Kronologi | Pesawat Kepresidenan

Pesawat Kepresidenan Indonesia dari Masa ke Masa

Sejarah mencatat Indonesia memiliki berbagai jenis pesawat kepresidenan yang diperoleh melalui hibah, sewa, hingga pembelian khusus. Pesawat VVIP ini tak hanya sebagai alat transportasi yang aman dan nyaman bagi RI-1, tapi juga menjadi citra negara.

 

KOMPAS/RIZA FATHONI

Kepresidenan Boeing Business Jet II tiba di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Kamis (10/4/14). Pesawat senilai sekitar Rp 847 miliar itu dirancang untuk lebih mengefektifkan dan mengefisienkan perjalanan dinas kepresidenan. Pesawat ini memiliki kemampuan jelajah maksimal 10.334 kilometer.

i

Pesawat Kepresidenan suatu negara tidak hanya berfungsi sebagai transportasi VVIP namun juga menjadi simbol atau citra kenegaraan. Indonesia sendiri memiliki beberapa pesawat kepresidenan yang cukup membanggakan untuk menunjang lawatan kepala negara ke mancanegara dan pelosok Indonesia.

Awalnya pesawat kepresidenan Indonesia yang dimiliki merupakan hibah dari negara lain seperti Ilyushin Il-14 Avia dari Uni Soviet dan Lockheed C-140 Jetstar bantuan dari Amerika Serikat. Operasi kedua pesawat di bawah Skadron Udara 17 Lanud Halim Perdanakusuma. Seiring berkembangnya penerbangan sipil, penerbangan VVIP mulai dipercayakan kepada Garuda Indonesia dan Pelita Air Service (PAS). Pemerintah menyewa pesawat komersil kedua maskapai tersebut untuk dijadikan pesawat kepresidenan.

Besarnya anggaran yang digunakan untuk menyewa pesawat komersial tersebut, membuat Indonesia perlu memiliki pesawat kepresidenan sendiri. Rencana pengadaan pesawat yang digagas pada era Presiden Abdurrahaman Wahid baru terlaksana pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Padai tahun 2012, Indonesia akhirnya memiliki pesawat kepresidenan sendiri, yakni BBJ-2 yang tahun 2021 warnanya dicat ulang menjadi merah putih.

Era Presiden Soekarno

Oktober 1948
Pesawat DC-3 Dakota menjadi pesawat angkut VVIP (Very Very Important Person) pertama yang dimiliki Indonesia pascakemerdekaan (nomor Registrasi RI-001). Pesawat ini dibeli dengan biaya yang dihimpun dari masyarakat Aceh sebesar 60.000 dollar Singapura. Untuk menghormati jasa masyarakat Aceh, pesawat diberi nama Seulawah. Soekarno sendiri belum pernah naik kabin pesawat ini, hanya Mohammad Hatta ketika berkeliling Sumatera. RI-001 Seulawah juga menjadi cikal bakal terbentuknya Garuda Indonesia sebagai maskapai komersil.

10 Mei 1957
Satu dari dua puluh dua pesawat Ilyushin Il-14 Avia buatan Uni Soviet tiba di Jakarta. Pesawat bermesin ganda baling-baling ini merupakan hadiah dari Uni Soviet kepada Indonesia. Pesawat Il-14 Avia dengan nomor ekor T-401 dijadikan pesawat kepresidenan pertama yang dimiliki Indonesia. Presiden Soekarno memberi nama pesawat tersebut “Dolok Martimbang”, nama yang diambil dari nama gunung di Sumatera Utara. Pesawat Il-14 ini berada di bawah kendalli Skadron Udara 17 yang berbasis di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

24 April 1961
Presiden Soekarno menggunakan pesawat Boeing 707 yang disewa dari penerbangan Amerika Serikat, Pan Am, ketika bertemu Presiden AS John F. Kennedy. Dari hasil kunjungan tersebut, Presiden Kennedy menghadiahi Soekarno tiga buah pesawat Lockheed C-140 Jetstar. Masing-masing diberi nama: Sapta Marga (nomor T-9446, melambangkan hari jadi TNI AU 9 April 1946); Pancasila (nomor T-1645, melambangkan hari lahir Pancasila 1 Juni 1945); dan Irian (nomor T-17845, melambangkan hari kemerdekan RI). Daya tamping maksimal Jetstar C-140 adalah 12 orang. Selanjutnya Pesawat Pancasila dan Saptamarga banyak digunakan sebagai amada VVIP.

Presiden Soekarno juga pernah menyewa pesawat Convair 990 Garuda Indonesia untuk berkunjung ke Korea Utara, Jepang, dan Aljazair.

Baca Juga

https://www.kompas.id/label/pesawat-kepresidenan

https://www.kompas.id/baca/polhuk/2021/08/05/nuansa-merah-putih-yang-diharap-berikan-kebanggaan/

https://www.kompas.id/baca/polhuk/2020/03/01/presiden-jokowi-pesawat-sewaan-dan-virus-korona/

https://www.kompas.id/baca/polhuk/2020/02/29/sewa-garuda-demi-penghematan/

Era Presiden Soeharto

21 November 1972
Pesawat Kepresidenan, Fokker-28 yang dioperasikan Garuda Indonesia digunakan Presiden Soeharto dalam kunjungannya ke Brussel, Beligia. Pesawat Fokker-28 memiliki daya tampung sebanyak 43 kursi.

19 November 1979
Pesawat Boeing 707 milik Pelita Air Service dicarter oleh Presiden Soeharto dan rombongan untuk kunjungan ke Bangladesh. Pesawat ini yang dirancang untuk penerbangan jarak jauh dan mampu melakukan terbang nonstop selama 12 jam.

27 Juni 1986
Pesawat terbang BAE 146-200 buatan British Aerospace yang dipesan Pelita Air Service untuk dijadikan pesawat Kepresidenan, diserahterimakan kepada Indonesia. Pesawat jenis ini berkapasitas antara 80 hingga 100 orang, pesawat ini juga tidak membutuhkan landasan panjang.

22 Febuari 1993
PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) menyerahkan dua heli kepresidenan jenis Super Puma NAS-332 versi VVIP kepada Sekretariat Negara (Setneg). Pesawat itu diserahkan Dirut IPTN BJ Habibie kepada Mensesneg Moerdiono di Skadron 17 Halim Perdanakusuma, Jakarta. Kedua pesawat itu kemudian diserahkan lagi kepada TNI AU.

20 Desember 1993
Pesawat buatan British Aerospace Avro RJ-185 diserahterimakan kepada Pelita Air Service, anak perusahaan Pertamina. Pesawat jet bermesin empat ini diberi nama “Wamena”. Pesawat Wamena ini selanjutnya difungsikan sebagai pesawat kepresidenan mulai tahun 1995.

27 Maret 1997
Pesawat terbang Garuda Indonesia DC-10 digunakan Presiden Soeharto untuk menghadiri menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Kelompok 15 (G-15) di New Delhi, India.

November 1996
Presiden Soeharto menggunakan pesawat kepresidenan MD-11 Garuda Indonesia sewaktu kunjungan kerja ke Yordania dan Myanmar.

Jika berkunjung ke daerah, Soeharto memakai C-130 Hercules TNI Angkatan Udara, Helikopter SA-330 Puma, atau SA 332 Super Puma TNI AU.

Pesawat Pelita Air Service Boeing 707 yang digunakan Presiden Soeharto ke Filipina.

Era Presiden BJ Habibie

18 November 1998
Presiden BJ Habibie menggunakan pesawat Avro RJ-185 Pelita Air Service saat lawatan ke Myanmar untuk menghadiri forum ASEAN

Era Presiden Abdurrahman Wahid

8 April 2000
Pesawat kepresidenan Airbus A 330-300 Garuda Indonesia digunakan Presiden Gus Dur dalam lawatannya ke sejumlah negara seperti Afrika Selatan, Meksiko, Kuba, Hongkong, dan Kanada.

Selain A 330-300 GA, Gus Dur memilih Boeing 707 TNI AD yang dimodifikasi untuk lawatannya ke sejumlah negara. Gus Dur juga sering memakai Boeing Bussiness Jet (BBJ) 737-800.

Era Presiden Megawati Soekarnoputri

September – Oktober 2001
Presiden Megawati Soekarnoputri menggunakan pesawat Airbus 330 GA-01 milik Garuda Indonesia dalam kunjungan kerja resminya ke Amerika Serikat dan Jepang. Pesawat yang sama juga digunakan presiden pada pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC di Shanghai, Cina.

22 Oktober 2022

Presiden Megawati Soekarnoputri menggunakan pesawat kepresidenan Airbus GA 330 untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (Asia Pacific Economic Cooperation/APEC) di Los Cabos, Meksiko. Selain Airbus 330, pesawat yang sering digunakan pada masa Presiden Megawati saat lawatan ke luar negeri adalah MD-11 dan juga RJ-85 PAS.

Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

30 Agustus 2005
Pesawat kepresidenan Garuda Indonesia Boeing 737-400 digunakan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam kunjungan ke Beijing.

10 September 2005
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama rombongan menggunakan pesawat kepresidenan Airbus A 330-341 menuju New York, Amerika Serikat.

29 Juni 2006
Pesawat kepresidenan Fokker 28 TNI AU yang membawa Wakil Presiden Jusuf Kalla dan rombongan mengalami kerusakan pada kaca kokpit saat menuju Bandara Polonia, Medan, dari Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.

22 September 2007
Presiden Yudhoyono menuju New York, Amerika Serikat, untuk menghadiri sidang ke-62 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Presiden tinggal landas dengan Pesawat Kepresidenan Garuda Indonesia A330-341.

11 April 2010
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggunakan pesawat kepresidenan Garuda Indonesia jenis Boeing 737-800 saat berkunjung ke Hanoi, Vietnam untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Ke-16 ASEAN.

9 Maret 2011
Pembelian dua pesawat Boeing 737-400 dari PT Garuda Indonesia oleh TNI Angkatan Udara yang ditandai dengan serah terima pada awal Maret 2011 dinilai melanggar prosedur. Kedua pesawat itu akan dioperasikan menjadi pesawat angkut militer VVIP di Halim Perdanakusuma. Pesawat ini juga akan menjadi cadangan pesawat kepresidenan.

Selain pesawat kepresidenan jenis Airbus A330 dengan variannya sering dipakai, presdien dan wakil presiden juga masih menggunakan pesawat kepresidenan yang lama seperti BAe RJ-85 yang sering dipakai wapres, dan juga Fokker 100.

10 April 2014
Pesawat Kepresidenan yang dibeli Indonesia tiba di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Pesawat jenis Boeing 737-800 Business Jet 2 (BBJE 2) ini memiliki dua mesin CFM56-7. Pesawat buatan tahun 2013 ini dibeli  dengan harga 820 miliar.

Era Presiden Joko Widodo

2014-kini
Presien Joko Widodo menggunakan pesawat kepresidenan BBJ 737-800 saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi APEC di Beijing, Tiongkok.

14 Desember 2014
Presiden Joko Widodo menggunakan pesawat CN 295M milik TNI AU saat mengunjungi bencana tanah longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah.

Hingga Agustus 2021, pesawat kepresidenan BBJ 737-800 masih menjadi armada udara utama yang pakai RI-1 atau RI-2 baik kunjungan dalam dan luar negeri.

Referensi

Arsip Kompas
  • “Menerbangkan Presiden”, Majalah Angkasa, 12 September 1998, hal. 7
  • “Pesawat BAE 146-200 Diserahkan”, Kompas, 01 Juli 1986, hal. 5
  • “Dua Heli Kepresidenan dari IPTN untuk Setneg”, Kompas, 23 Febuari 1993, hal. 1
  • “Pesawat RI-003: Dibeli dengan Emas Rakyat Sumbar”, Kompas, 19 Juni 1995, hal. 1
  • “RI-001 Seulawah: Pesawat Sumbangan Masyarakat Aceh”, Kompas, 30 Juni 1995, hal. 1
  • “Presiden Soekarno Pernah Punya ‘Air Force One'”. Kompas, 08 September 2000, hal. 36
  • “Pesawat Kepresidenan: Kaca Kokpit Retak, Wapres Pindah Pesawat”, Kompas, 30 Juni 2006, hal. 3
  • “Pesawat Kepresidenan: Saat Kelayakan, Keamanan, dan Efisiensi Tak Lagi Didapat”. Kompas, 11 Juli 2006, hal. 4
  • “Pesawat Kepresidenan untuk Presiden Baru”. Kompas, 11 April 2014, hal. 1
  • “Presiden Jokowi, Pesawat Sewaan, dan Virus Korona”. Kompas, 1 Maret 2020. hal. 2