Fakta Singkat
Nama Lain
Levotoli, Lebetolo, Lebetola, Tokojain, Warirang Welirang, Ili Api
Nama Kawah
K1 dan K2
Tipe Gunungapi
Strato
Letak
Bagian utara Pulau Lomblem di Flores, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur
Posisi Geografis
123°30’18” Bujur Timur dan 8°16’18” Lintang Selatan
Tinggi di atas muka laut
1.455 mdpl
Status Gunungapi
Siaga (29 November 2020)
Gunung Lewotolo (nama lain dari Ile Ape) adalah gunung api aktif tipe A yang artinya gunung api ini memiliki catatan sejarah letusan sejak tahun 1600. Gunung Lewotolo ini berasal dari bahasa daerah setempat (bahasa Lamaholot) yang artinya gunung api.
Gunung ini tercatat pernah mengalami letusan, yaitu pada tahun 1660, 1819, 1849, 1852, 1821, 1864, 1889, dan 1920. Dampak letusan-letusan yang pernah terjadi di gunung tersebut disebut–sebut pernah meluluhlantakkan seluruh Pulau Lembata dan sekitarnya.
Sebelumnya, data Oktober 2017 menunjukkan sempat adanya peningkatan aktifitas dari Gunung Lewotolo ini sehingga saat itu statusnya dinaikkan menjadi waspada.
Menurut Hartman (1935) dalam buku Data Dasar Gunung Api Indonesia, Departemen Pertambangan dan Energi RI, semua gunung api di wilayah Lomblem ditandai dengan adanya jalur patahan di puncaknya. Gunung Lewotolo ini bentuk yang indah dengan penampang yang teratur, namun di beberapa tempat muncul ketidakteraturan yang diakibatkan oleh aliran lava yang berakhir pada sayap gunung.
Gunung ini dikelilingi oleh lereng dengan ketinggian 1.000 mdpl. Lereng ini terdiri dari abu gunung api, breksi, pasir, aliran lava banyak di antaranya hingga ke pantai, kecuali di lereng barat daya yang relatif jarang.
Model tiga dimensi di atas menggambarkan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunungapi Lewotolo yang datanya bersumber pada Peta KRB yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Zonasi KRB gunungapi ini terbagi dalam tiga tingkatan. Tingkatan pertama, KRB I, yaitu kawasan yang berpotensi terkena aliran lahar dan atau tertimpa material jatuhan berupa abu hujan berukuran kurang dari 2 cm. Apabila letusannya membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan abu lebat bahkan lontaran batu (pijar). Berdasarkan erupsi-erupsi terdahulu dapat didefinisikan bahwa kawasan rawan bencana terhadap hujan abu mencapai radius 7 km dari pusat erupsi.
Tingkatan kedua, KRB II, merupakan kawasan yang berpotensi terlanda perluasan awan panas, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan ini memiliki radius 4 km dari pusat erupsi, terdapat dua kawasan yang rawan. Pertama, kawasan yang rawan terhadap aliran massa berupa perluasan awan panas dan aliran lava, gas beracun serta guguran batu. Kedua adalah kawasan yang rawan terhadap material lontaran batu berukuran 2 – 6 cm dan hujan abu lebat.
Pada tingkatan yang terakhir (tertinggi kerawanannya), yaitu KRB III. Kawasan yang sangat berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran batu dan gas beracun. Berdasarkan erupsi terdahulu, kawasan ini memiliki radius 2 km dari pusat erupsi, alirannya mengarah ke timur, tenggara dan selatan dari tubuh gunung apinya.
Sejarah pencatatan gunung api ini sangat sedikit, namun demikian tercatat sejak 1660-1920 belum pernah terjadi letusan hebat dan belum pernah jatuh korban manusia.
Sejarah letusan
Gunung Lewotolo merupakan gunungapi tipe A, maka pencatatan sejarah letusannya dimulai sejak tahun 1600-an. Berikut ini rentetan sejarah letusan Gunung Lewotolo:
Tahun 1660
Terjadi letusan pada kawah pusat. Data letusan ini terdapat dalam pencatatan “Wouter Schout’s Reistogt naar en door Oostindien 1775”.
Tahun 1819
Terjadi letusan normal pada kawah pusat.
6 Oktober 1849
Terjadi letusan pada kawah pusat.
5 dan 6 Oktober 1852
Terjadi letusan kawah pusat yang merusak daerah sekitarnya. Menurut penduduk setempat telah muncul kawah K2 dan komplek solfatara pada lereng timur.
Tahun 1864
Letusan pada kawah pusat.
Tahun 1889
Terjadi letusan normal pada kawah pusat, menyebabkan terjadinya pengepulan tiang asap di Gunung tersebut.
Tahun 1920
Penduduk setempat merasa terjadi letusan kecil, lalu timbul corong esplosi.
Tahun 1939
Kenaikan kegiatan pada 6 Januari, 3 Februari dan Juni.
Tahun 1951
Kenaikan kegiatan pada 15 Desember.
Keadaan dalam 1972
Tidak ada perubahan dalam topografinya ketika dibandingkan dengan peta topografi 1960. Perubahan yang dicatat hanya perluasan atau penyebaran solfatara di lereng timur dari titik tertinggi.
7 Oktober 2017
Status gunung Lewotolo waspada (level II). Masyarakat dilarang mendekati zona perkiraan bahaya di area kawah dan seluruh area dengan radius 2 km.
27 November 2020
Terjadi erupsi dengan ketinggian kolom abu yang teramati sekitar 500 meter di atas puncak. Kolom abu berintensitas tebal condong ke arah barat. Erupsi ini menyebabkan beberapa desa di sekitar lereng gunung diguyur hujan abu dan pasir.
Terkini: 29 November 2020
Terjadi erupsi kembali dengan tinggi kolom abu sekitar 4.000 meter di atas puncak. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitude maksimum 35 mm dan durasi 600 detik. Sehingga status dinaikan menjadi Siaga.
Kontributor:
Muhammad Fiqi Fadillah
Editor:
Slamet JP
Referensi:
- https://magma.vsi.esdm.go.id/
- Peta KRB Gunungapi Lewotolo, Kementerian ESDM tahun 2010
- Departemen Pertambangan dan Energi.1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. hal 538-545
Artikel Kompas.com
- “Gunung Ile Lewotolok di NTT Meletus, ini Penjelasan PVMBG” (29 November 2020)
- “Mengenal Gunung Ile Lewotolok yang pagi ini Erupsi” (27 November 2020)