Paparan Topik | Hari TNI

Korps Wanita Angkatan Laut: Sejarah dan Perannya di Dunia Militer

Perempuan dalam Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal) menjawab tantangan dengan berjuang dalam batas kodrat keperempuanan dan kemajuan alam pikir militer yang kebanyakan dilakukan kaum pria. Ketangguhan, pengabdian, dan peran Kowal bagi negeri ini telah dibuktikan.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Sejumlah personel Korps Wanita TNI Angkatan Laut (Kowal) menyanyikan lagu yang membangkitkan semangat sebelum mengikuti defile pada HUT TNI ke-60 di Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, rabu (5/10/2005). Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang bertindak sebagai inspektur upacara meminta TNI untuk berperang melawan terorisme.

Fakta Singkat

Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal)

  • Hari Ulang Tahun Kowal diperingati pada 5 Januari
  • Kowal Inti, adalah Kowal angkatan pertama yang dilantik menjadi Perwira pada 5 Januari 1963
  • Hanya 12 orang yang terpilih dalam seleksi meskipun banyak peminat tahun 1963
  • Hingga saat ini hanya satu kali Kowal menjadi Komandan Kapal Angkatan Laut (KAL) Kangean dengan 12 ABK, yaitu Letda Laut (P) Siti Ariftini Sutji Hidayati.
  • Setelah Letda Laut (P) Siti Ariftini Sutji Hidayati, belum ada lagi Kowal menjadi komandan kapal laut.
  • Sejak 1963 rekrutmen Kowal tidak sama dengan taruna Angkatan Laut, baru pada tahun 2013 Akademi militer menerima perempuan sebagai taruna baik AU, AL, dan AD.

Pada tahun 1959 KSAL RE Martadinata berkeinginan menjadikan Angkatan Laut andal dalam berbagai operasi tempur, memiliki peralatan material yang canggih dan personel yang profesional serta sistem organisasi yang baik sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas pokok Angkatan Laut. Maka, dilakukanlah rencana penyempurnaan sistem organisasi Angkatan Laut, baik  struktur maupun kualifikasi anggota militer sesuai Line System dan Korps Laut. Komodor Yos Sudarso kemudian mengajukan surat usulan penyempurnaan organiasi sekaligus gagasan pembentukan “Nurse Corps”, disamping korps-korps yang telah ada.

Keberadaan Nurse Corps dirasa perlu karena banyak bidang pekerjaan yang selama ini dilakukan laki-laki dapat dikerjakan oleh perempuan, apalagi di beberapa negara lain telah dibentuk satuan korps wanita. Misalnya di Amerika, untuk Angkatan Laut dibentuk “Women Accepted For Volenteer Emergency Service” (WAVES) dan untuk Angkatan Darat dibentuk “Women’s Army Corps” (WAC).

Di Inggris, untuk Angkatan Laut dibentuk “Women’s Royal Naval Services” (WRNS) dan untuk Angkatan Udaranya dibentuk “Women’s Royal Air Force” (WRAF). Saat itu Polri telah lebih dahulu memiliki Polisi Wanita (Polwan) dan Angkatan Darat juga telah merencanakan pembentukan Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad).

Tujuan dibentuknya Kowal, antara lain, untuk memberikan hak dan kewajiban serta kehormatan pada wanita Indonesia untuk mengabdikan diri dalam bidang militer, di samping mengisi jabatan dan kedudukan tertentu dalam organisasi TNI AL dalam rangka kesempurnaan dan efisiensi organisasi.

Pada 1960-an mulai dilakukan pembenahan dan pembangunan Angkatan Laut Republik Indonesia sehingga lebih berkembang. Saat itulah dirasakan kebutuhan tenaga wanita dalam kedinasan Angkatan Laut, yaitu ada beberapa bidang tertentu yang lebih sesuai dikerjakan kaum perempuan.

Awal pembentukan korps Angkatan Laut Wanita diungkapkan oleh Komodor Yos Sudarso, kemudian direalisasikan oleh Menteri/Panglima Angkatan Laut Laksamana R.E. Martadinata. Dengan Surat Keputusan Men/Pangal No: 5401.24 tanggal 26 Juni 1962 tentang pembentukan Korps Wanita Angkatan Laut. Berita tentang rencana pembentukan Kowal disebarkan ke perguruan tinggi, meskipun peminatnya cukup  banyak tetapi hanya 12 orang yang lolos seleksi.

Hal itu ditindaklanjuti dengan perekrutan anggota Kowal dan angkatan pertama dilantik 12 orang Perwira Kowal pada 5 Januari 1963 di Mabes AL Jalan Gunung Sahari, Jakarta.

Melalui Surat Keputusan Men/KSAL No.1301.1 tanggal 4 Januari 1963 dengan   TMT kepangkatan mulai 1 Desember 1962, 12 orang tersebut langsung dilantik sebagai anggota Kowal Inti. Mereka di antaranya, Kpt. Dr. Pinarti, Kpt. Dr. Chrictina Logiani Semiartin, Kpt. Dr. Siti Dahlia, Ltn. Syamsiar SH, Ltn. Suryati Rasdan SH, Ltn. An Go Lian Lie SH, Ltn. Dra. Ide Rope Darina Tampubolon, Ltn. Elly Hanifah SH, Ltn. Dra. Louise Elisabeth Coldenhoff, Ltn. Dra. Wayan Widja, Ltn. Sri Wiyati SH, dan Ltn. Dra. Suprapti.

Kowal inti ini diberi pendidikan dasar kemiliteran dimulai 7 Januari 1963 selama 12 minggu di Kesatrian Angkatan Laut Malang (KALM) dan Sekolah Supply Angkatan Laut (SSAL) di Surabaya, Jawa Timur. Lama pendidikan tiap minggu  maksimal 48 jam pelajaran, dan 50 menit dengan rincian Dasar Kemiliteran 240 jam, Orientasi Umum Angkatan Laut 96 jam pelajaran, Peninjuan (study tour) 144 jam dan waktu untuk persediaan 96 jam pelajaran. Saat itu Komandan Pendidikan Perwira Kowal Angkatan I adalah Mayor Supply R Ahadi Mangunkarta, Pendidikan dasar kemiliteran Kowal angkatan I ini dilaksanakan berdasarkan Telegram Men/KSAL Tw.260 225/Nop. 1962 dan Telegram Men/KSAL Tw. 211105/Des. 1962.

Setelah selesai pendidikan Kowal Inti  dikirim ke Irian Barat menjadi pengerek Bendera Merah Putih saat penyerahan Irian Barat dari Belanda ke Indonesia. setelah itu mereka dikirim ke Amerika Serikat untuk belajar organisasi dan kegiatan Women Accepted For Volunteer Emergency Service (Waves) di Maryland USA. Pengiriman pertama khusus belajar masalah staf manajemen dan yang kedua untuk belajar bahasa Inggris,  uniknya   Kowal Inti diangkat lebih dulu sebagai perwira sebelum mendapat pendidikan militer.

Tahun berikutnya mulailah dibentuk Sekolah Dasar Perwira (Sedaspa) Untuk pertama kalinya Sekolah Dasar Perwira (Sedaspa (W)) di Seskoal Cipulir Kebayoran Lama Jakarta. Sedaspa (W) I dibuka pada tanggal 19 Maret 1964 hingga 11 Juli 1964 dengan peserta 38 sarjana muda wanita. Hasil dari pendidikan tersebut ada 3 orang berpangkat Letnan dan 35 orang berpangkat Letnan Muda.

SEDASPA (W) II dibuka pada tanggal 22 Oktober 1964 – 26 April 1965 diikuti oleh 22 wanita dengan pendidikan sarjana muda dan semuanya berhasil menjadi Perwira dengan pangkat Letnan Muda. Saat itu sedang terjadi konfrontasi dengan Malaysia, maka angkatan ini diberi nama SEDASPA (W) II Kowal Dwikora.

KOMPAS/KARTONO RYADI

Korps Wanita TNI-AL (Kowal) pada HUT ABRI ke-45 di Parkir Timur Senayan, Jakarta, Jumat (5/10/1990).

Rekrutmen Kowal terhenti selama satu tahun karena situasi sosial politik yang tidak memungkinkan akibat gegeran Gestapu 1965, maka SEDASPA (W) III baru dibuka kembali pada tanggal 12 Juli 1966. Lokasi  pendidikan tidak lagi di Cipulir Jakarta, berpindah di Pusat Pendidikan Kowal (Pusdik Kowal), Kodikal Surabaya. Kali ini para calon perwira mendapat pelatihan selama tujuh bulan dan menjalani masa Indoktrinasi KKO selama dua minggu di Pusat Peatihan Pertempuran (PLP) Kko Purboyo Malang. SEDASPA (W) III diikuti oleh 27 orang siswa yang terdiri dari 5 sarjana dan 22 orang sarjana muda.

Tugas pokok Kowal di awal pembentukannya adalah:

  • Mengabdikan diri pada TNI AL untuk tugas tugas tertentu yang cocok dan lebih efisien dikerjakan oleh wanita.
  • Memelihara dan menjalin hubungan dengan masyarakat dan organisasi wanita agar terpelihara sifat-sifat kewanitaanya dalam kesibukannya sehari hari sebagai militer.

Logo Kowal disimbolkan dengan Bunga Lily, sesuai dengan Korsa Kowal “Kowal Dewi Laut. Lambangnya Bunga Lily, dengan Jangkar, dan Laut Biru bergelombang bersama padi dan kapas yang terikat pita tersimpul; yang bermakna:  (1) Satu kuntum bunga lily putih baru merekah, mempunyai makna jiwa pantang menyerah dengan spritualitas dan kemurnian hati (suci); (2) Jangkar, mempunyai makna kekuatan, ketetapan, keamanan, kekokohan dan penentu; sedangkan (3) Laut biru merupakan wilayah penugasan TNI Angkatan Laut untuk melindungi lautan Indonesia yang sangat luas.

Sumber: Kanal Youtube Kompas TV, Wanita Tangguh Penjaga Samudra, 25 Januari 2019

Saat dibentuk, Kowal berdiri sendiri dan belum tergabung dalam TNI AL dan mereka menyandang bagde pada bahu Surat Keputusan Men/KSAL Bo. 5030.4 tanggal 12 Maret 1964 dan tanda Koprs angkatan laut dengan Skep Men/KSAL No. 5030.5 tanggal 16 Juni 1964. Direktur Kowal pertama adalah Ltk Soebandi Nrp 243/P yang bertugas sebagai Kepala Pendidikan dan Latihan Direktorat  Personel. Selain itu, dibentuk pula Markas Korps Wanita Angkatan Laut (Makowal) berdasarkan Surat Keputusan Men/Pangal No. 5401.35. Kepala Makowal pertama dirangkap oleh Direktur Personel Angkatan Laut. Saat itu, Dan Makowal pertama adalah Komodor F. Sumantri (1964–1966). Tahun 1983 Kowal terintegrasi pada Korps TNI AL berdasarkan Surat Keputusan KSAL No.Skep/1707/VII/1983.

Organisasi Kowal mengalami transisi dari Makowal ke Pembina Kowal tahun 1970, dari Makowal berubah menjadi Perwira Pembantu Staf Pembina Kowal (Paban Sbin Kowal) dibawah Askapersmil. Saat itu Kepala Korps Kowal dijabat oleh Komodor Laut RE. Soeprapto (1970–1973) yang bertugas sebagai Kapuspersal. Organisasi ini hidup dari tahun 1970–1976. Adapun para pejabat Paban Sbin Kowal adalah sebagai berikut: Mayor Laut (W) dra. Loes Elisabeth Coldenhoff (1970–1971); Kapten Laut (W) Ismoewati PD. Perwira Sbin Kowal (1971–1973) ;kemudian diganti oleh Mayor Laut (W) Andriyati Gunadi SH (1973–1976).

Pada tahun 1976 Organisasi Kowal mengalami perubahan kembali dari  Puspersal dilimpahkan pembinaannya pada Jawatan Administrasi Personel TNI AL (Janminpersal), dengan nama Paban Bin Kowal yang dibantu oleh tiga Kepala Biro, yakni Kepala Biro Perencanaan, Kepala Biro Personel dan Kepala Biro Khusus. Pada tahun 1977 pembinaan Kowal dilimpahkan dari Jaminpersal kepada Aspers Kasal berdasarkan Skep Kasal Nomor : Skep/1709/VIII/1976 tanggal 17 Agustus 1976.

Hanya berselang dua tahun, Paban Perswan berubah namanya menjadi Perssipwan. Perwira Pembantu Utama Urusan Personel Sipil dan Wanita disingkat Paban Perssipwan dibantu oleh tiga Kepala Biro, yaitu: 1) Kepala Biro Pengembangan Personel Wanita TNI AL disingkat Karo Perswan; 2) Kepala Biro Pengembangan Pembinaan Personel Sipil disingkat Karo Persip; 3) Kepala Biro Evaluasi Personel Sipil dan Wanita TNI AL disingkat Karo Evasipwan. Paban Perssipwan adalah Pembantu Aspers Kasal dalam urusan personel sipil dan Wanita TNI AL.

Dinamika Penugasan Kowal

Pada tahun 1979, Kowal sudah memiliki 463 personel, terdiri dari 107 Perwira dengan 30 Perwira Menengah dan 356 Bintara. Selain bertugas di bagian administrasi perkantoran AL, ada pula anggota Kowal yang diberikan tugas di luar korps AL, seperti Letkol Kowal Drs. Louise Elisabeth Coldenhoff diangkat sebagai Kepala Kanwil Departemen P&K DKI Jakarta pada masa Gubernur R.Soeprapto.

Kowal tidak selalu menjadi perempuan bagian administratif, hal itu dibuktikan oleh salah satu anggota Kowal Isra Maria Oscar Vivizion. Ia  menjadi anggota Komando pendidikan dan posisinya karena dilatih kemiliteran serta dapat menggunakan senjata bahkan senjata yang berat. Hal itu berbeda  dengan wanita militer di Amerika Serikat baik AL, AD dan AU yang pada tahun 1966 mereka hanya dilatih baris berbaris.

Lintas Laut Militer (Kolinlamil) yang menjadi satu-satunya perempuan dalam renang Selat Sunda pada 20 November 1992. Saat itu Isra berpangkat Sersan Dua Kowal ingin mencari pengalaman dan ia berhasil melintasi perairan  sepanjang 45 km dengan waktu 12 jam 30 menit.

Perjuangan Kowal untuk diakui kemampuannya sama dengan laki-laki ternyata tidak mudah karena kesempatan yang diberikan pun berbeda. Hingga akhirnya harapan itu berhasil terwujud keberhasilan anggota Kowal yang mendapat  brevet menyelam untuk pertama kalinya dalam sejarah Kowal. Mereka adalah Serda Kowal Multriyani, Serda Olga Saironsong, Sertu Hanifah, Serda Rahmadani Nasution, Serda Yetty Alfiana, dan Serda Rita Hermadhila. Mereka dididik menyelam di kedalaman 10 meter di bawah air untuk persiapan Pekan Olahraga Perairan tahun 1996. Hal itu membuat enam Kowal tersebut akhirnya mendapat penyematan Brevet Penyelam pada 13 Oktober 1995.

Setelah tahun 2000-an pada usia 52 tahun, Kowal telah berkiprah dalam misi perdamaian dunia dengan tergabung dalam pasukan United Nation Interim Force in Lebanon (UNIFIL) dan Mission de L’organisation des Nation Unies Congo (MONUC).

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Dua prajurit wanita dari Korps Wanita TNI Angkatan Laut (Kowal) menerobos api yang membara saat mendemonstrasikan kemampuan tempur di Lapangan Upacara Komando Pendidikan TNI Angkatan Laut (Kodikal) Bumi Moro Surabaya, Senin (12/5/2003). Unjuk kebolehan tersebut merupakan rangkaian peringatan Hari Pendidikan TNI Angkatan Laut Ke-57.

Wacana Penugasan Kapal Perang

Anggota Kowal selalu dilekatkan dengan peran yang harus sesuai dengan kodratnya sebagai perempuan sehingga mereka tidak diizinkan untuk bertugas di kapal perang ataupun kapal laut TNI.

Pada masa kepemimpinan Laksamana Soedomo tahun 1973, ia pernah mengutarakan ketelitian lebih tinggi dari laki-laki. Namun, ketika kepemimpinan AL dipegang Laksamana Subiyakto tahun 1976, justru menetapkan bahwa anggota Kowal tidak akan ditempatkan di kapal perang dan kapal laut TNI karena  dianggap tidak sejalan dengan kodrat perempuan. Kowal tetap memiliki hak yang sama dengan anggota militer laki-laki dengan jabatan dan pangkat yang sama, hanya penugasan yang berbeda. keinginannya agar anggota Kowal dapat ditugaskan di kapal perang karena wanita memiliki

Pembaharuan wacana Kowal terjadi pada masa KSAL Laksamana TNI Tanto Koeswanto yang mewanacakan bahwa Kowal tidak hanya berperan dalam administrasi tetapi juga mengambil peran komando tempur. Hal itu dimunculkan setelah ia melakukan studi banding melihat Kowal Royal Australian Navy (RAN), maka Kowal Indonesia bisa saja menjadi anak buah kapal perang RI, tetapi pada awalnya akan ditempatkan di kapal patroli jalur pendek dengan satu-dua hari perjalanan.

Maka  Letda Laut (P) Siti Ariftini Sutji Hidayati berhasil menjadi perempuan pertama sebagai Komandan Kapal Angkatan Laut (KAL) Kangean dengan 12 ABK. Tini saat itu berusia 38 tahun dilantik oleh pada 8 Juni 1995 oleh Komandan Satuan Patroli Terbatas (Satroltas) Pangkalan Utama AL (Lantamal) III Surabaya Mayor Laut (P) Suwanto. KAL Kangean memiliki panjang 24 meter dan lebar 4,5 meter bertugas di sekitar Tuban, Pasir Putih, Probolinggo, Situbondo dan Masalembo dengan waktu tempuh perjalanan Surabaya-Masalembo delapan jam. Akan tetapi penugasan itu tidak berlanjut lama, bahkan setelah Tini tidak ada lagi Kowal yang bertugas sebagai komandan KAL,  hasil evaluasi menunda perempuan menjadi Komandan KAL.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Penerjun payung wanita dari Korps Marinir TNI Angkatan Laut, dalam gladi resik peringatan HUT ke-55 TNI di Markas Besar TNI di Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa, 3 Oktober 2000. Upacara peringatan HUT Ke-55 TNI tanggal 5 Oktober 2000 akan dilangsungkan di Markas Besar TNI di Cilangkap.

Pada 2003, saat HUT Kowal yang ke-40 KSAL Laksamana Bernard Kent Sondakh mengungkapkan bahwa tidak ada lagi perbedaan kesempatan  antara prajurit  pria  prajurit pria dalam tubuh angkatan laut. Keduanya memiliki peluang yang sama dapat menduduki  jabatan strategis asalkan selalu meningkatkan kemampuan dan moralitas pribadi. Saat itu pelantikan kenaikan pangkat Laksamana Pertama Christina M. Rantatetana, ia adalah Kowal pertama yang meraih pangkat perwira tinggi. Dua puluh tahun kemudian Rantatetana  menjadi Staf Ahli Bidang Ideologi dan Konstitusi Kemenko Polhukam RI.

Namun demikian, dalam kenyataannya peran Kowal di bagian operasional lapangan masih minim, setelah Ariftini menjadi Komandan Kapal tahun 1995 tidak terdengar lagi peran Kowal lainnya. Kowal lebih eksis di bidang kesehatan, keuangan dan komputer atau tugas pendukung kantor ataupun protokol.

Tidak mudah mengubah pandangan bahwa Kowal hanya cocok untuk peran administrasi ataupun urusan protokoler dan konsumsi. Kesulitan juga karena Kowal tidak masuk melalui jalur akademi TNI sehingga mempengaruhi karir mereka. Baru pada ulang tahun TNI ke-68, tepatnya tahun 2013 akademi TNI Magelang menerima 38 taruna perempuan terdiri dari 16 orang AD, 10 yang di AL dan 12 AU.

Pada tahun 2015  KSAL  Laksamana Madya Ade Supandi menyatakan bahwa Kowal dapat ditempatkan di kapal perang, yaitu kapal-kapal fregat seperti yang telah  dilakukan oleh Belanda dan Perancis. Di Belanda prajurit perempuan telah menjadi komandan kapal fregat dan Perancis perempuan bisa menjadi panglima armada kapal fregat. Hanya saja hingga saat ini belum terdengar Kowal yang diterjunkan di lapangan dalam kapal perang. (LITBANG KOMPAS)

Lembaga Terkait

Referensi

Arsip Kompas
  • Wanmil Indonesia Lebih Maju, Kompas, Jumat, 21 Januari 1966, halaman 2
  • Isra Maria Oscar Vivizion, Kompas, Selasa, 1 Desember 1992, halaman 16
  • Untuk Pertama kalinya Kowal memperoleh brevet menyelam, Kompas, Senin, 16 Oktober 1995, halaman 15
  • Anggota Kowal Bisa Berkiprah di Kapal Perang, Kompas, Rabu 14 Januari 2015
  • Kowal Tidak Akan ditugaskan Di Kapal Perang, Kompas, Selasa, 6 Januari 1976, halaman 1
  • Kowal Bisa Ditugasi di Komando Tempur, Kamis, 10 Nov 1994, halaman 17
  • Letda (P) SA Sutji Hidayati, Kompas, Kamis, 15 juni, 1995, halaman 20
  • Tak Ada Beda Kesempatan di Tubuh TNI AL, Kompas, Selasa, 7 Jan 2003 halaman 6
Jurnal
  • Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
  • Mengenal Lebih Dekat TNI Angkatan Laut, Dispenal 2016
  • 21 Peran Wanita Korps Angkatan Laut, Siwi Sukma Adji. SE. MM, Dinas Penerangan Angkatan Laut, 2019