Paparan Topik | Kesehatan

Osteoporosis dan Langkah Menjaga Kesehatan Tulang

Osteoporosis merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh menurunnya kekuatan tulang atau perubahan bentuk mikro jaringan, sehingga tulang mudah patah. Pada 1990, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan angka fraktur akibat osteoporosis mencapai 1,7 juta orang. Diperkirakan akan terus bertambah hingga 6,3 juta orang pada 2050.

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Kampanye Generasi Bergerak Cegah Osteoporosis – Ribuan orang mengikuti senam massal dan jalan sehat yang digelar Anlene dalam rangka Kampanye Generasi Bergerak untuk memperingati Hari Osteoporosis Nasional di Monumen Nasional, Jakarta, Minggu (3/11/2013). Melakukan gerak tubuh seperti senam dan jalan kaki merupakan cara mencegah osteoporosis.

Fakta Singkat

Hari Osteoporosis Sedunia: 20 Oktober

Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh menurunnya kekuatan tulang atau perubahan bentuk mikro jaringan, sehingga tulang mudah patah.

Tulang umumnya tumbuh cepat di usia 16-18 tahun, lalu melambat dan berhenti pada puncaknya.

Untuk orang Indonesia, masa pertumbuhan tulang mencapai pada usia 20-39 tahun.

Berkurangnya kepadatan tulang menyebabkan:

  • rusaknya struktur tulang belakang
  • kelainan bentuk tulang yang menyebabkan nyeri menahun.

Pada 1990 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan angka fraktur akibat osteoporosis mencapai 1,7 juta orang. Ini diperkirakan akan terus bertambah hingga 6,3 juta orang di tahun 2050.

Banyak orang yang tidak sadar mengidap penyakit osteoporosis. Apalagi dengan kondisi pandemi, gangguan ini makin sering tersamar. Kita mungkin sering tak sadar, bahwa tulang dalam tubuh rutin patah dan tumbuh kembali.

Tulang umumnya tumbuh cepat di usia 16-18 tahun, lalu melambat dan berhenti pada puncaknya. Untuk orang Indonesia, usia puncak itu sekitar 20-39 tahun. Massa tulang pun kemudian turun perlahan dengan bertambahnya usia, dan lebih cepat bagi yang mengalami menopause. Makin tinggi puncak massa tulang, makin kecil risiko terkena osteoporosis.

Pelan dan tidak menimbulkan gejala namun terjadi secara progresif selama bertahun-tahun. Pada tahap lanjut osteoporosis menyebabkan patah tulang (fraktur patologis), punggung yang semakin membungkuk (kifosis), hilang atau menyusutnya tinggi badan, atau nyeri punggung. Berkurangnya kepadatan tulang atau densitas massa tulang (DMT) akan menimbulkan rusaknya struktur tulang belakang dan kelainan bentuk tulang yang menyebabkan nyeri menahun.

Pada 1990 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan angka fraktur akibat osteoporosis mencapai 1,7 juta orang. Ini diperkirakan akan terus bertambah hingga 6,3 juta orang di tahun 2050. Pada tahun itu sekitar 70 persen akan dialami negara-negara berkembang. Menurut Humaryanto, dalam “Gambaran Indeks Massa Tubuh dan Densitas Massa Tulang sebagai Faktor Risiko Osteoporosis pada Wanita” (Jurnal Kedokteran Brawijaya Februari 2019), hingga sekarang, di seluruh dunia ada kurang lebih 200 juta penderita osteoporosis yang tercatat sebagai peringkat kedua setelah penyakit jantung kardiovaskuler.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Muskuloskeletal Indonesia Dr Paulus Rahardjo, menegaskan bahwa osteoporosis sangat serius. Sekitar 50 persen kasus fraktur karena penyakit ini terjadi di Asia, dan Indonesia termasuk negara dengan prevalensi terbesar kedua setelah China.

International Osteoporosis Foundation (IOF) menyebutkan, 1 dari 4 perempuan di Indonesia dalam rentang usia 50-80 tahun berisiko osteoporosis. Ini empat kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki, mengingat faktor menurunnya hormon estrogen yang dialami perempuan setelah menopause.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada (Juni 2020), mencatat, lima provinsi dengan risiko tertinggi dengan risiko tertinggi adalah Sumatra Selatan (27,75 persen), Jawa Tengah (24,02 persen), Yogyakarta (23,5 persen), Jawa Timur (21,42 persen), Sumatra Utara (22,82 persen).

KOMPAS/SOELASTRI SOEKIRNO

Para artis dari kiri: Mieke Widjaja, Titiek Puspa, dan Ida Kusuma yang tergabung dalam Gerakan Artis Peduli menghadiri peluncuran program Bulan Kampanye Osteoporosis oleh Menteri Kesehatan Achmad Sujudi di Jakarta, Senin (27/9/2004).

Apa itu Osteoporosis?

Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh menurunnya kekuatan tulang atau perubahan bentuk mikro jaringan,  sehingga (tulang) mudah patah. Makna dari menurun tersebut adalah ketidakmampuan tubuh mengatur kandungan mineral di dalam tulang, dan umumnya ini akan mengganggu proses metabolisme tulang.

Osteoporosis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1.Osteoporosis Primer

Terjadi pada wanita pascamenopause dan pada wanita atau pria usia lanjut

Umumnya terjadi pada usia 50-an di mana terjadi penurunan hormon estrogen pada saat wanita menopause.

Jenis primer ini terbagi dua :

Tipe 1 (postmenopausal) : Erat kaitannya dengan hormon estrogen dan kejadian menopause

Tipe ini terjadi 15-20 tahun setelah masa menopause

Tipe 2 (senile) : Tipe ini terjadi karena kekurangan kalsium dan sel sel perangsang pembentuk vitamin D. Biasanya terjadi di atas usia 70 th dan dua kali lebih sering terjadi dibandingkan tipe 1.

2.Osteoporosis Sekunder

Disebabkan oleh penyakit atau kelainan tertentu akibat tindakan pembedahan, atau pemberian obat yang berefek mempercepat pengeroposan tulang.

Muncul sebagai efek dari obat-obatan steroid, alkohol, tembakau, tiroksin, antikejang, obat-obat   hormon antiseks, heparin, litium, metrotreksat, obat sitotokik lainnya, vitamin D dan obat yang cenderung meningkatkan risiko osteop.

Hal ini berkaitan pula dengan beberapa penyakit kronis yang mengakibatkan keterbatasan gerak bagi penderitanya, sepert arthritis rheumatoid, atau penyakit kronis yg menyebabkan  berkurangnya kalsium, sepert peny ginjal, intoleransi terhada produk susu, serta peny pada sistem pencernaan, dan lainnya.

Kondisi Hormon

  1. Menurunnya hormon pada wanita (estrongen) dan pria (testosteron).
  2. Menderita tiroid
  3. Gangguan pada sejumlah kelenjar lain.

Pertama, paratiroid (atau kelenjar penghasil hormon yang berperan mengatur kadar kalsium dalam darah).

Kedua, kelenjar adrenal (atau kelenjar yang mengatur metabolisme tubuh dan produksi hormon penyebab stres, serta memproduksi serta mengatur hormon seks).

Faktor Diet (pola makan)

  1. Asupan kalsium rendah.
  2. Gangguan makan
  3. Bedah gastrointestinal

Penggunaan obat-obatan

  1. Kejang
  2. Penyakit asam lambung (Gastricreflux, atau gastroesophageal refluxdisease, GERD)
  3. Kanker
  4. Penolakan hiperakut dari antibodi tubuh tehadap transplantasi (transplant rejection).
  5. Kondisi medis lainnya seperti penyakit celiac, inflammatory bowel disease, ginjal, myeloma, dan rheumathoid arthritis.
KOMPAS/SOELASTRI SOEKIRNO

Chintami Atmanagara menghadiri peluncuran program Bulan Kampanye Osteoporosis oleh Menteri Kesehatan Achmad Sujudi di Jakarta, Senin (27/9/2004).

Tanda-tanda Osteoporosis

Osteoporosis ditandai oleh dua hal :

  1. Densitas atau kepadatan tulang yang berkurang.

Dalam hal ini bisa diperiksa berapa gram mineral per volume tulang.

  1. Turunnya kualitas tulang

Ini menyangkut arsitektur, penghancuran, dan pembentukan kembali (mineralisasi) tulang. Kondisi ini tak bisa dihitung. Tulang yang Normal mengandung protein, kolagen, dan kalsium. Jika kekurangan zat-zat tersebut, tulang akan rentan mengalami fraktur. Oleh karena itu pencegahan penting dilakukan agar tulang tidak mengalami keropos.

Tingkat keparahan keropos tulang

Berdasarkan WHO (2004), tingkat keparahan diukur berdasarkan nilai T-score.
Nilai didapat melalui pemeriksaan Bone Mineral Density (BMD).

T-score < – 2,5 : osteoporosis
T-score di bawah – 1,0 : osteopenia (massa tulang yang rendah)
T-score di antara -1 sampai + 1 : normal

Osteoporosis terjadi jika laju penghancuran meningkat, sedangkan pembentukan kembali menurun sehingga tulang menjadi rapuh dan keropos.

Tingkatan Kepadatan Tulang
Normal Dalam rentang 1 SD  (+1 atau – 1)
Rendah (low bone mass) Dalam rentang 1 dan 2.5  SD (-1 hingga -2.5  SD)
Osteoporosis Dalam rentang 2.5  SD atau lebih rendah (-2.5  SD dan di bawahnya)
Osteoporosis lainnya Dalam rentang di atas 2.5  SD

SD : standar deviasi

Sumber : https://www.bones.nih.gov/health-info/bone/bone-health/bone-mass-measure

Bone Mineral Density

Bone Mineral Density (BMD) merupakan alat untuk mengukur kepadatan tulang sekaligus mengevaluasi kemungkinan adanya osteoporosis pada saat tulang lebih rapuhdan mudah patah.

Melalui sinar X, tes kepadatan tulang dilakukan untuk mengukur jumlah kalsium dan mineral lain.BMD juga bisa dimanfaatkan untuk mengukur body composition (BC).

Manfaat Bone Mineral Density

  1. Indentifikasi turunnya kepadatan tulang (sebelum patah tulang terjadi)
  2. Identifikasi risiko terjadinya patah tulang
  3. Diagnosis dan evaluasi efektivitas terapi pada osteoporosis
  4. Mengukur body composition seperti komposisi lemak, otot dn tulang.

Yang memerlukan Bone Mineral Density

  1. Wanita usia di atas 55 tahun atau pria usia di atas 60 tahun
  2. Wanita usia di bawah 65 tahun yang punya risiko patah tulang yang tinggi
  3. Wanita menjelang atau setelah menopause.
  4. Yang mempunyai riwayat patah tulang akibat cedera ringan
  5. Yang mengalami penurunan tinggi badan atau tubuh yang membungkuk.
  6. Mengonsumsi obat-obatan tertentu lebih dari tiga bulan, seperti kortikosteroid, obat epilepsi, tiroid, atau yang bisa mengganggu proses pembentukan kembali tulang (osteogenesis).
  7. Yang menjalani prosedur transplatasi organ.
  8. Yang mengalami penurunan kadar hormon akibat menopause atau penggunaan obat-obatan kanker.
  9. Yang mengalami nyeri tulang tanpa sebab yang jelas.
  10. Yang mempunyai riwayat penyakit ginjal kronis, DM, hati kronis, rematik, autoimun, artritis rheumatoid, lupus, atau tiroid.
  11. Perokok atau peminum alkohol berat
  12. Anak-anak yang mempunyai kelainan genetik osteogenesis imperfecta (kondisi yang ditandai dengan tulang rapuh, massa otot rendah, sendi dan ligamen yang longgar).

Infografik: Proses Deteksi Osteoporosis

Sarang Madu

Secara definisi, osteoporosis berarti tulang keropos (porous bone). Ini adalah penyakit (tulang) yang berciri kekurangan unsur tulang, atau memproduksi sedikit, atau kedua-duanya. Akibatnya adalah, tubuh jadi lemah dan rentan patah. Patah dalam arti, bisa karena jatuh, atau jika sudah sangat serius, hanya karena batuk atau terbentur ringan.

Secara sederhana, tulang yang sehat ibarat ‘sarang madu’ (lebah). Pada kasus osteoporosis, lubang dan celah terlihat lebih besar dibandingkan dengan tulang yang sehat. Tulang yang keropos berarti kehilangan atau kekurangan kepadatan atau massa, dan strukturnya mengandung jaringan yang abnormal. Semakin tidak padat, artinya tulang bertambah lemah.

Patah tulang bisa dibilang ‘malapetaka’ dalam osteoporosis. Biasanya yang kerap patah adalah pergelangan tangan, tulang panggul, dan tulang belakang. Yang paling serius adalah tulang panggul, mengingat dampak yang luar biasa terhadap kesehatan dan kualitas hidup penderitanya.

Menurut Dr Paulus Rahardjo, sepertiga dari yang mengalaminya akan terus bergantung pada orang lain. Malahan hampir seperlima dari mereka akan meninggal dalam waktu satu tahun setelah kejadian. Itu sebabnya osteoporosis sering dijuluki ‘penyakit sekaligus pembunuh yang senyap’.

Ini menjadi lebih menyulitkan lagi jika ada anggota keluarga atau orangtua kita yang juga mengalaminya, karena ada kemungkinan kita akan terkena juga.

KOMPAS/LASTI KURNIA

Sekitar 20.000 warga merayakan Hari Osteoporosis Nasional 2010 dengan jalan sehat bersama 10.000 langkah dengan rute Monumen Nasional (Monas) menuju Bundaran Hotel Indonesia kemudian kembali Monas, Jakarta, Minggu (24/10/2010). Acara ini melibatkan International Osteoporosis Foundation (IOF), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Perosi, dan Perwatusi. Aksi massal ini diharapkan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kondisi osteoporosis di Indonesia. Berdasarkan survei, dua dari lima penduduk Indonesia memiliki risiko terkena osteoporosis. Angka ini lebih tinggi dari prevalensi dunia, dengan satu dari tiga berisiko terkena osteoporosis.

Menurunnya Kepadatan Tulang

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan risiko fraktur dan osteoporosis, antara lain usia, ras, indeks massa tubuh yang rendah, ukuran tubuh, riwayat patah tulang panggul dalam keluarga, rokok dan alkohol, gizi buruk, malabsorpsi, rheumathoid arthritis, dan riwayat cedera (jatuh.

Khusus tentang ras, berbagai riset menyebut ras Asia dan kulit putih cenderung lebih rentan terhadap osteoporosis. Ini berbeda dengan ras hispanik dan ras kulit hitam yang tulangnya lebih padat. Sementara itu, laki-laki dan perempuan yang (ukuran) tubuhnya lebih kecil juga condong berisiko tinggi karena massa tulangnya lebih rendah ketika menua.

KOMPAS/LASTI KURNIA

Peserta yang rata-rata telah berusia lanjut bersemangat mengikuti senam Osteoporosis yang diasuh Perwatusi dan Perosi, di depan pintu II dan IV, Gelora Senayan, Jakarta, Kamis pagi (30/8/2008). Bila dilakukan teratur, olahraga yang tepat dapat membantu meningkatkan tingkat kepadatan tulang.

Kesadaran Masyarakat

Selain masalah patah, ada aspek lain yang juga penting, yaitu kesadaran masyarakat. Aspek ini selalu mengemuka dalam peringatan hari osteoporosis sedunia. Peringatan yang mulai diadakan sejak tahun 1996 ini pertama kali diluncurkan pada tahun 1996 oleh United Kingdom’s National Osteoporosis Society. Tahun-tahun berikutnya penyelenggaraannya dikelola oleh International Osteoporosis Foundation (IOF).

Pada dasarnya peringatan itu adalah untuk menyadarkan masyarakat global tentang pencegahan, diagnosis, dan pengobatan. Ini penting, karena osteoporosis  sering dianggap identik dengan masalah orang tua. Padahal, faktanya pengeroposan tulang bisa menyerang siapa saja, termasuk di usia muda.

“That’s Osteoporosis” adalah tema peringatan di tahun 2020. Dalam hal ini yang ditekankan adalah hubungan antara osteoporosis dengan dampak yang mengubah hidup penderita, baik dalam hal rasa sakit, kecacatan, hingga kehilangan kebebasan.

Tema itu juga menjadi pengingat bahwa penyakit ini menjadi masalah keluarga (family affair). Dalam arti keluarga lah yang kemudian sering memikul beban perawatan, sementara penyakit ini juga dikenal mempengaruhi banyak generasi keluarga.

Tahun ini, tema peringatan adalah “Take Action for Bone Health”, harus ada tindakan untuk menjaga kesehatan tulang. Setiap anggota masyarakat tentunya juga perlu selalu waspada terhadap faktor-faktor risiko sekaligus melakukan upaya perlindungan, seperti menjaga nutrisi dan olahraga.

Melalui peringatan di tahun ini juga mengimbau agar pemerintah dan komunitas kesehatan memprioritaskan kesehatan tulang dalam sistem perawatan kesehatan. Hal ini diungkapkan Cyrus Cooper, Presiden IOF, bahwa hari osteoporosis menjadi kesempatan untuk mengingatkan diri sendiri bahwa kesehatan tulang adalah penting. Hanya dengan otot dan tulang yang kuat kita bisa tetap beraktivitas dan tidak membebani pada saat usia tua.

KOMPAS/LASTI KURNIA

Ribuan peserta dari berbagai kelompok, mulai dari Klub Senam Osteoporosis, karyawan Departemen Kesehatan, perwakilan WHO, Yayasan Jantung Indonesia, Yayasan Kanker Indonesia, pelajar dan mahasiswa, dan lainnya bergabung dalam kegiatan senam bersama untuk memperingati Puncak Peringatan Hari Kesehatan Sedunia 2008, di Parkir Timur Senayan, Jakarta, Minggu (13/4/2008). Menkes Siti Fadilah Supari dan Menko Kesra Aburizal Bakrie yang juga ikut bersenam, dalam pembukaan acara menghimbau partisipasi masyarakat dalam melindungi kesehatan dari dampak perubahan iklim. Hari Kesehatan Sedunia jatuh setiap tanggal 7 April.

Tidak Terdiagnosa dan Dirawat

IOF sendiri juga mengingatkan komunitas kesehatan untuk melayani mereka yang berisiko maupun menderita osteoporosis. Dengan kata lain, semua punya akses untuk mendapat diagnosis dan pengobatan yang layak.

Masalah itu ternyata cukup penting karena banyak kasus osteoporosis seringkali tidak terdiagnosa dengan baik, bahkan dilihat sebagai gangguan yang tidak perlu diobati. IOF sendiri menyatakan sekitar 80 persen pasien dewasa yang mengalami patah tulang tidak diperiksa maupun dirawat sebagai osteoporosis. Kondisi yang sama juga terlihat pada sekitar 70 persen kasus wanita di Eropa yang mengalami post-menopause dan tidak mendapat perawatan.

Meskipun begitu, osteoporosis bisa dicegah. Menurut  Dr Paulus Rahardjo, cara yang paling efektif adalah ‘menabung’ tulang dan mencegah jatuh. Ada beberapa hal yang bisa diupayakan.

Pertama, latihan fisik secara teratur. Latihan fisik dan olahraga secara teratur akan membuat  tulang lebih padat. Ini bisa dilengkapi dengan aktivitas di luar rumah untuk mendapatkan vitamin D dari sinar matahari.

Kedua, ciptakan rumah dan lingkungan yang aman dengan penempatan perabot yang berpotensi menyebabkan jatuh. Memakai alas kaki yang aman misalnya. Kalau risiko jatuh bisa dikurangi, setidaknya patah tulang pun akan berkurang.

Ketiga, berhati-hati dalam pemakaian obat-obatan jangka panjang. Salah satunya adalah kortikosteroid yang menurunkan kekuatan tulang.

Keempat, periksakan kesehatan tulag pada dokter, termasuk untuk mengetahui berbagai faktor risiko. Termasuk dalam hal ini adalah pemeriksaan dengan alat pengukur kerapatan tulang (bone densitometry) yang menjadi pemeriksaan standar WHO. Dengan alat ini kita bisa menghitung berapa persen kemungkinan akan mengalami patah tulang dalam jangka waktu sepuluh tahun ke depan. (LITBANG KOMPAS)

Artikel Terkait

Referensi