Infografik | Bencana

Kawasan Rawan Bencana Gunung Ruang

Gunung Ruang di Kabupaten Siao Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara, kembali statusnya ditingkatkan menjadi Level IV (Awas) per 30 April 2024 pukul 01.30 WITA, setelah sebelumnya tanggal 22 April 2024 pukul 09.00 WITA status sempat diturunkan menjadi Level III (Siaga) pasca letusan 17 April 2024.

Peta_KRB_Gunung_Ruang, Sulawesi Utara

Fakta Singkat 

Nama lain
Ruwang, Duang, Duwang, Aditinggi

Tipe gunungapi
Strato dengan doma lava

Letak
Pulau Ruang, Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Siau Tagulandang Biaro, Provinsi Sulawesi Utara

Posisi geografis
125°22’00” Bujur Timur
2°18’00” Lintang Utara

Tinggi di atas muka laut
714 mdpl

Status gunungapi
Level IV “Awas” (30 April 2024 pukul 01:30 WITA)
(Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi)

Gunung Ruang merupakan salah satu gunung api strato soliter berbentuk kerucut terpancung yang tumbuh di lingkungan laut dan membentuk sebuah pulau (Pulau Ruang) yang tingginya dari dasar laut sekitar 1.700 meter atau memiliki ketinggian 714 meter di atas permukaan laut. Secara administrasi kewilayahan, pulau yang merupakan bagian atas gunung ini berada di Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Provinsi Sulawesi Utara.

Gunung Ruang menjadi salah satu gunungapi aktif yang berada di wilayah berpenduduk. Sebaran pemukiman di pulau yang bertetangga dengan Pulau Tagulandang ini, memiliki kerapatan penduduk rendah-sedang terkonsentrasi di bagian barat, barat laut dan utara, yakni Desa Laingpatehi dan Desa Pumpente. Sedangkan permukiman di Pulau Tagulandang terkonsentrasi di pesisir pantai bagian barat dengan kerapatan sedang-padat.

Erupsi Gunung Ruang berulang kali terjadi dalam sejarah dan tercatat sejak 1808. Bahaya erupsi Gunung Ruang terutama berupa hembusan awan panas, aliran lava dan lahar hujan yang dapat melanda seluruh pulau. Sedangkan bahaya terhadap pulau di sekitarnya yang berdekatan berupa jatuhan bom vulkanik, lapilli hingga abu yang mungkin masih panas. Permukiman di pesisir barat daya Pulau Tagulandang berhadapan langsung dengan Pulau Ruang dan berjarak antara 2 hingga 5 km dari puncak, sehingga berpotensi terkena jatuhan piroklastik (lontaran batu pijar berdiameter hingga 6 cm dan hujan abu).

Secara umum kegiatan Gunung Ruang dapat dibagi menjadi 9 periode letusan. Masing-masing periode letusan diawali dengan erupsi eksplosif (yang menghasilkan endapan aliran dan jatuhan piroklastik) dan diakhiri dengan erupsi efusif magmatik yang menghasilkan aliran lava atau pembentukan kubah lava di sekitar puncak.

Model tiga dimensi di atas menggambarkan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunungapi Ruang yang bersumber dari Peta KRB Gunung Ruang, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Terdapat tiga tingkatan kerawanan secara berurutan mulai dari tingkatan yang tertinggi hingga yang terendah, baik itu kerawanan terhadap lontaran material vulkanik melalui udara berdasarkan jarak radius tertentu, maupun awan panas, aliran lava atau lahar di permukaan yang umumnya mengikuti lembah dan topografi di sekitarnya.

Kerawanan tertinggi adalah Kawasan Rawan Bencana III (area warna merah pada peta), yaitu kawasan yang berpotensi sering terlanda awan panas, aliran lava dan bahan lontaran/guguran batu (pijar). KRB III Gunung Ruang terdapat di sisi selatan hingga timur lereng yaitu kawasan yang sangat berpotensi terlanda aliran massa (awan panas dan aliran lava) juga material lontaran batu (bom gunung api) berukuran lebih dari 6 cm dan jatuhan piroklastik berupa hujan abu lebat.

Tingkatan kedua, Kawasan Rawan Bencana II yaitu kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. KRB II Gunung Ruang berada di lereng sisi barat hingga timur laut yang rawan terhadap bahan lontaran seperti batu (pijar) berukuran 2 hingga 6 cm dan hujan abu lebat berjenis ash dry and wet fall. KRB II ditandai dengan area berwarna oranye pada peta dan garis kuning radius 5 kilometer untuk KRB yang bersifat lontaran di udara, sehingga mencapai pesisir barat daya Pulau Tagulandang.

Terakhir yaitu Kawasan Rawan Bencana I, yaitu kawasan yang berpotensi terlanda lahar/banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan aliran piroklastik (awan panas). Apabila letusannya membesar, maka kawasan ini sangat berpotensi tertimpa bahan jatuhan piroklastik berupa lontaran batu (pijar) dan hujan abu berjenis ash dry fall.

KRB I Gunung Ruang, lebih berupa kawasan rawan bencana terhadap jatuhan piroklastik berupa hujan abu dan kemungkinan terkena lontaran batu (pijar) berukuran kurang dari 2 cm yang tergambar dengan garis kuning radius 7 kilometer di puncak.

Sejak tahun 1603 Pulau Ruang telah diketahui sebagai pulau gunung api meskipun letusannya tidak dilaporkan selama abad ke-17 dan ke-18. Letusan yang yang tercatat pertama kali pada 1808.  Ketika Gunung Ruang meletus dengan material vulkanik yang terlontar dan mengalir dalam volume yang besar, dapat menimpa laut yang mengelilinginya termasuk Selat Ruang antara kedua pulau. Kejadian demikian dapat memicu terjadinya gelombang pasang di pantai-pantai sekitarnya.

Sejak tanggal 16 April 2024 terjadi peningkatan aktivitas menjadi Level II (Waspada). Tak lama besoknya 17 April 2024 pukul 21.00 WITA status ditingkatkan menjadi Level IV (Awas), dan berpotensi menimbulkan gelombang pasang akibat erupsi yang disertai lontaran batuan pijar. Kemudian tanggal 22 April 2024 pukul 09.00 WITA tingkat aktivitas G. Ruang diturunkan dari Level IV (AWAS) menjadi Level III (Siaga). Namun kembali naik menjadi Level IV (AWAS) terhitung mulai tanggal 30 April 2024 pukul 01.30 WITA.

Sejarah letusan

1808
Letusan terjadi di kawah pusat. Seluruh tubuh Gunung Ruang tertimbun bahan letusan. Pulau Tagulandang sebelah barat dan selatan rusak. Tidak ada korban jiwa pada kejadian tersebut.

April 1810
Terjadi letusan kuat di kawah pusat. Tidak ada informasi korban dan kerusakan.

1840
Terjadi erupsi disertai awan panas.

1856
Terjadi erupsi berupa semburan asap.

Agustus 1870
Terjadi erupsi cukup kuat. Pulau Ruang rusak total. Rumah, hewan dan tumbuhan seluruhnya musnah. Penduduk mengungsi ke Tagulandang. Tidak ada informasi lebih lanjut mengenai korban jiwa.

Februari-Maret 1971
Letusan diawali dengan gempa terasa agak hebat pada bulan Februari. Kemudian pada awal maret terjadi longsoran di puncak disusul gempa terasa. Terdengar suara gemuruh kemudian terjadi gelombang pasang sekitar 25 meter melanda Tagulandang sejauh 1.180 meter dari pantai. Di pertengah Maret terjadi letusan dari kawah pusat, menyemburkan batu dan pasir. Tercatat 300-400 orang meninggal akibat gelombang pasang tersebut.

November 1874
Terjadi letusan hebat, menyemburkan abu dan batu pijar. Asap letusan membumbung dari kawah pusat. Longsoran meluncur sepanjang lereng Gunung Ruang. Tanaman dan rumah penduduk rusak terbakar.

1889
Terjadi letusan, pembentukan kubah lava di kawah pusat.

April 1904 – Mei 1905
Terjadi letusan abu yang berlangsung selama lebih dari 1 tahun. Kegiatan disusul aliran lava disertai awan panas. Tidak ada informasi mengenai korban dan kerusakan.

Mei 1914
Terjadi letusan di kawah pusat, disertai awan panas.

1915
Terjadi letusan dari kawah pusat.

Februari 1918
Terjadi kenaikan kegiatan di kawah pusat.

1940
Terjadi kenaikan kegiatan di kawah pusat.

Oktober 1946
Terjadi letusan di kawah pusat.

Januari 1949
Terjadi letusan di kawah pusat disertai aliran lava.

September 2002
Terjadi letusan magmatik di kawah pusat, mengarah ke sektor baratlaut, disertai awan panas yang mengarah ke sektor baratdaya. Kerusakan terjadi terutama di Desa Laingpatehi dan Pumpente. Seluruh penduduk dievakuasi ke Pulau Tagulandang. Tidak ada informasi mengenai korban jiwa pada kejadian tersebut.

Maret 2015
Terjadi kenaikan kegiatan pada level II Waspada.

17 April 2022
Terjadi kenaikan kegiatan pada level II Waspada. Masyarakat dan wisatawan dilarang mendekati area Gunung hingga radius 1,5 km dari kawah/puncak dan sektoral 2,5 km

15 April 2024
Potensi bahaya mungkin terjadi berupa erupsi eksplosif. Berdasarkan pemantauan visual dan instrumental hingga 15 April 2024, Badan Geologi menyatakan Tingkat Aktivitas masih berada pada Level I (Normal)

17 April 2024
Pasca kenaikan tingkat aktivitas menjadi Waspada (level II) pada 16 April 2024 pukul 13.00 WITA dan Siaga (Level III) pada 16 April 2024 pukul 16.00 WITA, aktivitas visual dan kegempaan menunjukkan peningkatan yang signifikan. Ketinggian kolom erupsi meningkat dengan material erupsi berupa abu disertai lontaran batuan pijar mencapai jarak sekitar 5 km di Pulau Tagulandang.

29 April 2024
Tercatat 15 kali gempa Guguran, 237 kali gempa Vulkanik Dangkal, 425 kali gempa Vulkanik Dalam, 15 kali gempa Tektonik lokal, dan 6 kali gempa Tektonik Jauh.

30 April 2024
Tanggal 30 April 2024 pukul 01.15 WITA terjadi erupsi dengan tinggi kolom erupsi mencapai 2.000 meter dari atas puncak G. Ruang disertai suara gemuruh dan gempa terasa menerus.

Kontributor:
Muhammad Fiqi Fadillah

Editor:
Slamet JP

Referensi:

Artikel Terkait