Paparan Topik | Kesehatan

Hari Kanker Payudara Sedunia: Langkah Pencegahan dan Deteksi Dini

Penyakit kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian di seluruh dunia. Kanker payudara adalah kanker yang terbentuk di jaringan payudara, ketika sel-sel jaringan yang ada di payudara tumbuh tidak terkendali dan mengambil alih jaringan payudara yang sehat di sekitarnya.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Petugas kesehatan memeriksa pasien di unit mobil mamografi milik Yayasan Kesehatan Payudara di Jakarta Kamis (28/10/2010). Pemeriksaan mamografi penting untuk mendeteksi secara dini kanker payudara, selain juga untuk pemeriksaan payudara secara keseluruhan. Kasus kanker payudara cenderung meningkat 0,5 persen hingga 3 persen setiap tahun, baik di negara maju maupun berkembang.

Fakta Singkat

  • Peringatan Hari Kanker Payudara Sedunia: 26 Oktober
  • Kanker payudara dapat dideteksi dini secara rutin dengan SADARI, pemeriksaan sendiri
  • Kematian karena kanker payudara di dunia paling tinggi terjadi di Asia Tenggara
  • Tiga dari empat pasien kanker payudara datang ke rumah sakit dalam kondisi stadium lanjut.
  • Layanan laboratorium untuk mendeteksi tingkat penyebaran kanker dan jenis kanker payudara masih minim dan belum menyebar di Indonesia.
  • Sejak tahun 2015 angka kematian karena kanker payudara meningkat 43 persen di Indonesia

Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Kanker adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas. Sel-sel tersebut dapat tumbuh lebih lanjut serta menyebar ke bagian tubuh lainnya. Sel ganas yang menyebar dan tidak terkendali bisa menyebabkan kematian.

Saat ini, salah satu jenis penyakit kanker yakni kanker payudara menjadi jenis kanker yang sangat menakutkan bagi perempuan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Apa itu kanker payudara?

Dalam artikel Kemenkes berjudul “Bulan Peduli Kanker Payudara” disebutkan definisi kanker payudara yakni tumor ganas yang terbentuk dari sel-sel payudara yang tumbuh dan berkembang tanpa terkendali sehingga dapat menyebar diantara jaringan atau organ di dekat payudara atau ke bagian tubuh lainnya.

Dalam laman alodokter dijelaskan kanker payudara terbagi dalam banyak jenis, tetapi yang sering terjadi adalah  empat jenis, yaitu :

  1. Ductal carcinoma in situ; tumbuh di saluran susu tetapi tidak menyebar, termasuk stadium awal dan mudah ditangani.
  2. Lobular carcinoma in situ; tumbuh di kelenjar penghasil susu tetapi tidak menyebar kejaringan di sekitarnya.
  3. Invasive ductal carcinoma; tumbuh di ductus dan bisa menyebar ke jaringan sekitar bahkan ke bagian tubuh lain. IDC terjadi pada 70-80 persen kasus kanker payudara.
  4. Invasive lobular carcinoma; yaitu kanker yang awalnya tumbuh di kelenjar susu tetapi menyebar melalui darah dansaluran getah bening menuju bagian tubuh lain. ILC terjadi pada 10% kasus kanker payudara.

Selain jenis kanker payudara di atas, ada beberapa jenis kanker payudara yang jarang terjadi yaitu :

  • Angiosarkoma, tumbuh di pembuluh darah dan saluran getah bening payudara
  • Panyakit paget, tumbuh di putting payudara di area hitam areola
  • Tumor phyllodes, kanker yang tumbuh di jaringan ikat payudara
  • Inflammatory breast cancer (IBC), yaitu jenis kanker payudara yang bisa berkembang cepat dan menyumbat saluran getah bening, sehingga membuat payudara meradang kemerahan, bengkak seperti infeksi
  • Triple negative breast cancer, yaitu jenis kanker payudara yang sulit untuk diobati karena tidak menunjukkan keberadaan reseptor hormon estrogen (ER), reseptor hormon progesteron (PR), dan reseptor protein HER-2 pada pemeriksaan jaringan kanker

Penyebab kanker payudara tidak dapat diketahui secara pasti, tetapi ada faktor resiko seseorang terkena penyakit ini yaitu memiliki berat badan badan berlebih, menstruasi terlalu muda dan kebiasaan merokok. Gelaja kanker payudara sulit diketahui karena sulit terdeteksi pada saat ukuran benjolannya masih kecil, walaupun setiap benjolan di payudara tidak berarti selalu kanker payudara.

Baca juga: Deteksi Dini Kanker Payudara Tiga Negatif Naikkan Angka Harapan Hidup

KOMPAS/LASTI KURNIA

Untuk menggalang kepedulian terhadap risiko kanker payudara, relawan acara “Remaja dan Pita Pink” menyematkan pita pink pada pengunjung wanita di kawasan Cilandak Town Square, Jakarta, Minggu (24/8/2008).

Angka Kematian

Data statistik kanker di tingkat global memperkirakan ada 348.809 kasus kanker baru di Indonesia, dan kanker payudara menempati urutan tertinggi yaitu 42,1 per 100.000 penduduk dan rata-rata kematian  17 per 100.000 penduduk. Bahkan, Data Riset Kesehatan Dasar menunjukkan adanya peningkatan prevalensi kanker payudara di Indonesia, dari 1,4 tahun 2013 naik menjadi 1,8 persen di tahun 2018.

Data terbaru dari Global Cancer Observatory (Globocan) 2020, menyebutkan kasus baru kanker payudara di dunia mencapai lebih dari 2,2 juta kasus dengan 684.996 kematian. Di Kawasan Asia Tenggara terdapat 158.939 kasus baru kanker payudara dengan tingkat kematian 58.616 kasus. Di Indonesia kasus baru kanker payudara mencapai 66.000 kasus dengan 22.430 kasus kematian.  Oleh karena itu negara-negara di dunia harus segera melakukan langkah yang terukur untuk mencegah serta pengendalian kasus kanker payudara.

Sejak tahun 2015 angka kematian karena kanker payudara meningkat 43 persen, sebagian besar kematian diakibatkan oleh metastatis atau penyebaran sel kanker di dalam tubuh pasien. Tingginya angka kematian membuat kanker payudara  harus diwaspadai, pemeriksaan dini sangat dibutuhkan, karena seringkali pasien datang ke rumah sakit saat memasuki stadium lanjut.

Jika pasien kanker payudara  segera menyadari dan datang saat masih stadium awal tentunya pengobatan akan lebih mudah, sayangnya 3 dari 4 pasien kanker yang datang ke rumah sakit sudah pada stadium tinggi.  Stadium tinggi adalah ketika sel sel kanker telah menyebar di tubuh penderita yang mengganggu fungsi organ vital, oleh karena itu perlu untuk mengenali tipe kanker payudara.

Ada 20 jenis subtipe kanker  payudara metastatis, tetapi sebanyak 70 persen penderita terkena tipe kanker payudara HER-2 yang menyebar cepat bermetastatis ke tulang, jaringan lunak seperti kelenjar getah bening, paru-paru, dan hati. (Kenali Subtipe Kanker Payudara Metastatis, Kompas, Selasa, 1 September 2020).

Saat ini telah ada teknologi dengan limfosintigrafi atau metode diagnosis dengan pemeriksaan kelenjar getah bening, yang penggunaanya hanya boleh dilakukan oleh seorang  dokter spesialis kedokteran nuklir dan radiofarmasis. Dengan cara menyuntikkan sediaan radiofarmaka ke tubuh pasien kemudian sediaan itu dapat mendeteksi penyebaran sel kanker dalam kelenjar getah bening di tubuh pasien yang dapat dilihat dengan memakai kamera gamma atau detektor gamma.

Sediaan radiofarmaka ini menggunakan radioisotop teknesium-99m nanokoloid serum albumin manusia (nanokoloid human serum albumin/HSA) dengan sifat nuklir yang masih aman bagi manusia. Dengan waktu paruh yang pendek hanya enam jam dan energi pemancara darisinar gamma yang kecil sehingga tidak berdampak   pada tubuh manusia, tetapi metode ini tidak boleh digunakan pada ibu hamil dan ibu menyusui.

Optimisme pada penggunaan radioisotop untuk deteksi dini pada kanker terus bertumbuh  seiring dengan proyek pengembangan Nanolokoid di dalam negeri, karena nanocoll albumon impor harganya sangat mahal.

Baca juga: Pengendalian Kanker Payudara Mendesak

KOMPAS/PRIYOMBODO

Unit Mobil Mamografi bertujuan memberikan kemudahan kepada warga untuk mendeteksi dini kanker payudara dengan menggunakan sistem sinar-X, yang diluncurkan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta. Seorang ibu menunggu untuk diperiksa di mobil mamografi di halaman parkir Jakarta Convention Center. (15/1/2010)

Pengobatan dan Kendala Pengobatan

Kanker payudara dapat diobati dengan beberapa cara tergantung pada kondisi penderita, yaitu : terapi radiasi, terapi hormon, kemoterapi dan prosedur bedah.

Tantangan bagi pengobatan kanker di Indonesia adalah  sarana, fasilitas dan kapasitas untuk dapat mengenali jenis kanker dan mengetahui penyebaran yang terjadi pada pasien sehingga dapat dilakukan pengobatan yang tepat dan cepat. Kanker payudara tidak diawali dengan rasa sakit sehingga terkadang pasien tidak menyadari kondisi fisiknya, bahkan 3 dari 4 pasien yang datang berobat adalah pasien dengan tingkat stadium lanjut.

Metode untuk mengenali penyebaran dengan Nanokoloid sangat pembantu pasien tetapi harganya masih sangat mahal karena impor, sedangkan produksi dalam negeri masih menunggu perijinan. Sedangkan untuk proses metastase tingkat penyebaran membutuhkan layanan laboratorium yang memadai. Sementara itu, di Indonesia layanan laboratorium yang memadai untuk  diagnosis kanker payudara belum merata di seluruh Indonesia.

Baca juga: Pilihan Terapi Kanker Payudara Terbuka Luas

Hindari Pemicu Kanker Payudara

Hingga saat ini sulit untuk mengungkapkan penyebab utama seseorang terkena kanker payudara, dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan salah satunya adalah faktor genetis.  Hanya saja menjaga gaya hidup sehat dan menghindari kebiasaan  makanan tidak sehat, alkohol, merokok serta menajemen stress yang baik,  menjaga berat badan ideal dan rutin berolahraga. Selain itu hendaknya para wanita secara mandiri melakukan pemeriksaan rutin ataupun dengan tenaga medis untuk mencegah resiko kanker payudara.

Salah satu pencegahan kanker adalah pemenuhan kebutuhan vitamin D. Menurut hasil penelitian yang dipublikasikan jurnal Occupational and Environmental Medicine bahwa resiko terkait kanker payudara lebih rendah pada perempuan yang bekerja di luar ruangan. Penelitian tersebut mengindentifikasi 38.375 perempuan usia di bawah 70 tahun yang terdiagnosa kanker payudara primer di Denmark, hasilnya pada usia 50 tahun yang bekerja terpapar sinar matahari lebih rendah resiko  kanker payudaranya. (Bekerja di Luar Ruang, Resiko Kanker Turun, Kompas, 4 Februari 2021)

Yang krusial dibutuhkan Indonesia salah satunya adalah sistem deteksi dini kanker payudara, karena jika pasien datang ke dokter dengan kondisi awal maka pengobatannya lebih mudah. Sedangkan saat ini sebanyak 60-70 persen pasien datang dengan kondisi kanker payudara stadium lanjut, salah satu penyebabnya adalah karena fasilitas pemeriksaan kanker payudara belum menyeluruh di Indonesia.

Kematian akibat kanker payudara tertinggi di dunia adalah Asia Tenggara, oleh karena itu tidaklah mengherankan jika dibutuhkan kerjasama global untuk mengatasi persoalan kanker sehingga dapat melakukan deteksi dini dengan lebih baik lagi. Melalui cek kesehatan, penapisan, deteksi dini kanker payudara dan terapi pengobatan diharapkan pasien mendapat pertolongan yang cepat, tepat dan tentu saja murah.  (Litbang Kompas)

Referensi

Arsip Kompas

Bekerja di Luar Ruang, Resiko Kanker Turun. Kompas, Kamis, 04 Februari 2021, Halaman 08

Onkologi : Kenali Subtipe Kanker Payudara Metastatis, Kompas, Selasa, 01 Sept 2020, hl 08.

Pengendalian Kanker Payudara Mendesak; Kompas, Jumat, 23 Juli 2021, hl 05

Mendeteksi Kanker Payudara, Kompas, Senin, 09 Nov, 2020, hl 08