(KOMPAS/WAWAN H PRABOWO)
Perwakilan anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Tahun 2018, Nur Hikmah Ramadhani (Aceh), mencium bendera dalam upacara pengukuhan di Istana Negara, Jakarta.
Fakta Paskibraka
- Paskibraka singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
- Gagasan Paskibraka muncul tahun 1946
- Husein Mutahar menyusun tatacara pengibaran bendera pusaka pada 1967
- Nama Paskibraka diusulkan Idik Sulaeman pada 1973
- Terdiri dari 3 kelompok menyimbolkan tanggal proklamasi (Pasukan 17, pasukan 8, pasukan 45)
- Terbagi menjadi 3 tingkat (nasional, provinsi, kota)
Pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI pertama tahun 1946, Presiden Soekarno memerintahkan Mayor Husein Mutahar untuk menyiapkan pengibaran bendera pusaka. Kala itu, ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.
Terbesit dalam benak Mutahar pengibaran bendera dilakukan oleh pemuda dan pemudi dari seluruh Indonesia. Lantaran masih dalam keadaan darurat, maka hanya 5 orang yang bertugas mengibarkan Sang Saka Merah Putih di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta.
Sampai tahun 1950, pengibaran bendera dilakukan tidak lebih dari 5 orang. Pada tahun 1969 bendera pusaka yang dijahit oleh Fatmawati dipensiunkan dan diganti dengan bendera duplikat untuk dikibarkan.
Pada tahun 1967, Husein Mutahar yang menjabat sebagai Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ditugaskan menyusun tatacara pengibaran Bendera Pusaka. Sejak saat itu pasukan pengibar terdiri dari 3 kelompok yakni, Kelompok 17 sebagai pengiring depan, Kelompok 8 sebagai pembawa bendera, dan Kelompok 45 sebagai pengawal. Tiga kelompok tersebut merupakan simbol tanggal proklamasi Indonesia.
Nama pasukan pengibar bendera baru muncul pada tahun 1973. Idik Sulaeman sebagai pembina pasukan pengibar bendera mengusulkan nama Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka. Pasukan yang terdiri dari siswa/siswi SMA atau sederajat ini dipilih melalui seleksi ketat dari seluruh Indonesia.
Hingga 75 tahun Indonesia berdiri, Bendera Pusaka dan Paskibraka menjadi komponen penting dan tak bisa lepas dari upacara peringatan proklamasi. Walau di tengah pandemi, upacara pengibaran bendera tetap digelar dengan menerapkan protokol kesehatan seperti membatasi petugas pengibar bendera. Foto-foto Kompas menangkap momen perjalanan mereka dari masa ke masa.
Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus di Istana Merdeka tahun 1971 (KOMPAS/PAT HENDRANTO).
Presiden Soeharto didampingi Ibu Tien tengah menyerahkan Bendera kepada Paskibraka pada Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan tahun 1971 (KOMPAS/PAT HENDRANTO).
Hari jadi RI ke-32 yang untuk pertama kali jatuh bertepatan dengan bulan Ramadhan sejak proklamasi, diperingati dengan khidmat dan sederhana pada tahun 1977 (KOMPAS/DUDY SUDIBYO).
Anggota Paskibraka bersiap mengibarkan duplikat bendera pusaka dalam upacara HUT RI tahun 1977 (KOMPAS/JB SURATNO).
Peringatan detik-detik proklamasi dilangsungkan dihalaman Istana Merdeka dengan Inspektur Upacara Presiden Soeharto pada 17 Agustus 1981. Sekitar 14.000 undangan menghadiri upadara ini (KOMPAS/DUDY SUDIBYO).
Bendera pusaka Merah Putih pada upacara kemerdekaan Indonesia tahun 1982 (KOMPAS/DUDY SUDIBYO).
Peringatan Detik-detik Proklamasi – Anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) pada upacara pengibaran bendera memperingati Hari Kemerdekan RI ke 54 di depan Istana Merdeka tahun 1999 (KOMPAS/JB SURATNO).
Anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) DI Yogyakarta menangis haru seusai upacara peringatan Hari Ulang Tahun Ke-65 Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Negara Gedung Agung Yogyakarta di tahun 2010 (KOMPAS/WAWAN H PRABOWO).
Petugas melakukan latihan dan simulasi pengibaran bendera untuk Peringatan HUT ke-75 Kemerdekaan Indonesia di halaman Istana Merdeka ditengah pandemi yang mendera di tahun 2020 (KOMPAS/HERU SRI KUMORO).
Referensi
Penulis
Yoan Oktaviani
Editor
Inggra Parandaru