Paparan Topik | Konferensi Tingkat Tinggi G-20

G20 Empower Advocates: Duta Pemberdayaan dan Representasi Perempuan

Kesetaraan gender dan peran aktif perempuan memiliki peran penting dalam menumbuhkan kembali produktivitas usaha kaum perempuan pascapandemi. G20 Empower mendorong beragam upaya untuk menguatkan posisi perempuan sebagai pemilik usaha maupun pekerja.

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Perempuan yang bekerja sebagai pembatik bersepeda menuju lokasi workshop di Desa Karas Jajar, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Jumat (20/5/2016).

Fakta Singkat
G20 Empower Advocates

  • G20 Empower Advocates dibentuk dalam Presidensi Italia tahun 2021 dengan anggota 24 advocates.
  • Di Indonesia saat ini telah ada 64 orang mewakili perusahaan yang terlibat menjadi G20 Empower Advocates
  • Advocates adalah jajaran pimpinan tinggi dari tempatnya bekerja yang bertugas mengawal dan memberi masukan serta bertang gungjawab pada pengambilan keputusan yang inklusif bagi perempuan
  • Best practise playbook 2021: Empowering Women to Lead The “New Normal” World diluncurkan pada Presidensi Italia 2021 yang berisi 400 praktik baik atau pengalaman perusahaan dari 23 negara.
  • Buku Empowering Women to Lead The “New Normal” World diluncurkan untuk memberikan inspirasi dan contoh bagi perusahaan dalam mempercepat ekselerasi kepemimpinan perempuan di perusahaan.

Laman:
G20 Empower Indonesia

Untuk membangun sebuah negara kuat maka harus melibatkan perempuan yapopulasinya separuh warga dunia, hal itu menjadikan perempuan sebuah kekuatan baru yang selama ini kurang disadari. Pada Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Osaka, Jepang tahun 2019, diluncurkan G20 Empower untuk mempertajam perhatian negara anggota G20 pada persoalan perempuan di dunia kerja.

G20 Empower adalah aliansi G20 untuk pemberdayaan dan kemajuan representasi ekonomi perempuan yang bertujuan mempercepat kepemimpinan dan pemberdayaan perempuan di sektor swasta. G20 Empower satu-satunya entitas yang menyatukan lebih dari 60 pemimpin bisnis dan perwakilan pemerintah untuk mencapai tujuan kesetaraan gender. Sementara itu, Women20 adalah aliansi perempuan yang ikut memperjuangkan perempuan dalam spektrum yang lebih luas, bukan hanya ekonomi juga kesetaraan di ruang publik. Salah satunya, dengan memberikan akses pada perempuan disabilitas dan peduli dengan kekerasan terhadap perempuan.

Di Indonesia, G20 Empower dan Women20 berada di bawah KemenPPPA yang bertindak sebagai “mother ministry” dengan visi dan misi G20 Empower yang mendukung tiga tema utama Presidensi Indonesia 2022, yaitu:

  • Meningkatkan akuntabilitas perusahaan dalam pencapaian Key performance indicator untuk meningkatkan peran perempuan
  • Memiliki program untuk mendorong peran UKM milik perempuan sebagai penggerak ekonomi
  • Membangun dan meningkatkan ketahanan digital dan skill perempuan dalam model kerja yang akan datang

Berdasarkan Gender Gap Report 2021, saat ini kepemimpinan manajerial perempuan hanya 27 persen di tingkat global. Oleh karena itu, akselerasi menjadi penting untuk mendorong kepemimpinan perempuan di sektor publik dan swasta. Hal tersebut dapat mengurangi hambatan bagi kemajuan perempuan dan memperkuat potensi kemajuan perempuan.

Menurut Chair dari G20 Empower, Yessie D. Yosetya yang juga Direktur and Chief Strategic Transformation and Information Officer XL Axiata pada Forum G20 di Yogyakarta pada Meli lalu, dunia kerja telah berubah dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya karena didorong oleh penerapan otomatisasi dan digitalisasi yang terus meningkat, serta pandemi Covid-19 yang mengubah arah di berbagai bidang industri dan profesi. Dalam aliansi G20 Empower, XL Axiata berperan mewakili dunia usaha bersama dengan pemerintah, serta IWAPI dan Kadin yang mewakili dunia usaha.

Tentu saja gagasan besar G20 Empower ini tidak boleh berhenti hanya pada tataran konsep dalam konferensi internasional tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan sarana yang membumikan pemikiran para delegasi yang dipilih dari para pelaku usaha dari swasta maupun wakil perempuan dari pemerintah. Dari para delegasi tersebut muncul gagasan untuk membentuk kelompok yang terdiri dari para pimpinan perusahaan baik swasta maupun pemerintah yang mampu membantu akselerasi kesempatan dan kepemimpinan perempuan di dunia kerja. Mereka yang akan memperjuangkan gagasan dalam G20 Empower berjalan konkrit di tiap perusahaan tempat mereka bekerja, dengan mengadvokasi praktek nyata pengelolaan sumber daya tenaga kerja.

KOMPAS/SONYA HELLEN SINOMBOR

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati membawakan sambutan pada Kick-Off Ceremonial G-20 Empower dan Women-20 (W-20) yang dilaksanakan secara vitual, Rabu (22/12/2021) petang.

Advokasi di perusahaan

Demi menjalankan fungsi advokasi di tempat kerja, dipilihkan satu wakil dari perusahaan tersebut dengan tujuan menjalankan gagasan untuk mendorong akselerasi perempuan di ruang bisnis baik swasta maupun pemerintah. Karenanya, dibentuklah G20 Empower Avocates yang berada di bawah naungan G20 Empower. Disebut advocates atau advokat karena tugasnya adalah meng-advokasi.

Duta G20 Empower Avocates tidak harus perempuan, laki-laki juga dapat menjadi Advocates. Seorang Avocates tentu haruslah seseorang memiliki keberpihakan pada perempuan dan memiliki posisi yang tinggi di perusahaan tersebut. Ia harus dapat berkontribusi dalam menentukan kebijakan di perusahaan dan memengaruhi pembuatan peraturan kerja bagi karyawan.

Pembentukan G20 Empower Advocates tidak hanya di Indonesia, tetapi di semua negara anggota G20 dan keterlibatannya bersifat sukarela. Merekalah yang kemudian menjadi duta dalam memperjuangkan gagasan besar G20 Empower untuk memajukan perempuan di tempat kerja.

Untuk menjadi G20 Empower Advocates tentu saja harus ada kesamaan persepsi tentang perlunya akselerasi kepemimpinan perempuan dalam ruang bisnis. Namun, persepsi tiap perusahaan bisa sangat berbeda tergantung dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing serta kesiapan perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, sebelum pembekalan calon Adocates, dilakukan Focus Group Discussion lebih dahulu untuk menangkap pemahaman masing-masing personal. Dalam pembekalan ini, G20 Empower bekerja sama dengan United Nation Women (UN Women). Dilakukan tiga kali pembekalan dengan tiga modul capacity building yang setiap modunyal disampaikan selama tiga jam.

Ketika Konferensi G20 dilaksanakan, para Advocates diundang dalam Side Event G20 Empower. Sementara itu, dalam rapat pleno atau plenary meeting maka yang hadir hanyalah delegasi yang diundang.

Para Advocates ini harus memahami apa saja faktor yang menghambat kemajuan perempuan. Jika ada keterbatasan literasi digital, yang harus dilakukan di perusahaan tempatnya bekerja adalah pelatihan skill bagi perempuan. Selain itu, perempuan membutuhkan jaringan bisnis sehingga membangun networking agar spektrum pengetahuan dan pergaulan lebih luas. Pada tahun 2021, peserta Advocates di Indonesia baru berjumlah 28 perusahaan, tetapi kini sudah ada 63 Advocates yang dari berbagai perusahaan swasta dan BUMN—sebuah optimisme yang makin besar karena BUMN mulai terlibat untuk mendukung kebijakan inklusi bagi pekerja perempuan.

Keanggotaan G20 Empower Advocates bersifat terbuka dan tidak ada ikatan kewajiban serta tidak ada sanksi ataupun reward dari peran tersebut. Namun, dalam menjalankan perannya, para Advocates harus memahami 5 KPI yang menjadi tolok ukur keberhasilan suatu perusahaan dalam memberikan akses pada perempuan, yaitu:

  • Berapa jumlah perempuan yang bekerja di perusahaan tersebut, apakah sudah 50 persen atau 30 persen atau bahkan kurang dari itu.
  • Berapa jumlah perempuan yang memegang pimpinan di perusahaan tersebut.
  • Berapa banyak perempuan yang menjadi BOD (Board of Director).
  • Bagaimana promosi jabatan bagi perempuan.
  • Berapa perempuan dalam industri sains dan teknologi.

Kelima hal tersebut dapat dijadikan alat ukur progress perusahaan dalam memberikan peluang bagi perempuan. Kini makin banyak perusahaan yang sadar akan prioritas kesetaraan gender untuk mendorong inklusivitas, karena hal itu akan meningkatkan produktivitas, profitabilitas, serta menjamin kesinambungan sumber daya manusia hingga mengoptimalkan kinerja perusahaan.

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Buruh perempuan menyortir biji kopi kering jenis robusta di gudang pengolahan kopi di kawasan Way Laga, Bandar Lampung, Lampung, Kamis (8/2/2018). Saat masa panen tiba jumlah buruh perempuan yang bekerja lepas untuk menyortir kopi akan bertambah.

Salah satu G20 Empower Indonesia Advocates adalah Executive Director Indonesia Bussines Coalition (IBCWE). IBCWE telah mengembangkan keanggotaan dari 8 menjadi 28 perusahaan yang mayoritas perusahaan besar Indonesia. Salah satu penilaian dari keanggotaan IBCWE adalah bagaimana perusahaan tersebut menerapkan kesetaraaan gender pada proses pelatihan dan pengembangan jalur bakat di lingkungan kerja.

Mendukung pemimpin perempuan dan memberikan gaji serta fasilitas kerja yang sama antara laki-laki dan perempuan juga telah dilakukan oleh Coca-Cola Europacific Partners Indonesia (CCEP). Sebagai Advocates G20 Empower, CCEP juga telah membuka kesempatan pada pekerja perempuan di tempatnya untuk membangun suatu project dan bebas mengeluarkan ide.

Sementara itu, perusahaan Finance and Human Resources mengadakan development program dengan memberikan hak setara antara karyawan laki-laki dan karyawan perempuan serta kesempatan benefit yang sama. Sebagai salah satu Advocates G20, Empower Finance and Human Resources secara berkala memonitor data talent dan bursa perempuan dan laki-laki untuk memastikan kesetaraan.

Lain halnya dengan XL Axiata yang telah membuat program untuk mendorong karyawan perempuan untuk membangun karier hingga posisi pimpinan, bahkan ada progam bimbingan khusus bagi talent perempuan yang memiliki potensi besar mengembangkan karier. Di XL Axiata, 30 persen posisi pimpinan dipegang oleh perempuan.

Keberhasilan keberadaan G20 Empower Advocates diukur bukan dari data perusahaan masing-masing, tetapi dari data resmi pemerintah dan swasta. Di Indonesia, pengukuran ini menggunakan data tahunan BPS dan data BEI sehingga terlihat data keseluruhan karena perusahaan wajib membuat laporan tahunan yang dilaporkan ke BEI dan BPS.

Sementara itu, untuk melihat pertumbuhan yang lebih dari negara-negara anggota G20, dilakukan kerja sama dengan United Nation Women (UN Women). Di tiap negara anggota G20, dibuat dashboard tiap negara untuk melihat kemajuan masing-masing negara dengan menggunakan data dari International Labour Organization (ILO) dan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). Di sisi lain, dibutuhkan kesepakatan dan kesamaan visi misi antarnegara anggota G20 Empower. Oleh karena itu, Indonesia akan melakukan reach out dengan mengadakan plenary meeting ke-3 pada 23–24 Agustus 2022 di Bali.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Hari Perempuan Internasional 2019 diperingati perempuan dari sejumlah organisasi dengan berunjuk rasa di Taman Aspirasi, di depan Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (8/3/2019). Mereka antara lain mendesak agar disahkannya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, perlindungan terhadap pekerja perempuan, dan perlakuan yang setara.

Pengalaman berbagai negara

Atas prakarsa G20 Empower Saudi Presidency, didukung oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), serta bekerjasama dengan Boston Consulting Group, maka diluncurkan Best Practice Playbook 2021. , Buku berjudul Empowering Women to Lead The “New Normal” World yang berisi pengalaman 400 Advocates di 23 negara itu terbit, tepatnya tanggal 21 September 2021.

Berbagai pengalaman para perempuan pimpinan di perusahaan dalam upaya meningkatkan  peran dan kesempatan perempuan di tempat kerja diharapkan dapat menjadi contoh atau referensi bagi para G20 Empower Advocates. Kumpulan pengalaman 23 negara ini menunjukkan bahwa sinergi lintas negara dan lintas sektor menjadi salah satu faktor pendukung dalam pemberdayaan perempuan.

Buku ini dimulai dengan menuangkan visi Empower, yaitu membentuk aliansi yang paling inklusif dalam mendorong aksi dalam perusahaan pemerintah maupun swasta untuk mengakselerasi kepemimpinan dan empowerment di antara negara-negara G20. Dalam buku digital  tersebut memberikan pedoman  cara-cara praktek terbaik  dengan  fokus pada tiga hal, yaitu :

  • Skema pengukuran untuk melihat representasi perempuan
  • Membangun jalur bakat perempuan
  • Memampukan perempuan untuk memimpin masa depan

Dalam buku tersebut juga didesain agar memudahkah para Advocates dari tiap negara untuk :

  • Pembelajaran kebijakan dan praktek industri sektor industri dan organisasi sehingga dapat diadopsi dan diimplementasikan di organisasi lainnya.
  • Negara-negara anggota G20 dapat mempelajari praktik baik di sektor swasta dan mendorong kebijakan di negara sendiri
  • Buku juga memungkinkan Avocates dari tiap negara anggota G20 untuk membagi keberhasilan praktik baik di perusahaannya.
  • Menghubungkan dari tiap negara angagota G20 untuk saling belajar satu sama lain.

Buku digital setebal 406 halaman ini memuat praktik baik yang berpegang  pada Key Learning, yaitu :

  • Komitmen yang sungguh-sungguh dari jajaran pimpinan mulai manajer hingga CEO yang berperan dalam mengambilan kebijakan dan menghubungkan lini visi serta tujuan korporasi.
  • Konsisten dalam KPI. Perusahaan yang sukses akan memonitor perkembangan implementasi praktis baik tersebut
  • Selalu menjalin komunikasi dengan kelompok perempuan dan stakeholder.
  • Kebijakan korporasi harus menjamin kesempatan yang sama bagi perempuan dengan menghilangkan hambatan budaya, mengembangkan ketrampilan serta mendukung mentorship dan sponsorship
  • Memahami perubahan yang terus bergerak, seperti pandemic, perubahan iklim ataupun perubahan ekonomi dunia
  • Memperhatikan gender equity pada setiap level pemimpin dan implementasi pada praktek kerja harian.

Bila dilihat keseluruhan maka buku digital ini memberikan  banyak pengalaman bagaimana mendukung inklusi dalam perusahaan  bagi perempuan. Tidak hanya kebijakan yang harus dilakukan untuk mendukung kepemimpinan perempuan, permasalahan yang dihadapi perempuan baik kendala ketrampilan, dukungan jaringan kerja maupun situasi yang terus berubah.

Pandemi telah mengubah situasi dunia hingga mengakibatkan bertambah kemiskinan dan situasi ekonomi yang makin memberatkan kelompok masyarakat miskin. Bahkan, menempatkan perempuan menjadi kelompok paling rentan dalam kekerasan baik ekonomi maupun fisik. Menghadapi situasi saat ini  perusahaan haruslah lebih berempati pada para pekerjanya. Dengan mempelajari playbook tersebut maka para Advocates sangat terbantu untuk memahami dan mengatasi gejolak ekonomi yang mempengaruhi produkfitas perusahaan. Selain itu banyak pengalaman dan gagasan dari perusahaan lain yang lebih dulu mampu mengatasi berbagai kendala manajemen sumber daya manusia.

Tugas utama Advocates untuk menularkan dan memperjuangkan kebijakan perusahaan yang equally dan inklusif bagi pekerja perempuan merupakan tugas mulia kemanusiaan. Oleh karena itu sudah sepantasnya jika para pemimpin ataupun top leader perempuan  baik perusahaan swasta maupun BUMN turut serta terlibat menjadi G20 Empower Advocates. (Litbang Kompas).

G20 Empower Indonesia Advocates

Perusahaan dan Corporate
  1. Neneng Goenadi, Country Managing Director, PT.Grab Teknologi Indonesia
  2. Catharina Widjaja; Executive Vice President, Gajah Tunggal Group
  3. Sihol Aritonang; President Director, PT.Riau Andalan Pulp and Paper
  4. Elim Sritaba; Chief Sustainability Officer, Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas
  5. Noni Purnomo; President Komisaris, PT. Blue Bird Tbk
  6. Maya Juwita; Executive DirectorIndonesia, Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE)
  7. Parwati Surjaudaja; President Director Bank OCBC NISP
  8. Dian Siswarini; President Director & CEO, PT XL Axiata Tbk
  9. Meshvara Kanjaya; CEO, PT. Supra Boga Lestari, TBK (Ranch Market)
  10. Vidjongtius; President Director, PT Kalbe Farma Tbk
  11. Verlyana V. Hitipeuw; CEO & Principal Consultant, Kiroyan Partners
  12. Risa Effennita Rustam; Director of Finance and Human Resources, Indonesia Stock Exchange (IDX)
  13. Wulan Tilaar; Director of Martha Tilaar Spa, PT. Cantika Puspa Pesona
  14. Lucia Karina; PACS Director, Coca Cola Europasific Partners
  15. Shinta Widjaja Kamdani; CEO, Sintesa Group
  16. Josephine Satyono; Executive Director, Indonesia Global Compact Network (IGCN)
  17. Dyah Anita Prihapsari; President, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI)
  18. Chrisanti Indiana; Co-founder & CMO, PT. Social Bella Indonesia
  19. Willy Saelan; Human Resources Director, PT. Unilever Indonesia Tbk
  20. Aayush Tekriwal; Managing Director, PT. Van Aroma
  21. Aria Widyanto; Chief Risk & Sustainability Officer Amartha, PT. Amartha Mikro Fintek
  22. Nucha Bachri; Co-Founder, Parentalk.id
  23. Nararya Soeprapto; Senior Director, PT.Procter & Gamble Indonesia
  24. Fahrul Irvanto; Human Resources Director, PT Nestlé Indonesia
  25. Indri Pramitaswari Guritno; Partner, Finance & Project Practice Group, HHP Law Firm
  26. Olivia Alan; Director, Jasa Medivest
  27. Ahmad Hartono; Chief Executive Officer, Digiserve
  28. Vera Galuh Sugijanto; Vice President General Secretary, Danone Indonesia
  29. Kusuma Ida Anjani; Director of Business Development and Innovation, PT Mustika Ratu Tbk
  30. Astri Wahyuni; Vice President of Public Policy and Government Relations, Tokopedia
  31. Andrew F.Saputro; Corporate Affairs Director, PT.Frisian Flag
  32. Christine Hutabarat ; Direktur Strategi Bisnis dan Pemasaran, PT.Hotel Indonesia Natour (Persero)
  33. Winarsih Budiriani; Direktur Keuangan & Manajemen Risiko, Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (PERURI)
  34. FM Venusia R; Director of Consumer Service, PT.Telkom Indonesia Tbk
  35. Emma Sri Martini; Finance Director, PT.Pertamina (Persero)
  36. Setia N. Milatia Moemin; President Director, Perum Damri
  37. Nina Kurnia Dewi; Director of Finance, HCM & Risk Management, Perum LKBN ANTARA
  38. Shinto Nugroho; Chief of Public Policy & Government Relations, PT GoTo Gojek Tokopedia (GoTo Group)
  39. Shinta Nurfauzia; Co-CEO, PT Lemonilo Indonesia Sehat (Lemonilo)
  40. Christophe Piganiol; President Director, PT.Anugerah Pharmindo Lestari (APL)
  41. Arsjad Rasjid P.M; Direktur Utama, PT.Indika Energy Tbk
  42. Hariyadi B Sukamdani; President Director, PT Hotel Sahid Jaya International
  43. Franky Oesman Widjaja; Chairman & CEO, Sinar Mas Agribusiness & Food
  44. Millie Lukito; CEO and Bureau Chief, PT.Mobiliari Stephindo
  45. Rudy Manik; Chief Human Resources Officer, FWD Insurance
  46. Mira Fitria; Head of Human Capital, PT.Bank BTPN
  47. Devy Suradji; Direktur Pemasaran & Pelayanan, PT.Angkasa Pura I
  48. Sinthya Roesly; Direktur Keuangan & Manajemen Resiko, PT PLN (Persero)
  49. Dhita Febrianty; Direktur Keuangan dan SDM, PERUM PERCETAKAN NEGARA RI (PNRI)
  50. Reska Putri Praslita; Plt.Direktur Keuangan, PT.Kereta Apri Logistik
  51. Dothy; Direktur Teknik, PT.Pelindo Terminal Petikemas
  52. Retno Soelistianti; Direktur Strategi, PT Pelindo Solusi Logistik (PSL)
  53. Siti Inda Suri; Direktur SDM & Umum, PERUM DAMRI
  54. Melanie Masriel; Communications, Public Affairs, and Sustainability, Director L’oreal Indonesia
  55. Anindya Novyan Bakrie; Chief Executive Officer, PT Bakrie & Brothers Tbk
  56. Diana Dewi; Komisaris Utama, PT. Suri Nusantara Jaya
  57. Eka Sari Lorena Surbakti; Chief Executive Officer, Logistic ESL International
  58. Ronald Walla; President Director, PT. Padi Internet
  59. Jesslyne Widjaja; Executive Director, Golden Agri-Resources (GAR)
  60. Ratri Vibhuti Widyasari; Head of Human Resources, PT Rebel GoFood Indonesia
  61. Fetty Kwartati; Direktur Utama, PT Sarinah
  62. Endang Suraningsih; Direktur SDM, PT.Rajawali Nusantara Indonesia (PERSERO) ID Food
  63. Polana B Pramesti; Direktur Utama, Perum LPPNPI (AIRNAV INDONESIA)