Foto

Telepon Umum: Fasilitas Publik yang Tergerus Kemajuan Teknologi

Telepon umum sudah sulit dijumpai sekarang ini baik di Jakarta dan sekitarnya. Kalaupun ada, banyak yang sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Di masa lalu, sebelum era telepon selular dimiliki hampir semua orang seperti saat ini, fasilitas publik telepon umum menjadi primadona dan sangat penting perannya sebagai alat komunikasi.

KOMPAS/MOCH S HENDROWIJONO

Suatu pemandangan di depan boks telepon di Jakarta, terutama di tempat pemusatan manusia seperti di terminal bus Rawamangun ini. Pembicara di dalam boks telepon acap kali tak peduli dengan banyaknya orang antre menunggu giliran, di panas terik matahari.

Telepon umum merupakan salah satu fasilitas yang pernah menjadi bagian dari kehidupan warga pada tahun 1980-an. Fasilitas inilah yang suka didatangi bagi mereka yang ingin menghubungi keluarga atau teman untuk sekedar melepaskan kangen. Keberadaan telepon umum menjadi alat komunikasi yang populer dan digemari masyarakat karena biayanya yang murah. Hampir semua telepon umum yang terpasang di beberapa sudut kota dengan ciri khas ada pelindung, kegunaannya untuk melindungi dari air hujan dan teriknya matahari jika berada di luar ruangan. Tidak jarang juga telepon umum terpasang di dalam ruangan di sudut pusat perbelanjaan, bandara, terminal, dan stasiun kereta api.

Terdapat dua jenis telepon umum yang populer di Indonesia, yakni telepon koin dan telepon kartu. Telepon koin penggunaan dengan memasukan uang koin sebagai alat pembayaran untuk berkomunikasi, sebanyak koin maka semakin lama pula pengguna telepon berkomunikasi. Uang koin yang biasanya digunakan, yakni pecahan 100, 500, 1.000 rupiah.

Pada 1985 jumlah telepon umum mengalami kenaikan 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 3.730 satuan sambungan. Dari jumlah tersebut, 1.750 di antaranya terpasang di Jakarta dan sekitarnya. Setahun berikutnya, jumlah telepon umum koin sudah terpasang di seluruh Indonesia pada 1986 sebanyak 4.106 satuan sambungan oleh Perumtel.

Telepon umum tidak hanya berada di ruang publik, tetapi juga akan direcanakan oleh Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi dipasang di wilayah perkantoran. Rencananya akan mendrop 2.000 unit telepon umum di seluruh Indonesia akhir tahun 1988.

Telepon umum kartu pada dasarnya sama dengan telepon koin, perbedaannya ada pada alat pembayaran untuk bisa berkomunikasi, yakni menggunakan kartu. Kartu tersebut diisi dengan sejumlah nilai yang bisa gunakan dan untuk mendapatkan kartu tersebut kita bisa membelinya di gerai-gerai yang melayani pembelian kartu telepon. Telepon ini mulai dipasang di Jakarta pada 1 November 1988 sebanyak 12 satuan sambungan telepon umum dengan sistem kartu. Keistimewaan telepon ini , dapat digunakan untuk berkomunikasi lokal, interlokal sambungan langsung jarak jauh (SLJJ) , dan sambungan langsung internasional (SLI) ke 135 negara di dunia. Fasilitas sentral yang digunakan adalah sentral telepon otomat digital (STOD).

Telepon umum sudah sulit dijumpai sekarang ini baik di Jakarta dan sekitarnya. Kalaupun ada, banyak yang sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Padahal, tidak semuanya masyarakat mampu membeli telepon seluler dan masih membutuhkan keberadaan telepon umum. Kerusakan fasilitas telepon umum yang sering dijumpaiĀ  di antaranya pesawat telepon yang sudah tidak berfungsi, gagang telepon yang sudah tidak ada, kabel penghubung yang sudah diputus, coret-coretan di tempat telepon umum, dan beralih fungsi menjadi tempat penyimpanan barang atau dagangan para pedagang kaki lima.

Namun, di antara fasilitas telepon umum yang rusak tersebut, masih ada beberapa fasilitas telepon umum yang masih digunakan. Telepon tersebut masih dirawat baik mesin maupun dibersihan secara berkala oleh petugas.

Beberapa peristiwa mengenang jasa telepon umum yang terangkum dalam foto-foto di Arsip Kompas.

KOMPAS/JOHNNY TG

Gambar simbol fasilitas bagi penyandang cacat, memang sudah terpampang di lantai dua Stasiun Kereta Api Gambir, Jakarta Pusat. Namun, walau telah sebulan setelah pencanangan Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN) 2000 oleh Presiden KH Abdurrahman Wahid, belum ada tanda-tanda pembangunan fasilitas untuk orang cacat. Sejauh ini baru tersedia telepon umum, toilet, parkir kendaraan bermotor, dan bel bantuan pelayanan yang berhubungan langsung dengan petugas jaga.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Meskipun dianggap ketinggalan jaman, telepon umum koin masih digunakan, seperti terlihat di kawasan Senayan, Jakarta, Senin (30/12/2013). Pertumbuhan telepon seluler yang masig berdampak pada menurunnya pengguna telepon umum.

KOMPAS/JOHNNY TG

Dengan disediakan telepon Umum oleh PT Telepon masyarakat tidak lagi harus mencari kantor telepon. Cukup dengan koin yang sudah ditentukan maka dengan leluasa bisa mengontak saudara atau kerabatnya yang berada di satu kota.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Warga melintasi deretan telepon umum yang terdapat di Blok M Mall, Jakarta Selatan, Kamis (29/1/2009). Semakin memasyarakat dan murahnya telepon seluler membuat telepon umum koin kehilangan pelanggannya.

KOMPAS/ZAENAL EFFENDY

Empat buah kapsul telpon umum sudah terpasang di terminal C Bandar udara Kemayoran, awal November 1983. Dua belum terpasang, satu rusak. Tak heran kalau pemakai jasa berkerumun antre di satu kapsul saja, yang pesawatnya baik.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Seorang pejalan kaki melintas didepan telepon umum yang pesawatnya hilang di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang(12/8/2005). Untuk memudahkan komunikasi, diharapkan di tempat publik banyak disediakan sarana komunikasi semisal telepon umum.

KOMPAS/DJ PAMOEDJI

Untuk mendukung perluasan penggunaan saluran telepon, PT inti juga memproduksi telepon-telepon rumah serta telepon umum berikut box. Dengan semakin melonjaknya permintaan akan saluran telepon, permintaan akan telepon rumah juga meningkat. Begitu pula, telepon-telepon umum berikut box yang dioperasikan dengan menggunakan uang koin, banyak dibuat untuk pelayanan publik.

KOMPAS/PRIYOMBODO

Seorang petugas tengah membersihkan telepon umum yang berada di Jalan Buncit Raya, Jakarta, Selasa (8/11/2005). Keberadaan telepon umum yang berfungsi dengan baik dan terawat masih dimanfaatkan oleh sebagian warga sebagai alat komunikasi murah.

KOMPAS/BANU ASTONO

Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Prasetyo mencoba berkomunikasi melalui telepon otomatis pada acara peresmian STO (Sentral Telepon Otomat) Balaikarangan, Kabupaten Sanggau, Pontianak dan TUK (Telepon Umum Kartu) di Entikong Perbatasan Kalbar dan Malaysia, hari Kamis, 16 Januari 1992.

KOMPAS/KARTONO RYADI

Telepon umum Kartu.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Telepon umum koin telah putus kabelnya di trotoar Jalan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (1/1/2013).

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Mural tentang pentingnya telepon umum sebelum booming-nya telepon genggam terlukis di boks telepon koin di kawasan Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, Senin (30/12/2013).

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Telepon umum koin yang tampak tidak terawat dan gagangnya telah hilang terpasang di kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat, Senin (30/12/2013).

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Warga melintas di samping tiang beton telepon umum yang ambles di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa (16/2/2010). Selain ambles dan membahayakan pengguna jalan, tiga telepon umum yang seharusnya berada di ketiga sisi tiang itu hilang.

KOMPAS/LASTI KURNIA

Telepon umum koin di samping halte di Jalan S Parman, daerah Anggrek Neli, digunakan untuk tempat penyimpanan dagangan milik pedagang kaki lima, Kamis (8/11/2012). Kondisi telepon koin untuk publik ini memprihatinkan dan mulai kehilangan fungsinya.

Referensi
  • “Rendah, Kesadaran Pengguna Telepon Umum”, Kompas, 18-02-1987, hlm 3.
  • “2.000 Telepon Umum Akhir 1988”, Kompas, 19-08-1988, hal 9.
  • “Telepon Sistem Kartu Mulai Dipasang di Jakarta”, Kompas, 24-10-1988, hal 2.
  • “Fasilitas Umum: Telepon Umum di Jakarta Sulit Dijumpai dan Banyak yang Rusak”, Kompas, 13-07-2005, hal 24.

Foto lainnya dapat diakses melaluiĀ https://www.kompasdata.id/
Klik foto untuk melihat sumber.