Paparan Topik | MotoGP

Perjalanan 72 Tahun MotoGP dan Karier Valentino Rossi

Selama perjalanan 72 tahun kejuaraan sejak 1949, MotoGP telah melahirkan puluhan legenda balap, puluhan merk motor menyabet juara konstruktor, dan sejumlah sirkuit legendaris. Pada masa lalu, tidak hanya motor buatan Jepang yang pernah menjuarai kelas “para raja” ini, motor produksi Eropa juga merajai kelas tersebut dan menjadi legenda.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Direktur Utama PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau ITDC Abdulbar M Mansoer (kiri) menjelaskan maket rencana pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Mandalika atau The Mandalika yang akan menjadi lokasi sirkuit MotoGP kepada Presiden Joko Widodo bersama romobongan di Balawisata Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Jumat (17/5/2019).

Fakta Singkat

MotoGP

Pertama digelar:
1949

Kelas yang pernah digelar:

  • Era 2 tak: 50cc, 125cc, 250cc, 350cc, 500cc
  • Era 4 tak: Moto3, Moto2, MotoGP (saat ini)

Legenda MotoGP:
31 Pebalap Legenda sejak 1949–2020

Penyelenggara:
Dorna Sport SL

Website:
motogp.com

Periodisasi era MotoGP

MotoGP sering disebut kelas “para raja” karena para petarung di kelas MotoGP pada umumnya adalah para jawara dan kampiun di kelas sebelumnya, seperti Moto2, Moto3, GP250 dan GP125. Bahkan “para raja” tersebut pernah menjadi juara dunia berkali-kali di setiap kelas yang pernah diikutinya.

Data statistik yang dipublikasikan MotoGP pada laman motogp.com menggambarkan kejuaraan ini bisa dipetakan menjadi enam kluster kejuaraan berdasarkan periode dan kapasitas mesin yang dilombakan. Perbedaan kluster ini juga melihat pada perubahan jenis mesin yakni dari mesin 2 langkah ke 4 langkah.

Kluster pertama era 1949–1961 yang melombakan empat kelas: 125cc, 250cc, 350cc, dan 500cc dengan mesin 2 langkah atau sering disebut 2 tak. Pada era ini sejumlah pabrikan Eropa mendominasi balapan. Sebut saja motor MV Agusta dari negara Italia mendominasi balapan 1952–1961. Di antara tahun tersebut, motor asal Eropa lainnya juga silih berganti menjuarai seri, yakni Gilera, Benelli, Moto Guzzi, Mondial, Velocette, AJS, Norton, dan NSU.

Pebalap yang silih berganti juara pada era ini Bill Lomas, Bob Foster, Bruno Ruffo, Carlo Ubbiali, Cecyl Stanford, Dario Ambrosini, Garry Hocking, Geoff Duke, John Surtees, Werner Haas, dan beberapa pebalap lainnya.

Di antara nama-nama pebalap tersebut, dua pebalap asal Inggris, yakni Geoff Duke dengan motor Norton dan Gilera dan John Surtees dengan motor MV Agusta adalah dua nama besar yang mendominasi hampir di tiap kelas yang dilombakan. Satu lagi, pebalap Italia, yakni Carlo Ubbiali juga menjadi legenda balap dengan motor MV Agusta.

Sumber: Kanal Youtube Kompas TV, 27 Januari 2018

Kluster kedua, era 1962–1983 kejuaraan ini masih melombakan kelas serupa namun ditambah satu kelas lagi yakni kelas 50cc. Meski kapasitas hanya 50cc namun diharapkan kelas ini bisa menjadi kelas pembibitan pebalap.

Pada era ini pabrikan Jepang mulai mengusik pabrikan Eropa dengan masuknya Honda, Yamaha, Suzuki, dan Kawasaki. Pada era ini muncul sang legenda balap yang jumlah podium juara dunianya belum terkalahkan, yakni Giacomo Agostini dari Italia yang menjadi juara dunia secara berturut-turut dari tahun 1966–1975 di dua kelas sekaligus yakni 350cc dan 500cc.

Giacomo Agostini memenangi 122 seri grandprix dan 15 gelar juara dunia pada semua kelas. Beberapa tahun terakhir, sang legenda “opa” Giacomo Agostini mampir ke paddock atau garasi Valentino Rossi saat lomba MotoGP berlangsung.

Pada masa ini, nama besar lain yang muncul sebagai legenda adalah Angel Nieto (Spanyol), Mike Hailwood (Inggris), Phil Read (Inggris), Jim Redman (Rhodesia, Afrika), Kenny Roberts (Amerika Serikat), Walter Villa (Italia), Ricardo Tormo (Spanyol),  Hans-Georg Anscheidt (Jerman), Pierpaolo Bianchi (Italia), Anton Mang (Jerman), Kork Ballington (Afrika Selatan), dan beberapa pebalap lainnya.

Pabrikan Jepang dan Eropa silih berganti memenangi kejuaraan dunia GP500 pada era ini. Namun, dominasi motor MV Agusta yang mengantongi 13 kali juara dunia pada era ini membuktikan pabrikan Eropa tidak bisa dipandang remeh. Sementara pabrikan Jepang tercatat beberapa kali juara dunia. Pada era ini, pabrikan Suzuki juara dunia sebanyak 4 kali, Yamaha sebanyak 4 kali, dan Honda hanya sekali. Di kelas 250cc pabrikan Harley-Davidson dari Amerika sempat 3 kali juara dunia pada 1974–1976 dan sekali di kelas 350cc lewat pebalap sama, yakni Walter Villa dari Italia.

INFOGRAFIK: PEBALAP DAN KONSTRUKTOR JUARA DUNIA MOTOGP

Kluster ketiga, era 1984-1989 kelas 350cc dan 50cc dihapus, namun ada kelas pengganti, yakni kelas 80cc. Jadi pada era ini kelas yang dilombakan 80cc, 125cc, 250cc, dan 500cc. Pada era ini, nama-nama legenda MotoGP yang muncul sebagian besar kini adalah pemilik tim balap era sekarang. Para legenda pada era tersebut di antaranya Jorge Martinez (sekarang pemilik tim Aspar), Fausto Gresini (pemilik tim Gresini), Sito Pons (pemilik tim Pons). Ada pula dan sang legenda Eddie Lawson, Freddie Spencer, dan Wayne Gardner.

Di kelas premier pabrikan Honda dan Yamaha bersaing ketat pada era ini, sementara di kelas 125c dan 250cc yang bersaing ketat adalah pabrikan Garelli  yang namanya mirip Gilera serta pabrikan Derbi, yang ketiganya dari Italia. Sementara yang mengusik persaingan ada pabrikan motor JJ Cobas dari Spanyol serta motor Krauser dan Zundapp keduanya dari Jerman.

Kluster keempat, balap motor tahun 1990–2001 yang mulai stabil menggelar tiga kelas 125cc, 250cc, dan 500cc. Pada era ini bisa dikatakan balap motor memasuki era modern, baik dari sisi penyelenggaraan maupun distribusi siarannya yang makin meluas ke penjuru dunia. Penggemar MotoGP di Indonesia juga mulai lebih dekat dengan balapan ini setelah RCTI, ANTV, TV7, dan Trans7 menyiarkan secara langsung GP500 atau MotoGP. Nama besar Valentino Rossi dari Italia mulai mengawali debutnya pada era ini.

Legenda balap yang muncul pada era ini, antara lain, Loris Capirossi, Wayne Rainey, Kevin Schwantz, dan Mick Doohan. Sementara Valentino Rossi hingga kini masih aktif ikut balapan hingga 2020. Ada pula Max Biaggi yang meskipun belum pernah juara dunia GP500 atau MotoGP tetapi di kelas 125cc dan 250cc menorehkan prestasi cemerlang.

INFOGRAFIK: SIRKUIT PENYELENGGARA TERBANYAK EVENT MOTOGP

KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA

Foto pertama: Direktur Utama PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau ITDC Abdulbar M Mansoer di Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Minggu (15/8/2021). Foto kedua: Pekerjaan pengaspalan lintasan utama sirkuit tersebut telah selesai dilakukan untuk persiapan ajang balap World Superbike pada November 2021 dan rencananya MotoGP pada Maret 2022. Foto ketiga: Tim PT PP (Persero) melakukan pemeriksaan kedalaman tekstur pada aspal di tikungan kedua lintasan utama Sirkuit Mandalika di Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Minggu (15/8/2021).

Era mesin 4 tak

Kluster kelima adalah era transisi, sebab era 2002–2011 merupakan era gabungan mesin 2 langkah (125cc dan 250cc) yang masih dilombakan dan dimulainya era mesin 4 langkah (MotoGP bermesin 1000cc). Sebagai catatan, memasuki 2010 kelas Moto2 dengan mesin 4 langkah 600cc mulai menggantikan kelas 250cc.

Pada 2002 MotoGP memasuki era mesin 4 langkah, yakni dalam satu kelas melombakan mesin 4 langkah 1000cc dan mesin dua langkah 500cc sekaligus dalam balapan. Ini menarik karena akan menjadi ujian mesin 2 langkah 500cc ataukah mesin 4 langkah 1000cc yang akan unggul. Ternyata hasilnya mesin 4 langkah 1000cc lebih mendominasi kejuaraan.

Kebijakan beralih ke mesin 4 langkah adalah untuk mendukung pengurangan polusi udara atau emisi karbondioksida, karena mesin 2 langkah asapnya lebih banyak dibandingkan mesin 4 langkah.

MotoGP sendiri pada masa 2002–2011 juga mengalami perubahan regulasi. Pada 2002-2006 MotoGP menggunakan mesin kapasitas 1000cc. Pada 2007–2011, regulasi MotoGP berubah menjadimenggunakan mesin 800cc.

Tercatat Aprilia menjadi pabrikan yang kerap menjadi juara konstruktor untuk kelas 125cc dan 250cc ketat bersaing ketat menantang Honda. Sementara, pada kelas tersebut Derbi dan Gilera sesekali mencuri kemenangan juara dunia pada rentang era ini.

Tahun 2007 menjadi momentum untuk pertama kalinya Ducati pabrikan asal Italia di tangan Casey Stoner menjadi juara dunia MotoGP. Hingga kini, Ducati masih penasaran ingin mengulang prestasi serupa yang dicapai Casey Stoner, namun belum berhasil. Meski demikian, Casey Stoner kembali meraih juara dunia bersama Repsol Honda pada tahun 2011.

Nama-nama legenda yang merajai pada era ini di antaranya Casey Stoner, Dani Pedrosa, dan Jorge Lorenzo. Ketiganya sudah menyatakan pensiun sebagai pebalap MotoGP, namun sesekali menjadi pebalap tester. Legenda yang sudah meninggal pada era ini adalah Marco Simoncelli yang meninggal dalam kejuaraan MotoGP Sepang tahun 2011 dan Nicky Hayden yang meninggal tahun 2017 ditabrak mobil saat mengendarai sepeda di dekat Rimini, Italia.

Kluster keenam era 2012-2020, MotoGP secara resmi menggunakan mesin 4 langkah pada semua kelas yang digelar dengan mengusung mesin kembali ke kapasitas 1000cc. Kelas 125cc diganti Moto3 (mesin 4 langkah 250cc), sementara kelas 250cc diganti Moto2 (mesin 4 langkah 600cc).

Sebagai catatan, kelas Moto2 bermesin 600cc dilombakan sejak 2010–2018 dengan mesin bermerk Honda pada semua pebalap namun rangka bisa dari produsen lain. Memasuki 2019, regulasi Moto2 berubah, yakni dengan mengusung mesin motor merk Triumph berkapasitas 765cc. Namun, sasis dan kerangka motor bisa menggunakan merk lain.

Pada era ini, Marc Marquez tercatat sebagai pebalap rookie atau pebalap yang baru naik ke kelas MotoGP dan langsung juara dunia. Prestasi ini bertahan hingga 2019, kecuali tahun 2015 yang diraih Jorge Lorenzo. Marc Marquez secara keseluruhan meraih 6 kali juara MotoGP sejak 2013, 1 kali juara Moto2, dan 1 kali juara GP125cc. Prestasi Marc Marquez belum mampu menyamai prestasi Valentino Rossi dengan 7 kali juara dunia MotoGP, 1 kali juara 250cc, dan 1 kali juara 125cc.

Valentino Rossi: Legenda besar MotoGP

Perjalanan karier sang maestro MotoGP, ”The Doctor” Valentino Rossi sebagai pebalap akan berakhir di MotoGP 2021. Selama 25 tahun kariernya di MotoGP yang dimulai dari kelas 125cc sejak 1996 hingga musim 2021, Rossi telah meraih sembilan kali juara dunia. Pertama kali meraih juara dunia pada 1997 di kelas 125 cc era 2 tak, menggunakan Aprilia. Dua tahun kemudian, di kelas 250 cc, Rossi kembali meraih juara dunia pada 1999.

Selanjutnya, saat naik kelas 500 cc, Rossi meraih juara dunia tahun 2001, bersama Honda. Pindah pabrikan ke Yamaha tahun 2002, Rossi berhasil mempertahankan juara dunia berturut-turut hingga 2005. Artinya, sepanjang 2001–2005 The Doctor tidak terkalahkan sejak awal era mesin 4 langkah.

Rival terkuat saat itu mulai dari Max Biaggi, Loris Capirossi, Sete Gibernau, hingga Marco Melandri. Dari empat rival tersebut, Max Biaggi dan Sete Gibernau bisa dikatakan musuh bebuyutan karena beberapa kali terlibat duel keras di sirkuit.

Memasuki 2006–2007, dominasi Rossi diusik Nicky Hayden dan Casey Stoner. Namun, pebalap kelahiran Tavullia, Italia, ini berhasil membungkam Casey Stoner, Nicky Hayden, Dani Pedrosa, dan Jorge Lorenzo pada 2008–2009. Pada 2009 inilah terakhir kali Rossi juara dunia.

INFOGRAFIK: PERINGKAT VALENTINO ROSSI

Peluang Valentino Rossi

Sejatinya, Valentino Rossi ingin meraih juara dunia ke-10 dari semua kelas yang pernah dia ikuti. Jika saat ini Rossi juara dunia 9 kali, dengan rincian 7 kali di kelas MotoGP ditambah masing-masing sekali di kelas 125 cc dan 250 cc, obsesi Rossi meraih gelar ke-10 bukan mustahil.

Pada musim 2014 Rossi hampir membuktikan meraih kembali gelar juara dunia yang lepas sejak 2009. Namun, kehadiran pebalap muka baru Repsol Honda, Marc Marquez, membuyarkan harapan Rossi. Peringkat akhir Rossi di 2014 berada di posisi kedua dengan 295 poin, di bawah Marc Marquez yang meraih 362 poin.

Tahun 2015 lebih menyakitkan lagi bagi The Doctor karena dikalahkan teman satu timnya di Yamaha, yakni Jorge Lorenzo, dengan hanya selisih lima poin. Saat itu, Lorenzo juara dunia mengantongi 330 poin, sementara Rossi 325 poin.

Musim 2015 adalah musim terpanas MotoGP karena duel Rossi dan Marc Marquez di Argentina dan Malaysia menjadi bukti panasnya persaingan. Saat seri terakhir 2015 di Valencia, Spanyol, Rossi harus mengawali balapan dari posisi paling belakang sebagai bentuk hukuman akibat insiden di Sepang, Malaysia, dengan Marquez.

Sebetulnya, peluang Rossi pada 2015 sangat besar yang dibuktikan sejak awal musim juara seri di Losail Qatar mengungguli dua pebalap Ducati, Andrea Dovizioso dan Andrea Ianonne. Rossi bertarung keras melawan Dovizioso hingga tiga lap terakhir dan unggul tipis 0,174 detik atas Dovi. Karakter Sirkuit Losail identik dengan motor Ducati yang perlu tenaga besar dan kecepatan maksimal di trek lurus. Pada musim 2015, Rossi 15 kali naik podium dengan 4 kali juara seri.

Sumber: Kanal Youtube Harian Kompas, 7 Agustus 2021

Era pebalap milenial

Memasuki 2016, semangat berkobar Rossi meraih gelar ke-10 juara dunia belum pudar. Namun, lagi-lagi, Rossi harus mengakui keunggulan Marquez, yang meraih 298 poin dan merebut gelar juara dunia, sementara Rossi hanya mengemas 249 poin. Di musim ini performa Rossi sangat bagus karena berhasil 10 kali naik podium, dengan 2 kali juara seri.

Tiga tahun runner-up menjadi pembuktian Rossi jika dia sangat kompetitif di kelas “para raja”. Dalam balapan memang terdapat faktor lain, seperti keberuntungan saat lomba dan pengaturan motor serta ban yang pas dengan kondisi sirkuit. Selain itu, naiknya performa skill pebalap berusia muda juga memengaruhi kerasnya persaingan.

Awal 2020, pabrikan Yamaha mengumumkan Quartararo akan menggantikan posisi Rossi mulai 2021. Performa Rossi bersama Yamaha dalam dua tahun terakhir tampaknya menjadi dasar Yamaha Racing, pabrikan asal Iwata di Jepang, menempatkan Fabio Quartararo sebagai pengganti Valentino Rossi.

Tidak bisa dimungkiri jika tiga tahun terakhir sudah bukan era keemasan Rossi. Kehadiran pebalap muda, seperti Marquez, Quartararo, Maverick Vinales, dan Jack Miller, merupakan siklus alami dan regenerasi pebalap MotoGP.

Sebelumnya, ada sejumlah pebalap berusia lebih muda dari Rossi yang sudah mundur dari MotoGP, di antaranya Jorge Lorenzo, Dani Pedrosa, dan Casey Stoner. Setelah mengundukan diri, posisi mereka pada umumnya menjadi pebalap tester.

Pada 5 Agustus 2021 jelang perhelatan MotoGP seri Austria, Valentino Rossi mengumumkan jika musim 2021 ini adalah musim terakhir keikutsertaannya sebagai pebalap MotoGP. Artinya, pada 2022 Valentino Rossi sudah pensiun sebagai pebalap MotoGP.

INFOGRAFIK: PRESTASI VALENTINO ROSSI DARI MASA KE MASA. FOTO: SAAT BERGABUNG DENGAN MONSTER ENERGY YAMAHA FACTORY

Daya tarik MotoGP

Apakah selepas Rossi tidak membalap apakah MotoGP akan tetap menarik? Hal tersebut bisa dijawab dengan dua hal. Pertama, dunia MotoGP tak semata-mata mencari siapa pebalap terhebat dan terkencang. Industri MotoGP menjadi bagian dari olahraga sekaligus hiburan. Kehadiran Rossi di paddock sirkuit masih ditunggu-tunggu.

Kehadiran Rossi adalah magnet dan daya tarik MotoGP. Jumlah fans Rossi yang mayoritas generasi baby boomer dan generasi awal milenial merupakan aset bagi MotoGP. Generasi itu kini mayoritas adalah kelas menengah yang mampu berduyun-duyun membeli tiket ke sirkuit.

Tidak mengherankan jika kemudian muncul istilah ”No Rossi, No Party”. Itu ungkapan fans nyata Rossi, bukan hal yang dibuat-buat karena ternyata hal itu muncul spontan. Kedua, MotoGP masih membutuhkan figur yang kharismatik yang mewakili lintas generasi. Rossi adalah satu-satunya pebalap senior yang melintasi 25 tahun perjalanan karier dengan beragam generasi pebalap, mulai dari Kenny Roberts, Alex Criville, Max Biaggi, Charlos Checa, Alex Barros, Sete Gibernau, Norick Abe, Loris Capirossi, Troy Bayliss, Nicky Hayden, Colin Edwards, Dani Pedrosa, Casey Stoner, Jorge Lorenzo, Andrea Dovizioso, Marc Marquez.

Di antara generasi pebalap veteran atau pensiun, hanya Rossi yang masih tampil di lintasan. Kehadiran Rossi di lintasan seakan mewakili kehadiran puluhan pebalap yang pernah adu kecepatan dan skill bekendara di sirkuit MotoGP pada masanya.

Meski Rossi juga figur yang pernah mengundang kontroversi saat bertarung ketat dengan Biaggi, Gibernau, Stoner, Lorenzo, dan Marquez, sikap menjunjung tinggi sportivitas selalu ditunjukkan seusai balapan. Beberapa kali hukuman juga dijalaninya akibat insiden saat balapan.

Jika ukurannya performa sebagai perbandingan buat Rossi, maka pebalap generasi kelahiran milenial, seperti Marquez, Vinales, Quartararo, Joan Mir, Alex Rins, Jack Miller, Johann Zarco, dan Jorge Martin bisa dijadikan sebagai tolok ukur performa. Secara statistik, para pebalap milenial andal. Mereka hebat di lintasan, tetapi kemampuan menghibur dan pamornya belum sekelas sang legenda Rossi.

Selebrasi kemenangan ala Rossi juga selalu unik. Ini daya tarik tersendiri sekaligus strategi pemasaran yang luar biasa untuk membuat orang tertarik menonton MotoGP. Sandiwara kecil-kecilan Rossi seusai memenangkan salah satu seri, lalu dilakukan pula oleh Lorenzo dan Marquez.

Kehadiran Rossi untuk tetap mengikuti MotoGP penting bagi Indonesia yang tahun depan merencanakan menggelar MotoGP 2021 setelah terakhir kali mementaskan balap GP500 di Sentul pada 1996–1997. Rossi akan menjadi magnet MotoGP di Indonesia.

Dengan memenangi 115 balapan di podium pertama pada semua kelas yang diikuti (125 cc, 250 cc, GP500, dan MotoGP), capaian Rossi nyaris hampir setara dengan sang legenda Giacomo Agostini (Italia) yang memenangi 122 balapan. Tinggal delapan kemenangan juara seri lagi untuk membuktikan Rossi melampaui rekor kemenangan Agostini. Sementara Marc Marquez baru memenangi 82 balapan.

Industri MotoGP masih membutuhkan kehadiran The Doctor untuk mempertahankan pamor event MotoGP. Kehadiran Rossi di paddock MotoGP dan tersorot kamera televisi saat perhelatan balap berlangsung masih dinanti fans beratnya yang mencapai jutaan orang. Meskipun nantinya hanya sebagai pemilik atau manajer tim, mempertahankan Rossi tetap berada di lingkungan sirkuit sama dengan mempertahankan jumlah fans dan penggemar MotoGP.

MotoGP Mandalika

Dalam rilis resmi MotoGP terkait jadwal test resmi musim 2022 mendatang, Sirkuit Mandalika ditetapkan sebagai lokasi jadwal resmi untuk test motor dan pembalap MotoGP untuk persiapan dimulainya balapan musim 2022. Sirkuit Mandalika dijadwalkan digunakan test pramusim pada tanggal 11–13 Februari 2022.

Sirkuit Mandalika memiliki panjang 4,31 kilometer dengan 17 tikungan. Konsep sirkuit ini dipadukan dengan pariwisata karena terletak di tepi pantai. Jika tidak ada gelaran MotoGP, maka sebagian jalanan sirkuit bisa digunakan sebagai jalur Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Konsep dan desain yang diusung sirkuit ini adalah Mandalika International Street Circuit. 

Dalam musim balap 2021 ini, nama Indonesia sudah mulai banyak dikenal di kalangan dan fans MotoGP melalui tim Indonesian Gresini Racing di Moto3 dengan dua pembalapnya: Gabriel Rodrigo (Argentina) dan Jeremy Alcoba dari Spanyol. Di kelas Moto3 juga ada pebalap Indonesia Andi Farid Izdihar di tim Honda Asia.

Di kelas Moto2 ada juga tim dari Indonesia, yaitu Pertamina Mandalika SAG Team dengan tiga pembalapnya: Thomas Luthi dari Switzerland, Bo Bendsneyder dari Belanda, dan Taiga Hada dari Jepang.  Di kelas Moto2 juga ada satu tim lagi yang disupport dari produsen pelumas Federal Oil Gresini  dan Indonesia Racing. Dua pebalap tim ini adalah Nicolo Bulega dari Italia dan Fabio Di Giannantonio juga dari Italia.

Jika tidak ada halangan seperti pandemi Covid-19 yang masih harus diwaspadai, maka pada gelaran Superbike akan dilangsungkan di Sirkuit Mandalika pada 12–14 November 2021.

Pentas balap motor kelas dunia di Indonesia bisa menjadi momentum kebangkitan pariwisata di Indonesia yang terpuruk selama pandemi Covid-19. Bahkan, event ini diprediksi akan mendatangkan multiplier effect yang memiliki pengaruh luas yang ditimbulkan oleh satu kegiatan dan selanjutnya mempengaruhi kegiatan lainnya. Event Superbike dan MotoGP diharapkan akan membangkitkan perekonomian lokal di Nusa Tenggara Barat dan pariwisata nasional. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Buku

Rossi, Valentino (2006). Valentino Rossi – The Autobiography: What if I had never tried it. Gabriele Marcotti (translation). London: Arrow Books.