Foto | Hari TNI

Pasukan Khusus di Tiga Matra TNI

TNI memiliki pasukan khusus pada setiap matra, yang memiliki kemampuan dan tugas khusus untuk menyusup dan menghancurkan musuh.

Pertempuran yang melibatkan pasukan khusus (special force) telah muncul sejak abad ke-18. Jumlah personelnya memang tak sebanyak pasukan regular atau pasukan konvensional, tetapi keterampilan yang mereka miliki merupakan solusi dari berbagai rintangan yang dihadapi di lapangan. Dengan bekal latihan khusus yang sangat berat, mereka diharapkan mampu melakukan penyusupan ke wilayah musuh untuk menyiapkan jalan bagi pasukan reguler. Selain itu, mereka bisa dikerahkan untuk membebaskan korban suatu penyanderaan. Ini artinya, setiap anggota yang tergabung dalam pasukan khusus telah dipersiapkan untuk pertempuran yang tak biasa (unconventional warfare), yang membutuhknan taktik khusus, pengintaian, serangan ke sasaran terpilih, hingga penghancuran terhadap fasilitas bernilai tinggi.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) membentuk pasukan-pasukan khusus sesuai dengan kebutuhannya. Dalam TNI Angkatan Darat, kita mengenal RPKAD (Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat) yang kemudian berganti nama menjadi Kopassandha dan terakhir menjadi Kopassus (Komando Pasukan Khusus). Kemudian, ada Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Tjepat) di lingkungan TNI Angkatan Udara yang kemudian berubah nama menjadi Korpaskhas (Korps Pasukan Khas). Selain itu, di TNI Angkatan Laut juga ada (Kopaska) Komando Pasukan Katak dan Datasemen Jala Mangkara atau dikenal dengan Denjaka.

KOPASSUS

Kopassus atau biasa dikenal sebagai Korps Baret Merah adalah pasukan khusus TNI Angkatan Darat yang didirikan pada 16 April 1952. Kopassus lahir dari gagasan Letnan Kolonel Slamet Riyadi yang merasa perlu membentuk pasukan komando.

Setelah dimekarkan pada tahun 1996 Kopassus dipimpin oleh Mayor Jenderal atau jenderal berbintang dua. Sebelum bernama Kopassus (Komando Pasukan Khusus) sejak tahun 1985, pasukan ini sebelumnya pernah beberapa kali ganti nama, seperti, RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat dan Kopassandha (Komando Pasukan Sandhi Yudha)

Salah satu peristiwa penting yang melibatkan Kopassus yang saat itu bernama RPKAD, yaitu ketika bersama pasukan lainnya, menumpas kelompok yg diduga ikut G30S. Saat itu, RPKAD berada di bawah perintah Komandan kelimanya, yaitu Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Puluhan personel Komando Pasukan Khusus dengan muka dicoreng berjalan di barisan dalam defile upacara Hari Juang Kartika TNI AD 2003 di Kemayoran, Jakarta, 22 Desember lalu.

KOMPAS/ARBAIN RAMBEY

Prajurit Kopassus dengan sikap tegap mendengarkan sambutan Presiden Abdurrahman Wahid ketika berkunjung ke Markas Grup 1 Komando Pasukan Khusus TNI-AD di Serang, Jawa Barat (21/1/2000).

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Sejumlah anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) memperlihatkan keterampilan wushu dengan mempermainkan pedang dalam geladi bersih HUT Ke-54 Kopassus di Markas Komando Kopassus Cijantung, Jakarta, Minggu (16/4/2006).

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Atraksi ketangkasan bela diri prajurit Kopassus ikut menyemarakkan Upacara HUT Ke-64 Kopassus di Markas Komando Kopassus, Cijantung, Jakarta, Sabtu (16/42016). 

KOPASKA

Komando Pasukan Katak atau Kopaska lahir pada 31 Maret 1962. Pada awalnya TNI Angkatan Laut membentuk sekolah Pasukan Katak Angkatan I yang diikuti oleh 50 tamtama. Dari semuanya ini, sebanyak 28 prajurit dinyatakan lulus sekaligus menjadi anggota Kopaska pertama di Indonesia.

Kopaska didirikan karena desakan kebutuhan menghadapi pembebasan Irian barat. Sebagai unsur tempur, Kopaska berada langsung di bawah Armada Angkatan Laut.

Prajurit Kopaska selain dituntut memiliki kemampuan dominan terkait dengan lingkungan maritim, pasukan dengan baret merah marun ini juga harus memiliki kemampuan dasar lain, seperti terjun payung, menembak, dan berlari. Dengan demikian, mereka tidak hanya mampu bertempur di tengah lautan, tetapi juga tetap bisa bertempur di area lain, seperti puncak gunung.

Sepanjang 2019 hingga pertengahan 2020 Kopaska lebih banyak melakukan operasi penanganan bencana alam dan kecelakaan di laut.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Anggota Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL memeriksa kesiapan senjata dalam Gelar Pasukan Latihan Operasi Laut Gabungan di Dermaga Ujung Komando Armada II, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (8/9/2020). Latihan selama lima hari di Laut Jawa dan Bali itu diikuti 1.137 prajurit dengan melibatkan 13 kapal dan 7 pesawat udara.

KOMPAS/ALIF ICHWAN

Salah seorang personel prajurit Kopaska TNI AL, dilengkapai dengan senjata SSI-P2 dan helm pengaman (tactical helmed protec) siap membidik sasaran musuh di depannya.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Para prajurit dari Satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) Armada I mengikuti Latihan Peperangan Laut Khusus di Pangkalan TNI AL Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (23/6/2020). Kegiatan tersebut menjadi salah satu bagian dari upaya pembinaan kesiapsiagaan dan kemampuan pasukan untuk meningkatkan profesionalisme, ketrampilan, dan kesiapan operasional Satuan Kopaska.

KOMPAS/MATHIAS HARIYADI

Prajurit Kopaska dengan perahu karet den bersenjata serbu otomatis laras pendek menyusup ke kapal yang dikuasai teroris dalam sebuah latihan berisiko tinggi menggunakan peluru tajam dan roket sungguhan di perairan Situbondo, Jawa Timur pada akhir Maret 2001.

DENJAKA

Detasemen Jala Mangkara atau biasa dikenal dengan Denjaka adalah satuan antiteror aspek laut TNI Angkatan Laut yang dibentuk pada, 13 November 1984. Para anggotanya merupakan prajurit pilihan dari Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan Intai Amfibi Marinir (Taifib) marinir.

Tugas prajurit Denjaka adalah mencegah dan menindak dengan cepat serta efektif segala bentuk aksi teror dengan sedapat mungkin menghindari korban jiwa dan material di pihak sendiri. Materi pendidikan antiteror dan antisabotase yang diberikan untuk calon anggota Denjaka lebih berfokus di laut. Mereka harus menguasai metode pencapaian sasaran lewat teknik lintas udara (combat free fall), penguasaan metode bawah air (combat diving) dan lintas atas air senyap. Baik dengan berenang (combat swimming) maupun memakai perahu karet.

Anggota Denjaka harus memiliki kemampuan fisik, mental dan naluri tempur tinggi demi tercapainya tugas-tugas khusus dan rahasia yang menjadi tanggung jawabnya.

KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO

Upacara Peringatan HUT ke-72 RI oleh pasukan Detasemen Jala Mengkara (Denjaka) TNI Angkatan Laut bersama nelayan di Pantai Teluk Penyu, Cilacap,  (17/8/2017). 

KOMPAS/DANU KUSWORO

Delapan anggota Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) Korps Marinir TNI Angkatan Laut memeragakan teknik penyerbuan dengan cara menuruni tali sambil menembak, dalam simulasi penanganan teroris di Markas Denjaka, Cilandak, Jakarta, Kamis (31/10/2002).

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Pasukan Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) Satuan Anti Teror TNI AL bersiap dalam Hari Ulang Tahun Marinir Ke-60 di Markas Komando Marinir di Jakarta, Selasa (15/11/2005).

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Prajurit pasukan khusus Marinir TNI AL, Detasemen Jala Mengkara, menampilkan atraksi saat anggota Komisi I DPR berkunjung ke Markas Komando Korps Marinir Cilandak, Jakarta, Kamis (8/7/2010).

Paskhas

Korps Pasukan Khas (Korpaskhas) adalah pasukan tempur yang bersifat infantri dengan format organisasi tempur yang khas bagi kebutuhan matra udara TNI- AU. Pasukan Baret Jingga ini menetapkan kelahirannya tanggal 17 Oktober 1947, yaitu bertepatan dengan dilakukannya penerjunan 13 anggotanya dengan pesawat Dakota RI-002 di Kota Waringin, Kalimantan Tengah.

Pada awal kelahirannya pasukan ini bernama Komando Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat). Dalam perjalanan sejarahnya seiring dengan dinamika penyempurnaan organisasi maka tahun 1985 namanya berubah menjadi Pusat Pasukan Khas (Puspaskhas) dan di tahun 1997 dengan peningkatan status dari Badan Pelaksana Pusat menjadi Komando Utama Pembinaan kemudian nama Puspaskhas berubah menjadi Korps Pasukan Khas (Korpaskhas)

Pada 1966, pasukan Kopasgat berhasil melaksanakan operasi militer penumpasan kelompok yg diduga ikut G30S di Blitar Selatan dan Operasi Seroja di Timor Timur.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Anggota Paskhas TNI AU membubarkan diri seusai mengikuti apel kesiapan antisipasi unjuk rasa kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Mapolres Kota Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (26/3/2012). Tim pengamanan gabungan melibatkan 1.180 personel untuk mengantisipasi penutupan akses masuk dari dan menuju bandara oleh para pengunjuk rasa.

KOMPAS/ARBAIN RAMBEY

Defile Pasukan Khas  (PASKHAS) TNI Angkatan Udara pada peringatan HUT ke-54 TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu, 9 April 2000.

KOMPAS/RENE PATTIRADJAWANE

Pasukan Khas (Paskhas ) TNI-AU dengan latar belakang pesawat tempur dalam upacara peringatan HUT Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) ke- 29 di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta Timur, Sabtu (08/2/1991).

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Personel Korps Pasukan Khas (Paskhas) TNI Angkatan Udara melakukan terjun payung di atas Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (5/3/2019). Kegiatan itu merupakan bagian dari latihan rutin Paskhas TNI AU.