Kronologi | Hari Kanker Anak

Sejarah Hari Kanker Anak Internasional

Angka kematian akibat kanker anak mencapai 50-60 persen karena umumnya penderita datang terlambat atau sudah stadium lanjut akibat gejala kanker yang sulit terdeteksi. Hari Kanker Anak Internasional menjadi pengingat bagi semua pihak akan pentingnya deteksi dini demi mencegah kematian anak akibat kanker.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN 

Anak-anak mantan penderita kanker yang kini telah sembuh mengikuti jalan sehat memperingati Hari Kanker Anak Internasional yang diadakan Yayasan Onkologi Anak Indonesia di kawasan Senayan, Jakarta (24/2/2013). Kegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kanker anak.

Kanker merupakan pertumbuhan sel atau jaringan yang tidak terkendali yang terus bertumbuh dan bertambah, serta tidak dapat mati. Sel kanker dapat menyusup ke jaringan tubuh dan dapat membentuk anak sebar.

Parahnya, kanker tidak hanya menyerang orang dewasa tapi juga anak-anak. Kanker anak adalah kanker yang menyerang anak berusia di bawah 18 tahun, bahkan dapat terjadi saat anak masih dalam kandungan.

Berdasarkan data dari Childhood Cancer International (CCI) 80 persen anak-anak yang terdiagnosa kanker tinggal di negara berkembang termasuk Indonesia. Pada tahun 2019 di Indonesia terdeteksi penyakit kanker sekitar 31.500 pasien, termasuk hampir 2000 kasus pada anak-anak. Konsultan hematologi onkologi anak dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Mururul Aisyi, di Jakarta, mengungkapkan, angka harapan hidup kanker anak (usia 0–18 tahun) di Indonesia hanya 50 persen. Padahal, di negara maju seperti di Amerika Serikat dan sebagian besar negara di Eropa, angka harapan hidup kanker anak bisa lebih dari 80 persen (Kompas, 18 Februari 2019).

Berdasar data Departemen Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Riset Kesehatan Dasar 2013) terdapat 6 jenis kanker yang dapat menyerang anak-anak. Kanker tersebut adalah leukemia, retinoblastoma, osteosarkoma, neuroblastoma, limfoma maligna, dan karsinoma nasofaring. Leukemia menjadi kanker tertinggi pada anak (2,8 per 100.000), kemudian retinoblastoma (2,4 per 100.000), osteosarkoma (0,97 per 100.000), limfoma maligna (0,75 per 100.000), karsinoma nasofaring (0,43 per 100.000), dan neuroblastoma (10,5 per 1.000.000).

Kanker pada anak berbeda dari kanker pada orang dewasa. Jika kanker pada orang dewasa dapat dicegah, sementara kanker pada anak sampai saat ini belum ada pencegahan yang dapat dilakukan. Hingga kini, penyebab kanker anak belum diketahui secara pasti. Kombinasi faktor genetika, virus, dan radiasi diduga jadi penyebabnya. Selain itu, terdapat beberapa pencetus kanker, seperti zat-zat kimia, limbah pabrik, makanan yang tidak sehat, dan pengawet. Pencetus kanker ini sebaiknya dihindari oleh anak-anak. Deteksi dini juga perlu dilakukan, agar bisa disembuhkan dengan memperoleh penanganan dan perawatan yang intensif dari tenaga medis lebih cepat. 

Sejarah Hari Kanker Anak Internasional berawal sejak penelitian terhadap anak-anak meninggal akibat kanker dilakukan tahun 1953. Informasi penyebab kematian anak-anak tersebut tercantum dalam akta kematian. 

Hari Kanker Anak Internasional

1956-1973

Sebuah studi kasus anak-anak yang menderita kanker berjudul The Oxford Survey of Childhood Cancers (OSCC) dilakukan. Penelitian dilakukan karena banyak anak-anak yang meninggal disebabkan penyakit kanker.

1980

American Cancer Society (ACS) berdiri dan mulai mendanai Candlelighters. Candlelighters aktif dalam membangun jaringan antara organisasi lokal orang tua dari anak-anak penderita kanker di seluruh negeri.

1997

Sekelompok orang tua di Amerika Serikat mulai membahas perlunya simbol universal untuk menciptakan kesadaran akan kanker anak.

Emas adalah logam mulia. Anak-anak adalah harta yang paling berharga. Ini juga merupakan simbol sempurna untuk perjalanan kanker masa kanak-kanak. Emas melewati proses dengan api, untuk menjadi lebih kuat dan lebih tangguh. Anak-anak dengan kanker masa kanak-kanak juga mengalami pengalaman seperti itu. Mereka sering mengembangkan ketahanan dengan menghadapi semua tantangan yang sulit dan menyakitkan dari kanker masa kanak-kanak. Sejak itu, Pita Emas menjadi simbol kanker anak yang telah melintasi benua dan digunakan di seluruh dunia.

KOMPAS/NINA SUSILO

Anak-anak pengidap kanker dampingan Yayasan Kanker Anak Indonesia (YKAI) menonton sulap dan bermain gelembung di halaman Istana Bogor (6/4/2018), dengan disaksikan Presiden Joko Widodo dan Ny Iriana. Presiden yang sempat berbincang dengan anak-anak dan pengurus YKAI menyatakan akan menindaklanjuti berbagai masalah yang dihadapi anak pengidap kanker, terutama mahalnya harga obat.

2002

Hari Kanker Anak Sedunia dicetuskan oleh organisasi Childhood Cancer Intenational (CCI) yang diperingati setiap tanggal 15 Februari. CCI mendapat dukungan langsung dari organisasi kesehatan dunia atau WHO. CCI merupakan organisasi yang memiliki visi untuk mengupayakan penyembuhan, perawatan, dan harapan bagi anak-anak serta keluarga penderita kanker.

2004

Di Indonesia hadir Yayasan Kanker Anak Indonesia (YKAI), sebuah organisasi non-profit independen yang didirikan oleh Sallyana Sorongan. YKAI memiliki fokus membantu anak dengan kanker dari keluarga prasejahtera di Indonesia. 

2010

YKAI kemudian berkembang menjadi Yayasan Sentuhan Kasih Anak Indonesia (YSKAI). 

2018

Nama dan logo YSKAI berubah menjadi YKAI namun tetap mengusung visi dan misi yang sama. Program yang diusung adalah “Senyum Anak Sehat Indonesia”. Prohgram ini menjadi gagasan utama yang diwujudkan melalui program pengobatan, transportasi serta dukungan untuk orang tua dari anak-anak dengan kanker.

September 2018

WHO meluncurkan program Global Initiative for Childhood Cancer (GICC), dengan tujuan mengatasi pemerataan pejuang kanker anak. Target program ini agar pada tahun 2030 dapat mencapai 60 persen kelangsungan hidup untuk anak-anak dengan penderita kanker.

15 Februari 2022

Tahun kedua dari kampanye tiga tahun untuk program International Childhood Cancer Day  (2021–2023) dengan tema “Better Survival” dengan tagar #throughyourhands. ICCD memiliki misi, yakni “Perawatan yang tepat pada waktu yang tepat oleh tim yang tepat”.

Referensi

Arsip Kompas
  • “Penanganan Retinoblastoma Tidak Optimal”, Kompas, 21 Februari 2017, hlm.14.
  • “Ketahui Kondisi Anak sejak Dini”, Kompas, 18 Februari 2019, hlm. 10.
  • “Kenali Kanker pada Anak sejak Dini”, Kompas, 16 Februari 2015, hlm. 14.
Buku

Oxford University Press. 2007. Childhood Cancer in Britain: Incidence, Survival, Mortality. New York: Oxford University Pres inc.