Foto

Upaya Mengendalikan Laju Jumlah Penduduk di Masa Soeharto

Untuk menyukseskan program Keluarga Berencana (KB), pada tahun 1985 pemerintah Presiden Soeharto membangun pabrik alat kontrasepsi kondom terbesar se-Asia Tengggara.

KOMPAS/Bambang Sukartiono 

Presiden Soeharto meresmikan pabrik kondom milik pemerintah yang terbesar se-Asia Tenggara di Banjaran, Bandung, Jawa Barat (25/2/1987). Dalam kesempatan tersebut, Presiden Soeharto menekankan agar penyebarluasan dan cara memperkenalkan alat-alat kontrasepsi yang diperlukan untuk menyukseskan program keluarga berencana nasional harus dilakukan dengan hati-hati dan waspada, agar jangan memberi pengaruh buruk bagi masyarakat dan anak-anak.

Upaya mengendalikan  jumlah penduduk pernah dilakukan dengan gencar pada masa pemerintahan Orde Baru. Dengan program Keluarga Berencana (KB), berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi angka kelahiran terus dilakukan di tengah masyarakat.

Selain mengedukasi masyarakat, pemerintah kala itu juga mengupayakan agar alat-alat kontrasepsi dapat dengan mudah diakses oleh pasangan suami-istri. Salah satu langkah besar yang dilakukan pemerintah dalam menyediakan alat kontrasepsi dan meningkatkan peran pria dalam ber-KB adalah dengan membangun pabrik kondom di Banjaran, Bandung pada tahun 1985.

Pabrik kondom milik pemerintah itu memiliki kapasitas produksi maksimal 900.000 gros atau 129,6 juta buah per tahun. Pabrik tersebut dibangun di atas tanah 3,1 hektare milik PT Kimia Farma, dengan pinjaman dana dari pemerintah Jepang melalui Overseas Economic Cooperation Fund (OECF) sebesar 2,250 miliar Yen, serta dana pemerintah sendiri sebesar 1,529 miliar. Dalam pelaksanaan pembangunannya, pabrik kondom terbesar di Asia Tenggara itu menelan biaya sekitar 2,175 miliar Yen dan 2,198 miliar rupiah.

Pembangunan pabrik ini terbilang cukup cepat. Setahun setelah peletakan batu pertama, pabrik ini sudah melakukan uji coba produksi. Menurut Kepala BKKBN, Haryono Suyono kala itu, uji coba kondom produksi dalam negeri itu berhasil dengan baik sesuai standar internasional yang ketebalannya 0,03–0,05 milimeter.

Bahan baku yang digunakan adalah getah karet pekat (lateks) dari PT Perkebunan XI Pandegelang. Diharapkan pabrik ini mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor ke luar negeri.

Pabrik kondom Banjaran diresmikan Presiden Soeharto pada 25 Februari 1987. Pada tahap awal pengoperasiannya, pabrik tersebut dikelola oleh PT Kimia Farma. Setelah keterlibatan pihak swasta dan beberapa kali ganti pengelola, kini pabrik kondom dengan brand Artika Gerigi, dan Long Love itu di kelola PT Mitra Rajawali Banjaran. Selain memproduksi kondom, perusahaan yang terus mengembangkan teknologinya itu saat ini juga memproduksi alat kesehatan lainnya, seperti sarung tangan dan alat suntik.

KOMPAS/Dedy Pristiwanto

Menko Kesejahteraan Rakyat Alamsyah Ratu Perwiranegara menandatangani peresmian awal pembangunan pabrik kondom di Banjaran, Bandung (20/8/1985).

KOMPAS/Dedy Pristiwanto

Kepala BKKBN Haryono Suyono meletakan batu pertama pembangunan pabrik kondom milik pemerintah di Banjaran Bandung (20/8/1985).

KOMPAS/Muhammad Sudarto

Kepala BKKBN Haryono Suyono dan Direktur Utama PT Perkebunan XI E.Kosim Sukanda menandatangani naskah kerja sama pengadaan karet lateks, untuk bahan baku pembuatan kondom di Pasir Waringin, Pandeglang (6/12/1986).

KOMPAS/Muhammad Sudarto

Duta Besar Denmark Michael Bendix mengangkat tangan Kepala BKKBN  Haryono Suyono yang jari telunjuknya telah dicelupkan ke dalam cairan karet lateks untuk bahan baku kondom. Momen tersebut terjadi saat Kepala BKKBN Haryono Suyono meninjau produksi karet lateks di PT Perkebunan XI (6/12/1986).

KOMPAS/Amin Conoras

Uji coba produksi pertama pabrik kondom Banjaran di Bandung yang menggunakan bahan baku lokal karet lateks dari PT Perkebunan XI Pasir Waringin, Pandeglang.

KOMPAS/Bambang Sukartiono

Usai meresmikan pabrik kondom pertama di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara di Banjaran,  Bandung, Presiden Soeharto berkesempatan meninjau langsung dan mengamati proses pembuatan kondom (25/2/1987).

KOMPAS/Bambang Sukartiono

Presiden Soeharto didampingi Kepala BKKBN Dr. Haryono Suyono melihat hasil produk saat berkeliling meninjau pabrik kondom Banjaran yang baru saja diresmikan (25/2/1987). 

Foto lainnya dapat diakses melalui https://data.kompas.id/
Klik foto untuk melihat sumber.

Referensi

“Mulai Dibangun, Pabrik Kondom Milik Pemerintah”. Kompas, 21 Agustus 1985, hal 5.

“Indonesia tak Perlu Impor Kondom”. Kompas, 27 Oktober 1986, hal 6.

“Lateks PTP XI Cukup Baik untuk Bahan Baku Kondom”. Kompas, 9 Desember 1986, hal 2.

“Penyalahgunaan Alat-alat kontrasepsi Harus Dicegah”. Kompas, 26 Februari 1987, hal 1.