Kronologi | Hari Buku Sedunia

Perayaan Hari Buku Sedunia

Hari Buku dan Hari Hak Cipta Sedunia diperingati setiap 23 April. Peringatan ini berawal sebagai penghormatan sang penulis buku terkemuka seperti William Shakespeare, Miguel de Cervantes, dan Inca Garcilaso de la Vega yang meninggal pada tanggal tersebut. Kini, Hari Buku Sedunia menjadi gerakan untuk mempromosikan kenikmatan membaca buku untuk meningkatkan literasi masyarakat.

KOMPAS/PRIYOMBODO

Siswa SD Muhammadiyah 11, Jakarta Timur, mengerjakan tugas sekolah dari buku koleksi Perpustakaan Nasional di Jakarta (18/2/2020). Murid SD Negeri Watumbaka, Kecamatan Pandawai, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, membaca buku saat menunggu guru.

Kehadiran buku diawali dengan munculnya tablet tanah sebagai tonggak alfabet untuk membaca. Namun, Hari Buku Sedunia ditetapkan oleh United Nations Educational, Secientific and Cultural Organization (UNESCO) dan diperingati pada 23 April 1995. Tanggal 23 April dipilih sebagai hari buku, sebab beberapa penulis buku terkenal seperti William Shakespeare, Miguel de Cervantes dan Inca Garcilaso de la Vega meninggal pada tanggal tersebut.

Awalnya penulis Valencia Vicente Clavel Andres memiliki gagasan tentang Hari Buku Sedunia. Valencia menyarankan hari peringatan ditetapkan sesuai hari yang dihormati oleh penulis Miguel de Cervant, seorang novelis dan penyair dari Spanyol. Tanggal yang disarankan, yakni hari ulang tahun Miguel yang jatuh di tanggal 7 Oktober, atau hari kematiannya 23 April.

Tanggal kematian Miguel memiliki kesamaan dengan tanggal kematian William Shakespeare dan Inca Garcilaso de la Vega. Akhirnya, tanggal kematian mereka yang dipilih sebagai hari buku. Ternyata pada 23 April terdapat juga beberapa penulis terkenal yang meninggal, yakni William Wordsworth dan David Halberstam.

Hak Cipta Sedunia juga diperingati serentak bersama Hari Buku. Sehingga, peringatan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia merupakan sebuah bentuk untuk mempromosikan kenikmatan buku dan membaca buku karya penulis asli, bukan buku bajakan. Tanggal 23 April menjadi momentum untuk memberikan penghormatan kepada buku dan penulis yang telah menginspirasi banyak hal.

Dengan memperingati Hari Buku Sedunia, literasi masyarakat dunia diharapkan semakin meningkat. UNESCO memeriahkan peringatan ini dengan membagikan kutipan, puisi, dan pesan setiap tanggal 1 hingga 23 April. Hal tesebut dilakukan untuk meningkatkan rasa kebersamaan dan pengetahuan pembaca di seluruh dunia.

Peringatan Hari Buku Sedunia pada 23 April tidak secara serentak dirayakan di semua negara, seperti Inggris, Swedia, dan Irlandia yang merayakan Hari Buku Dunia pada tanggal berbeda. Namun,upaya untuk mendorong semua orang agar membaca buku tak pernah padam.

Hari Buku Sedunia

3500 SM

Tablet tanah liat nonkertas pertama hadir di bangsa Sumeria untuk mengukir alfabet mereka.

858 A.D.

Muncul buku cetakan pertama yang sudah tertulis karakter menggunakan balok kayu di Cina.

1935

Perusahaan penerbitan Penguin menerbitkan sepuluh buku dalam bentuk paperback yang dijual di toko-toko.

23 April 1995

UNESCO menetapkan Hari Buku dan Hari Hak Cipta Sedunia berdasarkan tanggal kematian penulis terkenal seperti William Shakespeare, Miguel de Cervantes, dan Inca Garcilaso de la Vega pada saat Konferensi Umum di Paris, Perancis.

1997

  • Hari Buku Sedunia pertama di Inggris dan Irlandia berlangsung untuk mendorong kaum muda menemukan kesenangan dalam membaca.
  • Semakin majunya teknologi membaca tidak hanya dalam buku, perusahaan teknologi E Ink Corporation mengembangkan kertas elektronik. Kemudian, tablet membaca Kindle dirilis yang mempunyai kapasitas untuk menyimpan ribuan buku secara digital.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Murid-murid TK Al-Azhar Syifa Budi, Jatibening, Bekasi, Jawa Barat, berkunjung ke Perpustakaan Daerah Provinsi DKI Jakarta, Cikini, Jakarta Pusat (17/10/2018). Kunjungan ini bertujuan untuk mengenalkan buku dan menumbuhkan semangat membaca sejak dini.

Ibu Kota Hari Buku Sedunia

Setelah peluncuran Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia pada 23 April 1995, organisasi profesional buku memiliki ide, menginspirasi kota Madrid untuk menominasikan program kota terbaik yang bertujuan mempromosikan buku selama periode antara satu “Hari Buku” dan berikutnya.

Pada 2 November 2001, Konferensi Umum UNESCO memutuskan Organisasi akan memberikan dukungan moral dan intelektual untuk ibu kota Buku Dunia (World Book Capital) selama satu tahun untuk mempertahankan perayaan buku dan membaca, dengan mengundang organisasi profesional internasional untuk bekerja sama dalam pelaksanaanya. Keputusan tersebut berawal dari usulan Spanyol yang didukung oleh banyak negara lain.

Penentuan ibu kota Buku Dunia dilakukan oleh Komite Penasihat (dibentuk dari IPA, IAF, IFLA dan UNESCO) yang bertemu sekali setiap tahun. Komite membuat daftar pendek dari tiga kandidat dan merekomendasikan pemenang kepada Direktur Jenderal UNESCO. Adanya gelar ibu kota Buku Dunia yang berfungsi sebagai pengakuan simbolis yang efektif bagi kota pemenang dalam hal komunikasi dan promosi.

Ibukota Buku Dunia UNESCO pertama yang ditunjuk adalah Madrid (Spanyol) pada tahun 2001. Berikut daftar Negara yang pernah ditunjuk sebagai ibu kota Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia:

  • 2001 – Madrid – Ibu kota Spanyol berinisiatif dengan manifestasi pertamanya seperti gunung buku di sekitar Puerta de Alcalá.
  • 2002 – Alexandria – Alexandria membuka kembali perpustakaan kuno yang terkenal dan mempersembahkan perpustakaan baru yang merupakan proyek besar pada saaat itu..
  • 2003 – New Delhi – New Delhi berinisiatif menciptakan rumah bagi jumlah penerbit terbesar di India, meluncurkan program untuk mempromosikan penerbitan yang terkait dengan semua asosiasi profesional dan aktor politik dan sosial yang peduli dengan buku, termasuk pelayanan pemerintah.
  • 2004 – Antwerpen – Kota ini terpilih berkat programnya yang mencakup begitu banyak subjek (promosi, penjualan, layanan, pemuda, profesi buku, keragaman budaya, dan minoritas budaya perkotaan.
  • 2005 – Montreal – Program Montreal memiliki cakupan internasional, terdiri dari serangkaian bidang studi yang dilaksanakan lewat kerja sama dan komitmen dari semua pelaku dalam rantai buku kota.
  • 2006 – Turin – Turin membuat inovasi sebuah program yang bekerja sama dengan kota kedua. Dalam hal ini, Roma membuat program promosi buku internasional sebagai back-up Turin yang sudah sangat variatif dan profesional.
  • 2007 – Bogotá – Bogota membuat program yang mencakup kegiatan kreatif untuk mempromosikan membaca, yang melibatkan semua pemangku kepentingan publik dan swasta lokal di sektor buku.
  • 2008 – Amsterdam – Amsterdam dipilih karena kualitas, keragaman dan aspek internasional dari programnya. Fokus pada kebebasan berekspresi juga diapresiasi.
  • 2009 – Beirut – Beirut terpilih karena fokusnya pada keragaman budaya, dialog dan toleransi, dan berkat programnya yang beragam dan merangsang.
  • 2010 – Ljubljana – Ljubljana dipilih karena kualitas penerapannya serta programnya yang beragam dan lengkap, didukung secara luas dan antusias oleh semua pemain yang terlibat dalam industri buku (penerbit, toko buku, dan perpustakaan).
  • 2011 – Buenos Aires – Buenos Aires dinominasikan karena strategi konsolidasi yang mendukung program tersebut, serta kualitas dan keragaman berkas pencalonannya.
  • 2012 – Yerevan – Yerevan dinominasikan karena kualitas dan variasi dari program akar rumput yang rinci, realistis, berfokus pada isu-isu universal dan menghubungkan semua aspek dan pelaku rantai buku.
  • 2013 – Bangkok – Bangkok dinominasikan karena kesediaannya untuk menyatukan semua pemangku kepentingan rantai buku dan sekitarnya, untuk program yang berfokus pada komunitas, dan komitmen tingkat tinggi melalui kegiatan yang diusulkan.
  • 2014 – Port Harcourt – Port Harcourt dinominasikan karena kualitas programnya, khususnya fokusnya pada kaum muda, dan dampaknya terhadap peningkatan budaya buku, membaca, menulis, dan penerbitan Nigeria untuk meningkatkan tingkat melek huruf.
  • 2015 – Incheon – Incheon dinominasikan karena kualitas programnya, dan dampaknya terhadap peningkatan integrasi yang baik dari semua pemangku kepentingan dalam promosi buku dan bacaan, akses ke buku dan tulisan dalam semua format kepada warga Incheon dan Semenanjung Korea.
  • 2016 – Wroclaw – Wroclaw ditunjuk karena kualitas programnya dan terutama fokus pada keterlibatan masyarakat akar rumput.
  • 2017 – Conakry – Pemerintah Guinea mengakui bahwa pendidikan dan membaca untuk kesenangan adalah pendorong perubahan dan kemajuan sosial, tetapi ini tidak dapat dicapai tanpa penyebaran buku ke publik seluas mungkin. UNESCO mendorong upaya tersebut dengan menetapkan Conakry, ibukota dari Guinea, sebagai ibukota Hari Buku dunia tahun 2017.
  • 2018 – Athena – Program yang diajukan adalah untuk membangun masyarakat pengetahuan dengan membuat buku dapat diakses oleh seluruh penduduk kota, termasuk migran dan pengungsi dan melibatkan di dalamnya seluruh industri buku.
  • 2019 – Sharjah – Kota ini dipilih karena sifat aplikasi yang sangat inovatif, komprehensif, dan inklusif, dengan program kegiatan yang berfokus pada komunitas, berisi proposal kreatif untuk melibatkan populasi migran yang sangat besar. Tujuan kota ini adalah untuk menumbuhkan budaya membaca di Uni Emirat Arab dan melahirkan inisiatif baru untuk memenuhi tantangan penciptaan sastra di wilayah tersebut dan di seluruh dunia Arab.
  • 2020 – Kuala Lumpur – Kota ini dipilih karena fokus yang kuat pada pendidikan inklusif, pengembangan masyarakat berbasis pengetahuan dan bacaan yang dapat diakses untuk semua bagian populasi kota.
  • 2021 – Tbilisi – Kota ini dipilih karena membuat aplikasi yang mengiringi slogan “Jadi buku Anda berikutnya adalah…?“. Program ini berfokus pada penggunaan teknologi modern sebagai alat yang ampuh untuk mempromosikan membaca di kalangan anak muda.
  • 2022 – Guadalajara – Kota ini dipilih karena rencana komprehensifnya untuk kebijakan seputar buku demi memicu perubahan sosial, memerangi kekerasan, dan membangun budaya damai.

Referensi

Arsip Kompas
  • “Memperingati Hari Buku Sedunia”, Kompas, 23 April 2013, hlm.3.
  • “Hari Buku Sedunia: Distribusi Buku ke Luar Jawa Masih Sulit”, Kompas, 22 April 2009, hlm. 12.
  • “Hobi: World Book Day: Berteman dengan Buku”, Kompas, 10 Maret 2006, hlm. 57.