Peta Tematik | Serangan Umum 1 Maret

Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta

Dikuasainya Kota Yogyakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia oleh Agresi Militer II Belanda, memicu serangan balasan dari militer Indonesia terhadap Belanda sebagai bukti pada dunia bahwa TNI masih ada dan melakukan perlawanan demi mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Pemerintahan Republik Indonesia di awal kemerdekaan diwarnai dengan pergolakan politik dan kedaulatan, seperti pro kontra persetujuan Renville, rekonstruksi dan rasionalisasi angkatan perang, pembentukan Republik Indonesia Serikat serta pemberontakan PKI Madiun. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk menyusun ulang kekuatan dalam rangka merebut kembali Indonesia yang secara de facto telah merdeka. Perundingan-perundingan RI dan Belanda sering mengalami jalan buntu sehingga pertempuran-pertempuran kembali terjadi melalui Agresi Militer Belanda I dan II.

Salah satunya, penyerangan Belanda terhadap Indonesia di Kota Yogyakarta yang saat itu menjadi Ibukota Republik Indonesia, dikuasai sepenuhnya oleh Belanda. Hal ini dijadikan indikator oleh Belanda bahwa Indonesia bersama TNI-nya telah hancur. Untuk itu, militer Indonesia melakukan serangan balasan terhadap Belanda untuk menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia masih utuh dan TNI tetap ada.

Melihat kekuatan pasukan bersenjata dan dukungan rakyat begitu besar terhadap perjuangan maka serangan balasan terhadap Belanda dilakukan dengan membentuk organisasi pertahanan Wehrkreise III dibawah komando Letkol Soeharto. Strategi pertahanan Wehrkreise ini merupakan strategi dengan membagi-bagi daerah pertempuran dalam lingkaran-lingkaran yang dapat berdiri sendiri. Dalam daerah pertahanan ini, seluruh sumberdaya yang ada diintegrasikan baik itu manusia maupun material pendukung lainnya. Strategi ini kemudian dilengkapi taktik perang gerilya yang dibagi menjadi tujuh sub Wehrkreise (SWK) dengan komandannya masing-masing yaitu:

  1. SWK 101 di wilayah kota Yogyakarta dengan komandan Letnan Marsudi
  2. SWK 102 daerah Bantul dengan komandan Mayor Sardjono
  3. SWK 103 daerah Gamping dengan komandan Letkol Suhud
  4. SWK 103 A daerah Godean dengan komandan Mayor Ventje Sumual
  5. SWK 104 daerah Sleman dengan komandan Mayor Sukasno
  6. SWK 105 daerah Yogyakarta bagian Timur hingga Gunung Kidul dengan komandan Mayor Sudjono
  7. SWK 106 daerah Kulon Progo dengan komandan Letkol Soedarto

Dalam melakukan serangan balasan, perencanaan yang matang mutlak diperlukan sehingga pada 21 Februari 1949 diadakan rapat rahasia di Kepatihan Yogyakarta, hasil rapat tersebut diputuskan untuk melakukan Serangan Umum dan memohon restu dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Panglima Besar Jenderal Soedirman pada 1 Maret 1949 yang secara teknis pelaksanaannya diserahkan kepada Letkol Soeharto dengan tujuan sebagai berikut:

  • Tujuan Politik, mendukung perjuangan perwakilan RI di Dewan Keamanan PBB untuk melawan kampanye Belanda mengenai aksi polisionilnya di Indonesia telah berhasil, karena TNI sudah hancur dan Yogyakarta telah dikuasai sepenuhnya oleh Belanda.
  • Tujuan Psikologis, mengobarkan semangat perjuangan rakyat bersama TNI. Serangan ini dilakukan guna memulihkan, memupuk, dan meningkatkan kepercayaan rakyat kepada TNI. Serangan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pejuang di seluruh tanah air.
  • Tujuan Militer, membuktikan pada dunia Internasional bahwa TNI masih tetap utuh serta membuktikan bahwa keberadaan Belanda di Yogyakarta merupakan suatu yang keliru dan tidak sah.

Dengan strategi yang matang serta taktik peperangan gerilya, Serangan Umum 1 Maret 1949 berhasil merebut kembali Kota Yogyakarta melalui pertempuran selama 6 jam. Keberhasilan ini disebarluaskan melalui jaringan radio AURI ke seluruh tanah air, dan dipancarluaskan ke luar negeri melalui Birma serta diterima pemancar All India Radio hingga akhirnya sampai kepada perwakilan RI di PBB, New York, Amerika Serikat.

Serangan Umum 1 Maret 1949 Yogyakarta ini berhasil membuka mata dunia bahwa yang diberitakan Belanda tentang hancurnya RI dan TNI hanyalah omong kosong. Dengan demikian maka PBB kembali memediasi perundingan RI dan Belanda di Hotel Des Indes Jakarta sebagai perjanjian Roem-Royen.

Peta di atas menggambarkan pembagian wilayah strategi Wehrkreise III dengan 7 Sub Wehrkreise (SWK) dan titik-titik sentral penyerangan Indonesia kepada Belanda di pusat Kota Yogyakarta, serta titik penjagaan Belanda di luar pusat kota.

Sumber:

  • Buku Panduan Museum Perjuangan Yogyakarta Kemendikbud RI tahun 2020.
  • Artikel Kompas.com “Serangan Umum 1 Maret 1949” pada 22 Desember 2020.
  • Artikel Paparan Topik Kompaspedia “Serangan Umum 1 Maret 1949” pada 1 Maret 2021.

Kontributor
Muhammad Fiqi Fadillah

Editor
Slamet JP