Kronologi | Hari Olahraga Nasional

Bara Semangat Paralimpiade Indonesia

Olahraga bukan hanya milik mereka dengan fisik sempurna. Olahraga juga untuk mereka yang menyandang disabilitas. Bara semangatnya sama, prestasinya tak kalah membuat bangga.

 

Petenis meja putri Jawa Barat, Aminah, melemparkan bola saat melakukan servis ketika melawan Shella Dwi Radayana (DKI Jakarta), dalam final tenis meja tunggal putri Grup TT 10 Peparnas 2016 di Tennis Indoor Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Jawa Barat (17/10/2016). Aminah meraih perak setelah dikalahkan Shella yang menyabet emas.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Olahraga bagi para penyandang disabilitas yang diprakarsai Prof. Dr. Soeharso, pada awalnya, ditujukan untuk kepentingan rehabilitasi dan rekreasi. Namun seiring berjalannya waktu, International Paralympic Committee (IPC) pada tahun 2005, menegaskan semua olaharaga yang dinaungi IPC adalah olahraga prestasi, bukan lagi olahraga rehabilitasi maupun olahraga rekreasi. Untuk itu, seluruh ajang olahraga maupun organisasi di bawah IPC harus mencantumkan kata “paralimpiade”.

Ajang olahraga berskala nasional bagi para penyandang disabilitas pertama kali diselenggarakan di Indonesia pada tahun 1957. Saat itu, diberi nama Pekan Olahraga Penderita Cacat (POR Penca). POR Penca terus digelar dan beberapa kali berganti nama. Misalnya pada tahun 1993, POR Penca berubah menjadi Pekan Olahraga Cacat Nasional (Porcanas). Lalu pada tahun 2005, Porcanas diubah menjadi Pekan Paralimpiade Nasional (Perpanas).

Selain menggelar kompetisi di dalam negeri, Indonesia juga aktif di ajang internasional. Atlet difabel Indonesia pertama kali berkiprah di ajang internasional atas undangan Austrian Sports Organization for Disabled pada tahun 1973. Sejak saat itu, Indonesia hampir tak pernah ketinggalan ajang olahraga internasional bergengsi lainnya. Sejumlah prestasi pun dipersembahkan bagi Merah Putih.

Upaya memajukan olahraga para difabel terus dilakukan. Tak hanya di dalam negeri, Indonesia juga punya andil besar dalam perkembangan paralimpiade di kawasan Asia-Pasifik. Bersama Jepang, Singapura, Australia, dan Selandia Baru, Indonesia memrakarsai Far Eastern and South Pacific Games for the Disabled (FESPIK GAMES), sebuah badan kerjasama organisasi olahraga penderita disabilitas se-Asia dan Pasifik.

Prof. Dr. R Soeharso, pendiri pusat rehabilitasi bagi penyandang disabilitas bernama Rehabilitation Centrum (RC) Prof. Dr. Soeharso di Solo, Jawa Tengah.  KOMPAS/ARDUS M SAWEGA

1951
Prof. Dr. Soeharso mendirikan pusat rehabilitasi bagi penyandang disabilitas bernama Rehabilitation Centrum (RC) Prof. Dr. Soeharso di Solo, Jawa Tengah (Jateng). Beberapa aktivitas olahraga yang dilakukan di sana merupakan sarana pemulihan mental penyandang disabilitas.

1957
Pekan Olahraga Penderita Cacat (POR Penca) pertama kalinya diselenggarakan di Surakarta. Ajang olahraga ini diprakarsai oleh Prof. Dr. Soeharso. Penyelenggaraannya di bawah naungan Rehabilitation Centrum (RC) Prof. Dr. Soeharso Solo.

20–25 Juni 1959
Pekan Olahraga Penderita Cacat (POR Penca) yang kedua diselenggarakan di Surakarta, Jateng. Sebanyak 20 cabang olahraga dipertandingkan dalam kejuaraan ini.

31 Oktober 1962
Organisasi olahraga penyandang disabilitas bernama Yayasan Pembina Olahraga Cacat (YPOC). Pendirian YPOC berdasarkan Akta Notaris Nomor 71 tanggal 31 Oktober 1962.

19–24 Oktober 1964
POR Penca III diselenggarakan di Surakarta, Jateng. Terdapat 26 cabang olahraga yang dipertandingkan. Mulai dari POR Penca kali ini, ditetapkan adanya Juara Umum I, II, dan III. Kejuaraan Umum ini memperebutkan piala “Soeharso Cup” yang diambil dari nama Prof. Dr. Soeharso sebagai pemrakarsa POR Penca. POR Penca selanjutnya rutin diadakan setiap 3 tahun sekali.

1967
YPOC masuk menjadi salah satu anggota International Sport Organisation for Disabled (ISOD) yang berpusat di kota London. Pada tahun ini juga, YPOC Pusat mengirimkan 2 orang peninjau (observer) ke pertandingan Internasional penyandang disabilitas di London bulan September. Inilah momen pertama kali YPOC masuk ke arena pergaulan internasional.

September 1973
Indonesia pertama kali mengirimkan atletnya ke ajang Internasional atas undangan Persatuan Olahraga Penderita Cacat Austria (Austrian Sports Organization for Disabled) yang berlangsung di kota Linz dan Obertraun. Tim Indonesia terdiri dari 13 orang yang semuanya masuk dalam kategori amputee tangan/kaki. Cabang-cabang olahraga dalam pertandingan ini, antara lain, bola voli dan gerak jalan (atletik). Ajang ini dihadiri oleh para atlet dari 9 negara anggota ISOD.

13–23 September 1974
Indonesia untuk kedua kalinya mengirimkan timnya ke ajang Internasional, The International Multi Disabled Games di Stoke Mandeville, Aylesbury, Inggris. Mereka berjumlah 23 orang. Pada kejuaraan ini, tim yang dikirimkan termasuk dalam kategori amputee, tunanetra, dan penderita paraplegia. Pertandingan ini dihadiri 26 negara anggota ISOD.

8 Oktober 1974
Pertemuan antara Jepang, Singapura, Australia, Selandia Baru, dan Indonesia di Singapura menyepakati pembentukan badan kerja sama organisasi olahraga penyandang disabilitas sekawasan Asia-Pasifik. Organisasi ini bernama FESPIC GAMES (Far Eastern and South Pacific Games for the Disabled). Kelima negara juga menyetujui markas besar FESPIC GAMES di Kota Oita, Jepang.

1–6 Juni 1975
FESPIC GAMES pertama kali diselenggarakan di Oita, Jepang. Perhelatan ini diikuti oleh para atlit dalam kategori amputee, tunanetra, dan penderita paraplegia dari 18 Negara. Indonesia berhasil merebut 54 medali di ajang ini.

3–11 Agustus 1976
YPOC mengirimkan 15 orang untuk bertanding di Olimpiade Penderita Cacat Sedunia (Paralympic Games) yang diselenggarakan di Toronto, Kanada. Ajang ini diikuti oleh kurang lebih 1.300 atlet difabel dari 45 negara di dunia. Indonesia berhasil meraih 2 emas, 1 perak, dan 3 perunggu.

“Rupanya kita harus cacat dulu baru bisa berprestasi,” kata Gubernur Ali Sadikin dalam menyambut kesuksesan tim YPOC DKI Jakarta yang berhasil membawa 2 medali emas dan satu perunggu yang merupakan bagian dari perolehan medali Indonesia dengan 2 emas, satu perak dan dua perunggu. Mereka baru saja pulang membawa sukses dari Olimpiade Penderita cacat di Toronto Kanada awal September 1976. KOMPAS/KARTONO RYADI.

15 Desember 1993
YPOC diubah menjadi Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) sesuai dengan perubahan Akta Notaris Nomor 15 tanggal 15 Desember 1993. Perubahan ini merupakan hasil keputusan Musyawarah Olahraga Nasional (Musornas) YPOC VII tanggal 31 Oktober – 1 November 1993 di Yogyakarta.

22–28 Oktober 2001
ASEAN Para Games untuk pertama kali diselenggarakan di Malaysia. Pada ajang ini Indonesia mengirimkan 21 altlet atletik dengan perolehan 7 emas, 5 perak, dan 9 perunggu. Pada keikutsertaan Indonesia yang pertama ini, sempat ada kendala pada masalah pembiayaan para atlet. ASEAN Para Games selanjutnya selalu diadakan setelah perhelatan SEA Games. Ajang ini diselenggarakan setiap 2 tahun sekali.

18 November 2005
IPC, dalam pertemuan General Assembly, memutuskan gerakan dan kegiatan olahraga penyandang disabilitas harus menggunakan kata “paralympic”, karena semua olahraga yang dinaungi IPC merupakan olahraga prestasi, bukan lagi olahraga rehabilitasi maupun olahraga rekreasi. Sejalan dengan keputusan itu, negara-negara anggota IPC wajib mencantumkan kata “paralympic” pada nama organisasinya.

November 2006
Asian Para Games pertama kali diselenggarakan di Guangzhou, China. Ajang ini selanjutnya diadakan setiap 4 tahun sekali.

30 Agustus 2010
Nama organisasi dari Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) diubah menjadi National Paralympic Committee (NPC), dengan diikuti perubahan Akta Notaris Nomor 32 Tanggal 30 Agustus 2010. Perubahan ini sejalan dengan keputusan IPC dan merupakan hasil keputusan Musornaslub BPOC tanggal 27–28 Juli 2010 di Solo, Jawa Tengah.

12–20 Desember 2011
Indonesia menjadi tuan rumah ASEAN Para Games ke-6 yang diselenggarakan di Kota Solo, Jawa Tengah. Ajang ini diikuti 1.295 peserta dari 11 negara. Sebanyak 11 cabang olahraga dipertandingkan, di antaranya angkat besi, atletik, bulu tangkis, goal ball, panahan, renang, tenis kursi roda, tenis meja, ten pin bowling, voli duduk, dan catur. Thailand menjadi juara umum dengan perolehan 123 emas, 98 perak, dan 73 perunggu.

Aksi lompatan Daniel Patay saat merebut emas dari cabang renang 50 meter gaya dada dalam ajang ASEAN Para Games VI/2011 di Kolam Renang Tirtomoyo, Kota Solo, Jawa Tengah (16/12/2011). Kemenangan ini sekaligus memecahkan rekornya sendiri dengan catatan waktu 45 detik, sebelumnya 47 detik. KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA.

Oktober 2018
Indonesia menjadi tuan rumah Asian Para Games yang ke-3. Perhelatan ini diselenggarakan di Jakarta. Asian Para Games kali ini diikuti 2.762 atlet dari 43 negara. Memperebutkan 512 medali emas dari 18 cabang dalam pertandingan yang digelar di 19 arena. Atlet-atlet Indonesia meraih 37 medali emas, 47 perak, dan 51 perunggu. Indonesia berada di posisi kelima. Ini melampaui target 16–18 medali emas dan finis minimal di posisi delapan.

Pebalap kursi roda Indonesia, Jaenal Aripin meluapkan kegembiraannya setelah memastikan meraih medali perak cabang atletik nomor balap kursi roda 200 meter T54 Asian Para Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta (12/10/2018). Emas untuk nomor ini diraih atlet China Yang Liu.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO.

8 Mei 2020
Setelah empat kali penundaan, ASEAN Para Games 2019 Filipina akhirnya resmi dibatalkan. Dalam surat Presiden Federasi Olahraga Para ASEAN (APSF) Komisi Olahraga Filipina (PSC) William I Ramirez menyatakan, ASEAN Para Games ke-10 di Filipina dibatalkan karena Pemerintah Filipina fokus mengatasi wabah Covid-19 dan semua dana dialihkan ke penanganan pandemi itu.

Referensi

Arsip Kompas

“Jejak Soeharso Merintis Olahraga Difabel”. Kompas, 3 Oktober 2018.

“Fespic Games: BPOC Targetkan Hanya Bawa Pulang Tiga Medali Emas”. Kompas”, 6 November 2006.

“Tindakan Wismoyo Bikin BPOC Terkatung-katung”. Kompas, 7 November 2001.

“ASEAN Para Games: 11 Negara Berlaga di Para Games”. Kompas, 16 Maret 2011.

“Penutupan ASEAN Para Games Tetap Meriah meskipun Hujan”. Kompas, 21 Desember 2011.

“Mereka Inspirasi Kita”. Kompas, 6 Oktober 2018.

“Pesta Para Pemenang Kehidupan”. Kompas, 14 Oktober 2018.

“NPC Fokus Tatap 2021”. Kompas, 10 Mei 2020.

Buku

Perkembangan Keolahragaan Penderita Cacat Indonesia. Yayasan Pembinaan Olah Raga Penderita Cacat, 1976.

Penulis
Agustina Rizky Lupitasari
Editor
Rendra Sanjaya