Kronologi | HUT DKI Jakarta

Pekan Raya Jakarta dalam Lintasan Zaman

Pertama kali Pekan Raya Jakarta diadakan pada 1968, beriringan dengan peringatan Hari Ulang Tahun ke-441 Kota Jakarta. Dengan luas 7,2 hektare kala itu, PRJ diharapkan dapat menjadi suatu pameran besar yang terpusat dan berlangsung dalam waktu yang lama. Meski sempat vakum selama dua tahun karena pandemi covid-19, PRJ kembali bergeliat untuk menyambut Ulang Tahun Jakarta ke-495.

KOMPAS/JIMMY WP

“Ngebut dapat mengakibatkan maut” dan “Jadilah Pengemudi yang Sopan” demikian antara lain kata-kata yang terpampang di slide berwarna Dispen Polri Mabak di arena Pekan Raya Jakarta sebelah Timur.

Cikal bakal Pekan Raya Jakarta (PRJ) adalah DF yang merupakan singkatan dari Djakarta Fair (ejaan lama). PRJ pertama kali diadakan pada 1968 beriringan dengan peringatan Hari Ulang Tahun Ke-441 Kota Jakarta. Kala itu perhelatan yang diadakan di bagian selatan lapangan Monas menghabiskan biaya lebih dari Rp45 juta, dengan dana sebagian dari judi massal Hwa Hwe. Luas area PRJ sekitar 7,2 hektare.

Pada Harian Kompas, 17 Juni 1968, mencatat bahwa pembukaan Pekan Raya Jakarta (PRJ) pertama yang diadakan pada 5 Juni hingga 20 Juli 1968 dilakukan oleh  Presiden Soeharto dengan melepas merpati pos setelah hujan mengguyur Jakarta. Saat itu, para undangan harus rela berjalan di tanah yang becek dan berlumpur.

Munculnya PRJ pertama kali diprakarsai oleh Syamsudin Mangan yang lebih dikenal dengan nama Haji Mangan, yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua KADIN (Kamar Dagang dan Industri). Syamsudin Mangan mengusulkan suatu ajang pameran besar untuk meningkatkan pemasaran produksi dalam negeri yang kala itu sedang mulai bangkit pasca-G30S/1965 kepada Gubernur DKI, Ali Sadikin atau yang lebih dikenal oleh Bang Ali pada tahun 1967.

Syamsudin Mangan terinspirasi dari berbagai acara pameran internasional yang sering diikutinya. Gagasan atau ide ini disambut baik oleh Pemerintah DKI, karena kala itu Pemerintah DKI juga ingin membuat suatu pameran besar yang terpusat dan berlangsung dalam waktu yang lama.

Tujuan adanya PRJ oleh Pemerintah DKI kala itu agar menyatukan berbagai pasar malam yang menyebar di sejumlah wilayah Jakarta. Insipirasi adanya PRJ ini juga berasal dari Pasar Malam Gambir yang tiap tahun berlangsung di bekas Lapangan Ikada (kini kawasan Monas), pameran yang diklaim sebagai “pameran terbesar” ini.

Jejak pasar malam di Indonesia ada sejak awal abad ke-20, saat Gubernur Jenderal AWF Idenburg merintis adanya pameran pertama dan terbesar yang bernama Tentoonstelling di Semarang tahun 1914.

Pameran tersebut diadakan sebagai peringatan seabad kembalinya kedaulatan Belanda pada tahun 1913 serta jatuhnya kembali Hindia Belanda dari tangan Inggris ke Belanda. Dalam pameran itu juga memiliki nilai ekonomis karena mengusung produksi perkebunan tanaman ekspor di Jawa, seperti tembakau, kopi, teh, gula, karet, serta barang hasil kerajinan tangandan industri pabrikan.

Semenjak saat itu pasar malam kemudian berkembang di Pulau Jawa dengan beragam pasar rakyat yang mengangkat seni, budaya, dan aneka produk barang dan makanan khas yang menjadi ikon daerah.

Dengan mengusung tujuan untuk menyatukan berbagai pasar malam yang menyebar di sejumlah wilayah Jakarta, Pemerintah DKI membuat gebrakan untuk membentuk panitia sementara yang dipercayakan kepada Kamar Dagang dan Industri (Kadin) dan dipimpin oleh Haji Mangan.

Secara resmi Pemerintah DKI mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) No. 8 tahun 1968 yang menetapkan bahwa PRJ akan menjadi agenda tetap tahunan dan diselenggarakan menjelang Hari Ulang Tahun Jakarta yang dirayakan setiap tanggal 22 Juni.

Dalam perkembangannya, kegiatan itu menjadi ladang bisnis baru sekaligus promosi bagi korporasi raksasa dari dalam dan luar negeri. Nuansanya pun berubah, bukan sekadar pasar malam yang ramai dengan hiburan dan pasar rakyat, Jakarta Fair menjadi semakin mewah dan megah.

Berikut Kronologi berlangsungnya Pekan Raya Jakarta hingga kini:

Pekan Raya Jakarta dari Masa ke Masa

1967

Gagasan Syamsudin Mangan agar diadakan ajang pameran besar untuk meningkatkan pemasaran produksi dalam negeri. Ide tersebut disambut baik oleh Gubernur Jakarta, Ali Sadikin.

1968

Pekan Raya Jakarta (PRJ) digelar pertama kali di Kawasan Monas tanggal 5 Juni hingga 20 Juli tahun 1968 dan dibuka oleh Presiden Soeharto dengan melepas merpati pos.

1969

Berdiri Yayasan Penyelenggara Pameran dan Pekan Raya Jakarta sebagai badan pengelola PRJ. Berdasarkan Perda No. 8/1968 tersebut tugas yayasan ini bukan hanya menyelenggarakan PRJ, tetapi juga sebagai penyelenggara Arena promosi dan Hiburan Jakarta (APHJ) yang dijadwalkan berlangsung sepanjang tahun. Tahun ini menjadi penyelenggaraan PRJ terlama, yakni selama 71 hari dengan jumlah pengunjung 3.069.762 orang.

PRJ juga mendapat kunjungan kehormatan dari Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon dan pejabat-pejabat lainnya dari negara sahabat.

1970

PRJ semakin perhatian 11 negara sahabat dengan mendaftarkan dirinya sebagai peserta.

1971

Negara-negara tetangga yang tergabung dalam ASEAN ikut ambil peranan sebagai peserta di paviliun ASEAN.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Magnet Wisata Warga Ibukota. Even Jakarta Fair 2017 di JI Expo Kemayoran, Jakarta masih relatif ramai setelah Lebaran, Rabu (5/7). Wisata belanja dan hiburan masih menjadi magnet Jakarta Fair yang menarik warga ibukota.

1972

Ratu Negara Belanda H.M Koningin Juliana beserta Prins Bernhard mengunjungi PRJ.

PRJ mengajukan permohonan untuk menjadi anggota Perhimpunan Pekan-pekan Raya Internasional atau UFI (Union des Foires International) yang berbasis di Paris.

1974

PRJ diterima sebagai anggota baru UFI.

1989

Rencana pemindahan PRJ dari lapangan Monas ke area bekas Bandara Kemayoran mulai dilaksanakan. Pertimbangannya pemindahan ini karena lapangan Monas harus dikembalikan pada fungsinya sebagai ”paru-paru” kota dan diperlukan lahan yang lebih luas sesuai perkembangan PRJ.

1992

Presiden Soeharto kembali membuka PRJ yang pertama kali diadakan di Kemayoran. PRJ di Kemayoran memiliki luas dengan luas 44 hektare.

2020-2021

PRJ tidak diselenggarakan dampak adanya pandemi Covid-19.

2022

PRJ mulai diadakan kembali hadir 9 Juni — 17 Juli 2022 dengan berisi pameran seni, aneka kuliner, wahana pasar malam, bazar pakaian dan barang-barang, karnaval, hingga festival musik.

Referensi

Arsip Kompas
  • “Pekan Raya Jakarta Dari Masa ke Masa”. Kompas, 10 Juli 2008, hlm.8.
  • “Tradisi untuk HUT Kota Jakarta”. Kompas, 7 Juni 2018, hlm. 15.
  • “Pasar Malam dan Wajah Bisnis Metropolitan”. Kompas, 3 Juli 2006, hlm. 26.
Buku

Pekan Raya Jakarta 1978 = 11th the Jakarta Fair (1978). Penyelenggara Pameran & Pekan Raya Jakarta.