Kapal Selam Pasopati
Kapal selam Pasopati, salah satu kapal selam milik TNI-AL ikut muncul bersama beberapa kapal perang lainnya pada Hari Armada, 5 Desember 1975 di Surabaya.
Foto: Kompas/Purnama Kusumaningrat
Perjalanan kapal selam Indonesia dimulai saat para awak kapal Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Indonesia mengenyam pendidikan dan pelatihan di Uni Soviet pada tahun 1958 selama 9 bulan. Hubungan manis ini berlanjut dengan pembelian dua kapal selam pada tahun 1959 berjenis Whiskey-Class (W Class).
Jumlah kapal selam meningkat drastis pada tahun 1962 dengan tambahan 10 unit kapal selam jenis W Class. Penambahan ini bertepatan dengan upaya Pemerintah Republik Indonesia membebaskan Irian Barat. Salah satu kisah heroiknya, kapal selam RI Tjandrasa berhasil menyusupkan 15 pasukan komando ke Irian Barat yang masih dikuasai Belanda.
Korps Hiu Kencana, korps dalam TNI AL yang menangani kapal selam, juga berhasil menjaga perairan Indonesia dari ancaman kapal Inggris saat hubungan Indonesia dan Malaysia memanas. Selama satu tahun penuh sepanjang tahun 1964, sejumlah operasi dilakukan untuk menjaga laut Indonesia.
Cerita kejayaan kapal selam Indonesia terpaksa berakhir setelah hubungan Indonesia dan Uni Soviet menurun signifikan setelah era orde baru. Pada tahun 1967-1970, operasional kapal selam, terganggu akibat kurangnya suku cadang. Agar tetap beroperasi, terpaksa dilakukan kanibalisme onderdil sehingga sejumlah kapal selam harus dikorbankan.
Setelah melakukan berbagai upaya darurat, Pemerintah Indonesia memutuskan membeli kapal selam Jerman tipe U-209 pada tahun 1977. Kapal tersebut baru tiba di Indonesia pada tahun 1981 yang diseberangkan langsung oleh awak kapal Indonesia dari Jerman dalam perjalanan menegangkan selama dua bulan. Dua kapal tersebut bernama KRI Cakra dan KRI Nanggala.
Dua kapal tersebut menjadi tulang punggung kapal selam Indonesia selama puluhan tahun. Sejumlah upaya pengadaan kapal selam mengalami kendala. Asa kebangkitan kapal selam muncul saat penandatanganan kontrak pengadaan tiga kapal selam baru antara Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) dan Kementerian Pertahanan.
Kapal selam pertama KRI Nagapasa-403 tiba pada tahun 2017, sementara kapal selam kedua KRI Ardadedali-404 tiba pada tahun 2018. Khusus kapal selam ketiga KRI Alugoro-405 dirakit di galangan kapal milik PT PAL di Surabaya, Jawa Timur. Kapal selam ini selesai pada tahun 2019 dan menjadi tonggak bersejarah lahirnya kapal selam karya anak bangsa.
Namun lahirnya KRI Alugoro-405 yang diresmikan pada 6 April 2021 disusul oleh kabar duka. KRI Nanggala-402 tenggelam dan ditemukan di kedalaman 838 meter di bawah laut pada 25 April 2021. Seluruh 53 awak kapal dinyatakan gugur ketika menjalankan tugas negara.
KEJAYAAN KAPAL SELAM INDONESIA
5 Agustus 1958
Sebanyak 2 kelompok calon anak buah kapal (ABK) ALRI, dengan jumlah anggota per kelompok 56 orang, diberangkatkan dari Ujung Surabaya ke Yugoslavia. Mereka dilatih oleh Angkatan Laut Uni Soviet menggunakan kapal selam yang berpangkalan di Polandia.
7 September 1959
Dua buah kapal selam Uni Soviet yang dibeli dengan uang rakyat, merapat di Dermaga Kapal Selam Ujung Surabaya.
12 September 1959
Indonesia memiliki kapal selam pertama. Kepala Staf Angkatan Laut Republik Indonesia Kolonel R.E. Martadinata menerima penyerahan dua buah kapal selam berjenis Whiskey-Class (W Class) dari Uni Soviet di Ujung Surabaya. Dua kapal ini diberi nama RI Tjakra dan RI Nanggala. Tanggal ini menjadi Hari Kapal Selam Angkatan Laut Republik Indonesia sekaligus menjadi hari lahirnya Korps Hiu Kencana, korps dalam TNI AL yang menangani kapal selam.
16 Januari 1960-4 Maret 1960
Operasi “Nanggala” berlangsung dengan tugas menghancurkan penyelundupan senjata dari laut untuk sisa pemberontak DI/TII di Aceh. Pengintaian ini dilakukan oleh RI Nanggala di sepanjang pantai Sumatera bagian Utara. Operasi ini berhasil memutus rantai logistik pemberontak.
11 Februari 1960-24 Maret 1960
Bertambahnya kekuatan Belanda di Irian Barat memberi angin baru bagi pemberontak RMS yang ditumpas pada akhir tahun 1950. Operasi “Tjakra” dilakukan untuk menghancurkan penyelundupan senjata dan respon melawan kapal-kapal selam Belanda yang mencoba memasuki perairan Indoonesia.
13 Mei 1960-18 Mei 1963
Ketegangan antara Indonesia dan Belanda dalam konflik pembebasan Irian Barat mendorong sejumlah operasi kapal selam untuk melawan intimidasi Belanda. Pada tahun 1962 TNI AL memperoleh 10 kapal selam dari Rusia jenis W Class. Pada masa ini Indonesia memiliki 12 kapal selam dan merupakan yang terkuat di Asia Tenggara.
Salah satu operasi yang menjadi titik balik keberhasilan merebut Irian Barat adalah Operasi “Tjakra II” yang berhasil mendaratkan pasukan khusus Resimen Para komando Angkatan Darat (RPKAD) dengan kapal selam RI Tjandrasa ke Teluk Tanah Merah, Irian Barat. Pasukan RPKAD yang terdiri dari 15 orang bertugas membina hubungan dengan masyarakat pro-Indonesia secara diam-diam, dan membentuk sel-sel bagi pemerintahan sementara Irian Barat.
1964
Terbentuknya Negara Federasi Malaysia yang dianggap sebagai bentuk neokolonialisme Inggris, memicu ketegangan ketegangan antara Indonesia dengan Malaysia. Patroli sepanjang tahun penuh dalam Operasi “Ganyang Malaysia” dilakukan oleh kapal selam secara bergiliran di Selat Sumatera, Selat Karimata, dan Laut Cina Selatan. Patroli untuk mengantisipasi serangan dari Inggris juga dilakukan dalam Operasi “Kangguru” di Samudera Indonesia bagian Timur, dan Operasi “Tjegat” di Selat Sunda dan Selat Lombok.
PUDARNYA KEJAYAAN KAPAL SELAM INDONESIA
1967-1970
Kegiatan operasi kapal selam Indonesia terganggu akibat kekurangan suku cadang. Pada masa ini hubungan Indonesia dengan Uni Soviet menurun signifikan. Agar kapal selam tetap berfungsi dilakukan “kanibalisasi” suku cadang sehingga beberapa kapal selam terpaksa harus mengakhiri tugasnya.
1972-1973
Laksamana Sudomo merintis perbaikan kapal selam milik TNI AL yang rusak dengan mengusahakan pembelian peralatan-peralatan utama dari Inggris. Pembelian ini baru terlaksana pada tahun 1973. Pada tahun 1973 sebutan depan kapal-kapal perang Armada RI diganti menjadi KRI yakni Kapal RI. Sebutan ALRI untuk Angkatan Laut RI diganti menjadi TNI Angkatan Laut atau TNI AL.
23 Maret 1974
TNI AL berencana menghidupkan dua dari sepuluh kapal selam bekas Rusia yang rusak karena kurangnya onderdil.
Agustus 1974
Penataran TNI AL di Surabaya berhasil memperbarui Kapal Selam KRI Pasopati. Untuk mengoperasikan kembali kapal selam tersebut dibutuhkan 200 buah aki (baterai) dengan berat berton-ton. Perbaikan kapal selam ini menjadi jalan untuk memperbarui kapal-kapal selam lainnya.
November 1975
Penandatangan kerjasama antara Penataran TNI AL dan Lembaga Kimia Nasional sebagai langkah awal untuk menghasilkan baterai kapal selam sendiri.
1976
Terjadi perpecahan di Timor-Timur antara kelompok yang ingin berintegrasi dengan Republik Indonesia dengan kelompok yang ingin merdeka. Kapal Selam KRI Pasopati ditugaskan untuk mengamankan perairan Timor-Timur dari penyelundupan senjata dan ancaman asing dari laut melalui Operasi “Seroja”.
2 Februari 1977
Pemerintah Jerman menyetujui pinjaman 625 juta dollar AS untuk pembelian alat militer kepada Pemerintah Indonesia, di antaranya dua kapal selam senilai 100 juta dollar AS. Kapal selam yang dibeli oleh Pemerintah Republik Indonesia bertipe U-209.
19 Maret 1981-4 Juli 1981
Kapal selam tipe U-209 pertama yang dipesan untuk menggantikan kapal-kapal selam Whiskey Class selesai dibangun di galangan kapal Howaldtswerke Deutsche Werft (HDW) di Kiel, Jerman. Kapal selam ini diberi nama KRI Cakra dan diserahkan pada 19 Maret 1981. Setelah melakukan serangkaian uji coba di laut, KRI Cakra diseberangkan oleh awak kapal Indonesia ke Jakarta melalui Operasi “Cakra” yang dikomandoi oleh Kolonel AL Soebiyanto. (6 Mei 1981-4 Juli 1981).
6 Juli 1981-8 Oktober 1981
Kapal selam tipe U-209 yang kedua selesai dibangun dan diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia pada 6 Juli 1981. Setelah uji coba, KRI Nanggala diseberangkan dari Jerman ke Indonesia selama pelayaran dua bulan dalam Operasi “Nanggala” yang dipimpin oleh Letkol Laut Armand Aksyah (6 Agustus 1981-8 Oktober 1981).
17 April 1997
Untuk melengkapi alat utama sistem persenjataannya, jajaran TNI AL berencana membeli lima kapal selam jenis U-206 eks Jerman Timur. Kapal selam in memiliki ukuran lebih kecil dibanding kapal selam berjenis U-209 yang telah dibeli sebelumnya. Namun pembelian kapal selam ini urung dilaksanakan.
27 Juni 1998
Eks kapal selam KRI Pasopati bernomor lambung 410, milik TNI AL, diresmikan menjadi Monumen Kapal Selam (Monkansel) Pasopati oleh KSAL Laksamana Arief Kushariadi di Surabaya. Pembangunan monumen yang dimulai sejak Juli 1995 ini sempat terkendala terutama masalah pendanaan akibat krisis moneter. Kapal buatan tahun 1952 ini dipilih karena sudah purnatugas pada tahun 1994, dan merupakan kapal selam paling besar, paling lengkap, dan punya catatan sejarah panjang.
UPAYA MENGEMBALIKAN KEJAYAAN KAPAL SELAM INDONESIA
2005-2006
Kapal selam KRI 401 Cakra diperbaiki total di Korea Selatan. KRI 406 Cakra mulai beroperasi kembali Februari 2006.
25 Juli 2007
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Roh Moo-hyun sepakat meningkatkan kerja sama pertahanan Indonesia dan Korea Selatan. Kerjasama tersebut berupa riset dan pengembangan teknologi, investasi, pelatihan, edukasi, dan produksi secara bersama- sama alat pertahanan termasuk kapal selam.
10 Agustus 2009
Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno memastikan Armada TNI AL mendapatkan tambahan peralatan utama sistem persenjataan berupa kapal selam sebanyak dua unit. Pengadaan dua kapal selam tersebut dibiayai fasilitas kredit ekspor senilai 700 juta dollar Amerika Serikat, yang diperoleh dari fasilitas pinjaman luar negeri di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2004-2009. Dua negara produsen kapal selam yang sudah ditetapkan adalah Korea Selatan dan Rusia.
25 Agustus 2010
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan, Indonesia akan membangun kapal selam sendiri setelah PT PAL Surabaya mengembangkan kapal perang jenis fregat kelas La Fayette.
20 Desember 2011
Penandatanganan kontrak pengadaan tiga kapal selam baru antara Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering dan Kementerian Pertahanan. Kontrak senilai 1,07 miliar dollar AS itu untuk tiga kapal selam kelas 209 diesel-electric.
2 Agustus 2017
Penamaan dan serah terima kapal selam KRI Nagapasa 403 dari Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Co Ltd, di dermaga Okpo, Korea Selatan. Serah terima Nagapasa 403 itu dilakukan CEO & Presiden DSME Jung Song-leep dan Menhan Ryamizard Ryacudu. KRI Nagapasa 403 adalah kapal selam pertama yang diterima Indonesia dari tiga kapal selam yang dipesan.
28 Agustus 2017
KRI Nagapasa-403 tiba di Dermaga Korps Hiu Kencana Satuan Kapal Selam Komando Armada RI Kawasan Timur, Surabaya, Jawa Timur, setelah berlayar dua pekan dari galangan pembuatan di Korea Selatan. Kapal selam KRI Nagapasa-403 memiliki panjang 61,3 meter dengan kecepatan sekitar 21 knot di bawah air. Kapal selam ini mampu berlayar lebih dari 50 hari dan menampung 40 kru untuk menunjang fungsi. Kapal selam ini juga dipersenjatai torpedo dengan fasilitas delapan tabung peluncur. Kapal ini dibeli dengan harga Rp 4,7 triliun.
17 Mei 2018
Kapal selam KRI Ardadedali-404 tiba dari Korea Selatan di pangkalan Komando Armada II di Surabaya, Jawa Timur. KRI Ardadedali-404 merupakan kapal kedua setelah KRI Nagapasa-403 pesanan Indonesia yang diproduksi DSME Korea Selatan.
11 April 2019
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu meluncurkan KRI Alugoro-405 di Dermaga Fasilitas Kapal Selam PT PAL di Surabaya, Jawa Timur. Kapal tersebut merupakan produk pertama rakitan PT PAL dan Korsel yang dirakit di galangan kapal milik PT PAL di Surabaya, Jawa Timur. KRI Alugoro merupakan kapal selam ketiga dari batch pertama kerja sama pembangunan kapal selam antara PT PAL dengan DSME.
6 April 2021
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto meresmikan sekaligus mengukuhkan Komandan KRI Alugoro-405 yang akan dioperasikan di jajaran Komando Armada II di Dermaga Faslabuh Selat Lampa Pangkalan TNI AL Ranai, Natuna, Kepulauan Riau.
TRAGEDI NANGGALA-402
21 April 2021
Kapal selam KRI Nanggala-402 hilang di perairan sisi utara Bali. Kapal yang dikomandoi oleh Letkol Laut (P) Heri Octavian itu berisi 53 awak kapal. Mereka terdiri dari 49 anak buah kapal, 1 komandan satuan, dan 3 personel arsenal.
22 April 2021
Tim pencari menemukan tumpahan minyak yang diduga berasal dari KRI Nanggala. lima KRI dan satu helikopter Panther HS 4211 terus mencari keberadaan KRI Nanggala di laut sisi utara Pulau Bali. Titik lokasi KRI Nanggala belum bisa dipastikan.
23 April 2021
Sebanyak 21 KRI, 4 kapal Polri, dan 4 kapal Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan menyisir sembilan lokasi di area seluas 18,5 kilometer persegi, sekitar 40 kilometer utara Pelabuhan Celukan Bawang, Bali. Titik itu diduga menjadi lokasi KRI Nanggala-402 berdasarkan temuan-temuan berupa tumpahan minyak dan daya magnet yang kuat.
24 April 2021
Kapal selam KRI Nanggala-402 dinyatakan memasuki fase tenggelam. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut menaikkan status pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang di perairan utara Pulau Bali, dari tahap hilang kontak atau submissed ke tahap tenggelam atau subsunk. Life support berupa ketersediaan oksigen bagi kru KRI Nanggala, memasuki batas akhir 72 jam.
25 April 2021
KRI Nanggala-402 yang tenggelam di kedalaman 838 meter di bawah laut ditemukan. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memastikan 53 personel dalam kapal selam KRI Nanggala-402, termasuk 49 anak buah kapal dan 4 personel non-ABK, gugur ketika menjalankan tugas negara.
Referensi
Sumarkidjo, Atmadji (2010). Mission accomplished:misi pendaratan pasukan khusus oleh kapal selam RI Tjandrasa. Jakarta: Kata Hasta Pustaka.
Wahyono SK (2009). 50 Tahun Pengabdian Hiu Kencana 1959-2009. Jakarta: Panitia Penerbitan Buku 50 Tahun Pengabdian Hiu Kencana.
Soesilo, Indroyono Budiman (2008). Kapal Selam Indonesia. Bogor: Sarana Komunikasi Utama
“Armada Selam RI Terkuat di Asia Tenggara”, Kompas, 17 Januari 1966, Hlm. 2.
“TNI-AL Akan Aktipkan Lagi Kapal Selamnya”, Kompas, 25 Maret 1974, Hlm. 12.
“Surabaya, Jantung TNI Angkatan Laut”, Kompas, 14 Agustus 1975, Hlm. 5.
“Diperlukan 200 Accu Raksasa”, Kompas, 17 Januari 1976, Hlm. 1.
“Dua Kapal Selam Baru untuk TNI AL”, Kompas, 5 Februari 1977, Hlm. 12.
“Cakra Menuju Tanah Air”, Kompas, 25 Juni 1981, Hlm. 1.
“Nanggala II Diserahkan”, Kompas, 12 Juli 1981, Hlm. 2.
“TNI AL akan Beli Lima Kapal Selam eks-Jerman Timur”, Kompas, 17 April 1997, Hlm. 14.
“KRI Pasopati, Monumen Keperkasaan di Laut”, Kompas, 30 Juni 1998, Hlm. 9.
“RI-Korsel Jajaki Produksi Kapal Selam”, Kompas, 27 Juli 2007, Hlm. 9.
“Pemerintah Beli Dua Kapal Selam”, Kompas, 11 Agustus 2009, Hlm. 2.
“RI Rancang Kapal Selam”, Kompas, 26 Agustus 2010, Hlm. 3
“Kapal Selam, Siluman Laut Mematikan”, Kompas, 5 Desember 2011, Hlm. 4.
“KRI 401 Cakra Si Jagoan Menyusup”, Kompas, 7 Desember 2011, Hlm. 5.
“Menunggu Kapal Selam Baru”, Kompas, 31 Desember 2011, Hlm. 5.
“Bangkai Kapal Selam Jerman di Karimunjawa”, Kompas, 21 November 2013, Hlm. 12.
“Kapal Selam Diserahterimakan”, Kompas, 3 Agustus 2017, Hlm. 3.
“TNI AL Perkuat Kemampuan Perang Bawah Permukaan”, Kompas, 29 Agustus 2017, Hlm. 5.
“Kapal Selam KRI Ardadedali-404”, Kompas, 28 Mei 2018, Hlm. 3.
“Peresmian Kapal Selam KRI Alugoro-405”, Kompas, 7 April 2021, Hlm. 2.
“KRI Nanggala-402 dan Moto Tabah sampai Akhir”, Kompas, 22 April 2021, Hlm. 1.
“Waktu Penyelamatan Awak KRI Nanggala Kian Terbatas”, Kompas, 23 April 2021, Hlm. 1.
“TNI Menjaga Kondisi Keluarga 53 Awak Kapal”, Kompas, 24 April 2021, Hlm. 1.
“Hormat bagi Para Patriot”, Kompas, 25 April 2021, Hlm. 1.
“Pengabdian Paripurna Patriot Bangsa”, Kompas, 26 April 2021, Hlm. 1.
Penulis
Inggra Parandaru
Editor
Topan Yuniarto