Mei 2012).

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy

Karier

Muhadjir Effendy, pria sederhana asal Madiun ini menghabiskan sepanjang hidupnya di dunia pendidikan. Selama 16 tahun menjadi rektor di Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur.

Awal kariernya di dunia pendidikan dimulai dari tahun 1986 saat ia menjadi dosen tetap di IKIP Malang. Pada periode 1994–1996, ia dipercaya menjadi pembantu rektor bidang kemahasiswaan di UMM. Sedangkan periode 1996–2000, ia kembali menjadi pembantu rektor UMM di bidang akademik.

Pada tahun 2000, kariernya pun melonjak setelah terpilih menjadi rektor UMM selama tiga periode berturut-turut hingga tahun 2016.

Selain di kampus UMM, Muhadjir juga mengabdi ilmunya di Universitas Negeri Malang sebagai Guru Besar pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Luar Sekolah.

Karier pemerintahannya dimulai sejak terpilih sebagai menteri dalam perombakan Kabinet Kerja pada 2016. Ia ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengantikan Anies Baswedan. Selama menjabat Mendikbud, Muhadjir banyak menyampaikan gagasan dan kebijakan, antara lain, penerapan kegiatan bersekolah lima hari dalam sepekan (full day school), penyelesaian Kartu Indonesia Pintar, sertifikasi guru, hinga moratorium ujian nasional.

Pada periode kedua Pemerintahan Jokowi, ia kembali ditunjuk sebagai menteri dalam Kabinet Indonesia Maju. Ia dipercaya sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) periode 2019–2024 yang sebelumnya dijabat oleh Puan Maharani yang kini menjadi ketua DPR RI.

Ia diberi tugas menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang pembangunan manusia dan kebudayaan Republik Indonesia.

Tugasnya sebagai Menko PMK juga menaungi ke-9 kementerian dibawah kementeriannya, antara lain, Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan instansi lain yang dianggap perlu.

Selain sebagai pengajar, Muhadjir juga aktif menulis berbagai artikel di beberapa koran lokal dan regional. Tak hanya itu, dia juga pernah menulis beberapa buku, salah satunya mengurai tentang profesionalisme militer khususnya TNI setelah era reformasi. Tidak mengherankan bila ia juga dikenal sebagai kolumnis yang menyoroti masalah agama, pendidikan, sosial politik, serta kemiliteran.

Keahliannya menulis itu terasah sejak ia menekuni profesi sebagai wartawan beberapa media cetak untuk kalangan kampus maupun daerah Jawa Timur. Di antaranya Komunikasi (koran kampus IKIP Malang), koran Mimbar Universitas Brawijaya, hingga majalah Semesta Surabaya. Ia juga mendirikan surat kabar kampus yang diberi nama koran Bestari UMM pada 1986.

Selain meniti karier pendidikan, ia juga aktif di berbagai organisasi, salah satunya Muhammadiyah yang ia terlibat aktif sejak usia muda, mulai dari anggota Tapak Suci Putra Muhammadiyah (1975–1980), Wakil Ketua Badan Pendidikan Kader/Pembina Angkatan Muda Muhammadiyah (BPK/P-AMM) (1995–2000), Ketua BPK/P-AMM Wilayah Jawa Timur (1997–2001), hingga Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur selama dua periode (2000–2010).

Ia juga pernah menjadi Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah (2005–2010),  Ketua Litbang Tapak Suci Putera Muhammadiyah (2006–2011), Anggota Badan Pelaksana Harian Pendidikan Ulama Tajrih Muhammadiyah (PUTM) PP Muhammadiyah (2006–2011), dan Ketua PP Muhammadiyah Bidang Pendidikan, Kebudayaan, dan Litbang (2015–2020).

Muhadjir juga aktif sebagai anggota Dewan Pembina Ma’arif Institute for Culture and Humanity sejak 2010 hingga sekarang. Ia juga tercatat  sebagai Anggota Dewan Pakar Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jawa Timur (2010–2015), dan Penasehat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Perwakilan Malang Raya (2011–2014).

Daftar Penghargaan

  • Satya Lencana Karya Sastra XX (2010)
  • Anggota Kehormatan PWI Pusat (2020)
  • Bintang Mahaputera Adipradana (2020)
  • Best Ministers dalam ajang Obsession Award (2020)

Penghargaan

Muhadjir pernah mendapatkan penghargaan Satya Lencana Karya Sastra XX (2010). Kemudian pada tahun 2020, Muhadjir kembali mendapatkan penghargaan Bintang Mahaputera Adipradana atas jasanya sebagai Mendikbud (2016–2019).

Di bidang media, Muhadjir Effendi pada Hari Pers Nasional (HPN) pada Februri 2020 mendapat predikat sebagai Anggota Kehormatan dari PWI Pusat. Meski tak pernah bergabung dalam PWI, Muhadjir pernah menjadi wartawan beberapa media cetak untuk kalangan kampus maupun daerah Jawa Timur.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy bersama rombongan meninjau kesiapan Pulau Sebaru Kecil di Kepulauan Seribu, sebagai lokasi observasi bagi 188 WNI yang jadi awak kapal World Dream, Jumat (28/2/2020). Mereka akan diobservasi kesehatannya selama 14 hari terkait Covid-19.

Pembangunan SDM

Pembangunan sumber daya manusia Indonesia menjadi prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo. Realisasi dari misi itu mengandalkan kerja keras sejumlah kementerian di bawah koordinasi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.

Muhadjir mengatakan, untuk mewujudkan pembagunan SDM, pemerintah menitikberatkan pembentukan karakter. Terhadap anak-anak, pembentukan karakter dilakukan dengan melakukan intervensi pada anak usia balita dan PAUD (pendidikan anak usia dini), kemudian masuk usia sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Pembentukan karakter itu melaluimisalnya perilaku seperti cara bersalaman, menghormati guru, berbahasa yang baik dan santun, serta cara mencuci tangan yang baik.

Pendidikan karakter tetap diteruskan pada jenjang pendidikan SMK atau SMA sebelum menjadi tenaga terampil. “Pembentukan karakter moral masih tetap jadi perhatian karena sebelum disiapkan menjadi tenaga kerja terampil, mereka harus memiliki karakter kuat. Pendidikan karakter juga jadi prioritas sebelum menyiapkan mereka jadi tenaga kerja. Namun, apa pun alasannya, ujung-ujungnya, kan, harus bekerja. Semua sumber daya manusia kita itu dibilang produktif kalau bekerja,” ujarnya.

Tak hanya di bangku sekolah menengah, pendidikan karakter juga diajarkan di perguruan tinggi. “Ketika masuk ke perguruan tinggi, karakter yang harus dipersiapkan adalah karakter untuk memasuki dunia kerja. Karena itu karakter yang harus dibentuk terutama adalah berkaitan dengan etos kerja, harus rajin, hemat waktu, kerja keras, pantang menyerah. Nilai seperti itu yang harus ditanamkan,” kata Muhadjir saat menjadi narasumber secara daring dalam kegiatan di Universitas Negeri Malang pada Jumat (6/11/2020).

Harta kekayaan

Sebagai pejabat negara, Muhadjir telah melaporkan harta kekayaannya (LHKPN) ke KPK. Ia tercatat terakhir kali melaporkan LHKPN pada 12 Januari 2020 dalam kapasitas Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.  Sesuai LHKPN yang diunduh dari situs KPK (https://elhkpn.kpk.go.id), eks Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu memiliki harta senilai Rp 81 miliar.

Harta Kekayaannya terdiri dari 26 aset berupa tanah dan bangunan yang tersebar di Malang, Batu, dan Madiun dengan nilai seluruhnya mencapai Rp. 71, 8 miliar. Ia juga memiliki lima kendaraan bermotor senilai Rp 242 juta.

Harta lainnya yang dimiliki mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini berupa harta bergerak lainnya senilai Rp 671,5 juta, surat berharga Rp 49 juta, kas dan setara kas senilai Rp 7,1 miliar. Ia juga memiliki harta lainnya senilai Rp 1,01 miliar. Bila diakumulasi, jumlah hartanya mencapai Rp 81 miliar. Dalam laporan tersebut, Muhadjir tercatat tidak memiliki hutang.

Referensi

Arsip Kompas
  • “Muhadjir Effendy: Siap Mengikis Kesenjangan Mutu Pendidikan” (Kompas, 29 Juli 2016, Halaman 12
  • “Pelantikan Muhadjir sebagai rektor Universitas Muhammadiyah Malang” (Kompas, 31 Jan 2000, 23)
  • “Bedah buku Jati Diri dan Profesi TNI yang ditulis Dr Muhadjir Effendy” (Kompas, 2 Nov 2009, 22)
  • “Masuk dalam daftar ketua PP Muhammadiyah” (Kompas, 28 Jul 2015, 4)
  • “Dalam muktamar ke-47, termasuk dalam 13 calon ketua PP Muhammadiyah” (Kompas, 16 Agustus 2015, 1)
  • “Terpilih sebagai mendikbud dalam perombakan kabinet kerja 2016” (Kompas, 28 Jul 2016, 1)
  • Muhadjir Effendy langsung bekerja sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menggantikan Anies Baswedan. Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah Bidang Pendidikan, Kebudayaan, dan Litbang (Kompas, 28 Juli 2016, 12)
  • “Gagasan penerapan kegiatan bersekolah lima hari dalam sepekan” (Kompas, 9 Agustus 2016, 12)
  • “Muhadjir menargetkan bisa menyelesaikan persoalan KIP pada akhir Agustus 2016”.  (Kompas, 12 Agustus 2016, 12)
  • Kalangan guru menyambut baik gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy nengenai pengurangan syarat untuk mendapat tunjangan sertifikasi.  (Kompas, 12 Agustus 2016, 12)
  • “Wacana full day school Muhadjir menuai polemik” (Kompas, 23 Sept 2016, 12)
  • “PPK membuka peluang ada jam tambahan belajar hingga sore hari” (Kompas, 27 Sep 2016, 12)
  • “UN tak lagi menentukan kelulusan, pemerintah rencakan moratorium ujian nasional” (Kompas, 25 Nov 2016, 11)
  • “Guru dituntut professional karena profesi guru sangat strategis” (Kompas, 26 Nov 2016, 13)
  • “moratorium UN akan dimulai tahun depan” (Kompas, 27 Nov 2016, 5)
  • “Tiga opsi yang disiapkan terkait UN” (Kompas, 1 des 2016, 11)
  • “Muhadjir Effendy mengeluarkan surat edaran tanggal 10 Januari lalu yang ditujukan kepada para gubernur dan wali kota/bupati se-Indonesia (Kompas, 12 Jan 2017, 11)

Biodata

Nama

Prof. Dr. H. Muhadjir Effendy, M.A.P

Lahir

Madiun, 29 Juli 1956

Jabatan

Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (2019–2024)

Pendidikan

  • SD Al-Islam, Madiun (1968)
  • Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN), Madiun (1974)
  • Sarjana muda, Fakultas Tarbiyah, IAIN Malang (1978)
  • Sarjana Strata 1, Sarjana Pendidikan Sosial, IKIP Malang (1982)
  • Sarjana Strata 2, Program Magister Administrasi Publik (MAP), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1996)
  • Sarjana Strata 3, Program Doktor Ilmu-ilmu Sosial, Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya (2008)

Karier

Pemerintahan

  • Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2016-2019)
  • Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (2019-2024)

Nonpemerintahan

  • Wartawan Semesta, Surabaya (1979-1980)

Akademis

  • Pembantu Rektor III/Bidang Kemahasiswaan, Universitas Muhammadiyah Malang (1984-1996)
  • Dosen Tetap IKIP Malang (1986-sekarang)
  • Pembantu Rektor I/Bidang Akademik, Universitas Muhammadiyah Malang (1996-2000)
  • Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (2000-2016)

Kiprah Organisasi

  • Anggota Tapak Suci Putra Muhammadiyah (1975-1980)
  • Ketua Pelajar Islam Indonesia (PII) Daerah Malang (1978)
  • Ketua Bidang Pendidikan KNPI Kodya Malang (1978-1983)
  • Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Malang (1980)
  • Ketua Bidang Cendikiawan DPD Golkar Malang (1984-1989)
  • Ketua Tim Pembinaan Mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah, Majelis Dikti-Litbang PP Muhammadiyah (1986-1994)
  • Wakil Ketua Badan Pendidikan Kader/Pembina Angkatan Muda Muhammadiyah (BPK/P-AMM), PP Muhammadiyah (1995-2000)
  • Ketua Badan Pendidikan Kader/Pembina Angkatan Muda Muhammadiyah (BPK/P-AMM) Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur (1997-2001)
  • Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur (2000-2005)
  • Ketua Bidang Kemahasiswaan Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta se-Indonesia (BKS-PTIS) (2005-2009)
  • Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur (2005-2010)
  • Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah (2005-2010)
  • Ketua Litbang Tapak Suci Putera Muhammadiyah (2006-2011)
  • Anggota Badan Pelaksana Harian Pendidikan Ulama Tajrih Muhammadiyah (PUTM) PP Muhammadiyah (2006-2011)
  • Anggota Dewan Pakar Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jawa Timur (2010-2015)
  • Anggota Dewan Pembina Maarif Insitute for Culture and Humanity (2010-sekarang)
  • Penasehat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Perwakilan Malang Raya (2011-2014)
  • Ketua PP Muhammadiyah Bidang Pendidikan, Kebudayaan, dan Litbang  (2015-2020)

Penghargaan

  • Satya Lencana Karya Sastra XX (2010)
  • Anggota Kehormatan PWI Pusat (2020)
  • Bintang Mahaputera Adipradana (2020)
  • Best Ministers dalam ajang Obsession Award (2020)

Karya

Publikasi

BUKU

  • Pedagogi Kemanusiaan (2004)
  • Profesionalisme Militer: Profesionalisasi TNI (2011)

Artikel Kompas

  • Karya Ilmiah: “Self Plagiarism” atau Auto-Plagiat? (Kompas, 9 April 2013, halaman 12)
  • Menunaikan Janji Nawacita (Kompas, 3 Mei 2018, halaman 6)
  • Memberdayakan Guru (Kompas, 13 Juni 2018, halaman 6)
  • Refleksi Hari Pendidikan (Kompas, 3 Mei 2019, halaman 6)
  • Pendidikan Karakter di Sekolah (Kompas, 26 Agustus 2019, halaman 6)

Keluarga

Istri

Suryan Widati, S.E., M.S.A., Ak., CA

Anak

  • Muktam Roya Azidan
  • Senoshaumi Hably
  • Harbantyo Ken Najjar

Sumber
Litbang Kompas