Foto | Seni

Seni Patung dan Pematung Indonesia

Seni patung merupakan wujud dari ekspresi para seniman patung (pematung) yang menciptakan. Indonesia mempunyai banyak pematung yang hebat dengan karya patungnya.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Seniman patung Edhi Sunarso menggelar pameran tunggalnya yang bertajuk “Retrospeksi” di Jogja Gallery, Yogyakarta, 14–24 Januari. Pameran ini menjadi ajang napak tilas perjalanan Edhi sebagai seniman patung sejak 1950 hingga sekarang.

Seni merupakan sebuah bentuk karya manusia diciptakan yang mengandung unsur keindahan, mewakili perasaan yang menciptakan karya dan juga dapat mempengaruhi perasaan orang lain. Seni juga ruang seseorang dapat mengekspresikan segala kreasi dengan bebas dan luas. Seni ada beberapa macam, antara lain, seni rupa, seni teater, seni musim, seni tari, dan seni sastra.

Seni rupa adalah salah satu macam kesenian yang hasil karyanya memiliki wujud pasti. Seni rupa meliputi kemampuan memahami dan berkarya lukisan, kemampuan memahami dan membuat patung, kemampuan memahami dan berkarya grafis, kemampuan memahami dan membuat kerajinan tangan, serta kemampuan memahami dan berkarya atau membuat sarana mulltimedia. Seni patung merupakan karya seni rupa yang dibuat atau diciptakan dengan bahan yang dapat berupa tanah liat, kayu, batu, logam, dan bahan lainnya dengan cara memapahat, memotong, mencetak, mengecor, dan mencukil.

Seni patung merupakan wujud dari ekspresi para seniman patung atau biasa dikenal pematung yang menciptakan. Indonesia mempunyai banyak pematung yang hebat dengan karya patungnya. Beberapan patung, monumen, prasasti yang dibuat oleh pematung ini masih sangat populer dan sampai saat ini masih kokoh berdiri baik di dalam negeri maupun di mancanegara. Semua itu wujud dari para pematung Indonesia di antaranya Azmir Azhari (membuat patung Jakob Oetama), I Nyoman Nuarta (membuat patung raksasa Garuda Wisnu Kencana), Edhi Sunarso (membuat Patung Dirgantara), Gregorius Sidharta Soegijo (membuat patung Patung Tonggak Samodra), dan Dolorosa Sinaga (membuat patung mini bertemakan kemanusiaan).

Berikut ini adalah beberapa catatan yang di rangkum Arsip Kompas tentang para Pematung Indonesia.

Azmir Azhari seniman patung kelahiran 1 Januari 1953 di Payakumbuh, Sumatera Barat. Ia Lulusan Fakultas Seni Rupa Jurusan Seni Patung Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI) ASRI Yogyakarta pada 1977. Azmir menawarkan diri ke perusahaan Kompas Gramedia untuk membuat patung Jakob Oetama pendiri Kompas. Azmir selama hidupnya belum pernah bertemu dengan Jakob Oetama. Kebetulan bapak mertuanya memiliki kedekatan dengan Jakob Oetama sehingga tidak sulit untuk mengenali dan menyelami keutamaan karakter Jakob Oetama.

Pedoman hidup dari Jakob Oetama yang selalu diingat oleh Azmir adalah providentia dei (penyertaan Ilahi, penyelenggaraan Allah). Providentia dei mewakili sikap rendah hati tokoh pers nasional tersebut sekaligus menjadi pernyataan bahwa setiap usaha dan keberhasilan yang telah dicapainya merupakan hasil campur tangan Ilahi. Azmir membubuhkan tulisan providentia dei di sisi kiri karya patung dada Jakob Oetama. Patung perunggu Jakob Oetama telah dipasang di halaman Bentara Budaya Jakarta di Jakarta pada hari Senin (27/9/2021), yang bertepatan dengan hari lahir Jakob Oetama. Karya seni itu dipasang bersebelahan dengan patung PK Ojong, perintis Kompas Gramedia sekaligus sahabat Pak JO, yang sudah lebih dulu berada di tempat itu. Beberapa karya patungnya, antara lain:

  • 1975–1976: Diorama Legenda Kamandaka Goa Jatijajar, Kebumen, Jawa Tengah, bersama tim pematung STSRI ASRI yang dipimpin dosen Saptoto.
  • 1976: Membuat patung dada pahlawan nasional Pierre Tendean di Museum Satria Mandala, Jakarta, bersama mahasiswa Jurusan Seni Patung STSRI ASRI Yogyakarta di bawah pimpinan Kepala Jurusan Seni Patung Edhi Sunarso.
  • 1990: patung kepala Gajah Mada dipahat dari batu hijau pesanan kolektor Singapura.
  • 1995: Membuat patung Kendo Master dari Jepang.
  • 2013: Membuat patung dada Dr Li Shao Bo untuk Yayasan Zhen Qi Yun Xing di Lanzhou, Gansu, China.
  • 2018: Membuat prototipe patung dada Hasri Ainun Habibie.
  • 2020–sekarang: membuat prototipe patung Didiek Prasetyo atau Didi Kempot.
  • 2021–sekarang: membuat desain patung monumen Inggit Garnasih dan Laksamana Tadashi Maeda.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Azmir Azhari (68) Seniman Patung.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Seniman Azmir Azhari menyelesaikan pembuatan patung torso pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama di Desa Balecatur, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (16/9/2021). Patung setinggi 100 sentimeter itu dibuat oleh seniman patung Azmir Azhari.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama (kiri) bersama putri PK Ojong, Sri Mariani Ojong, berbincang-bincang dengan pematung Azmir Azhari dalam peresmian patung perintis Kompas Gramedia di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta, Senin (27/9/2021). Azmir merupakan seniman yang membuat patung Jakob Oetama. Keberadaan patung PK Ojong dan Jakob Oetama merupakan wujud penghormatan kepada perintis Kompas Gramedia serta untuk mengenalkan kedua tokoh tersebut kepada karyawan maupun kalangan luar yang tidak sempat berinteraksi langsung dengan keduanya.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Pematung Azmir Azhari menyelesaikan detail-detail bagian kepala saat membuat model patung almarhum penyanyi Didi Kempot di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta, Jumat (10/7/2020). Setelah jadi, model itu akan digunakan sebagai dasar untuk membuat cetakan silikon. Azmir mulai mematung sejak 1975 saat masih menjadi mahasiswa seni Akademi Seni Rupa Indonesia (sekarang Institut Seni Indonesia Yogyakarta). Selama pandemi Covid-19, Azmir kesulitan mendapatkan tanah liat yang menjadi bahan dasar dalam pembuatan model patungnya.. Bahan tersebut ia datangkan dari Yogyakarta.

I Nyoman Nuarta salah satu maestro seni patung di Indonesia, hasil karya seni yang terkenal adalah patung raksasa Garuda Wisnu Kencana yang digagas Bersama Direktur Jenderal Pariwisata Joop Ave (1982–1988) pada 1989. Patung raksasa Garuda Wisnu Kencana merupakan ikon bagi pariwisata Bali saat ini. Patung tersebut setinggi 121 meter dari permukaan tanah Bukit Unggasan, Kabupaten Badung, Bali. Patung Garuda Wisnu Kencana  jauh lebih tinggi daripada patung Liberty di Amerika Serikat yang tingginya hanya 93 meter. Nyoman Nuarta membutuhkan waktu sekitar 28 tahun akhirnya bisa menyelesaikannya. Motivasi I Nyoman Nuarta sendiri di balik pembuatan patung raksasa, ia ingin sekali berbuat sesuatu yang berarti untuk masyarakatnya.

I Nyoman Nuarta yang lahir di Penebel, Tabanan, Bali, 14 November 1951, merupakan lulusan dari Departemen Seni Murni ITB pada 1979. Pada 3 Juli 2021,ia mendapatkan gelar Doktor Kehormatan dari ITB. Tim promotor ITB menilai, ia  telah berjasa besar dalam memperkenalkan konsep dan pelaksanaan culturepreneur. Konsep ini mengacu pada sinergi antara seni dan kebudayaan dengan prinsip-prinsip ilmu ekonomi. Konsep pendirian Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali dan NuArt Sculpture Park di Bandung mengacu pada taman kebudayaan, yang dirancang dengan mempertimbangkan business plan secara matang. Karya seni patung I Nyoman Nuarta yang lainnya ialah Monumen Proklamator (Jakarta), Arjuna Wijaya (Jakarta), Monumen Jalesveva Jayamahe (Surabaya), Garuda Wisnu Kencana (Bali), NuArt Scuplture Park (Bandung).

KOMPAS/ARUM TRESNANINGTYAS

Nyoman Nuarta, Seniman patung.

KOMPAS/STEFANUS OSA TRIYATNA

Patung Garuda Wisnu Kencana karya maestro seni I Nyoman Nuarta berdiri kokoh di atas bangunan pedestal di kawasan Culture Park GWK, Ungasan, Kuta Selatan, Badung, Bali. Pembangunan Patung GWK yang diresmikan Presiden Joko Widodo, Sabtu (22/9/2018) ini, memperkokoh posisi pemain properti PT Alam Sutera Reality Tbk di Tanah Air.

Edhi Sunarso lahir di Salatiga, Jawa Tengah,  2 Juli 1932. Ia pernah menjadi siswa pendengar di ASRI Yogyakarta atas usulan pelukis Hendra Gunawan. Dari situlah perjalanan Edhi Sunarso sebagai seniman. Diawali pertemuannya dengan para pelukis Indonesia, seperti Affandi, Hendra Gunawan, Trubus, CY Ali, Sucahyoso, Ali Basa, dan Rustam Aji.

Pada 1952, Edhi Sunarso mendapatkan proyek pertama kali yakni pembangunan monumen Tugu Muda Semarang. Dari proyek tersebut Edhi Sunarso akhirnya berkenalan dengan Presiden Seokarno. Perkenalan dengan Presiden RI pertama itu yang kemudian membawanya menggarap berbagai monumen yang menjadi tonggak-tonggak perjuangan bangsa, sekaligus menancapkan nama Indonesia di kancah pengakuan internasional. Di luar itu semua, karya-karya Edhi Sunarso, seperti Patung Selamat Datang, Patung Pembebasan Irian Barat, dan Patung Dirgantara, kini menjadi ikon kota.

Pada 4 Januari 2016, pematung legendaris Edhi Sunarso meninggal dunia setelah dirawat di Jogja Internasional Hospital. Edhi Sunarso tutup usia diumur 83 tahun.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Edhi Sunarso Seniman Patung.

KOMPAS/NORMAN EDWIN

Patung Dirgantara di Bunderan Pancoran, Jakarta Selatan, sedang dibersihkan untuk pertama kalinya pada Desember 1991. Bentuk landasannya yang melengkung setinggi 27 meter membuat para pekerja harus menggunakan banyak sekali bambu buat perancahnya. Patung manusia dirgantara itu dibuat tahun 1964–1965 dan dipasang tahun 1966. Patung perunggu ini dirancang oleh Edhi Sunarso, lalu dikerjakan oleh Tim Pematung Keluarga Arca Yogyakarta. Landasannya diarsiteki Ir. Sutami (alm) dan dikerjakan oleh PN Hutama Karya.

.

Gregorius Sidharta Soegijo lahir di Yogyakarta, 30 November 1932. Ia lulusan dari ASRI Yogyakarta dan Jan van Eiyck Academie voor Beeldende Kunst di Belanda. Pada 2000, ia Ketua Asosiasi Pematung Indonesia. Ia merupakan pematung sekaligus pelukis dan pegrafis.

Pergaulan antar-seniman dari berbagai negara dan budaya, berangsur memberikan pemahaman bahwa di berbagai tempat pun berlangsung semacam keterputusan hubungan antara seniman, karyanya, birokrasi, ahli seni, dan masyarakat. Meskipun, di beberapa negara maju, kondisi itu diperbaiki dengan membangun infrastruktur komunitas seni dan masyarakat yang lebih sehat. Salah satu karya Gregorius Sidharta Soegijo yang terkenal adalah Patung Tonggak Samodra setinggi 17 meter di Pelabuhan Tanjungpriok, serta Orientasi dan Keseimbangan yang dipasang di di Passage Plaza, Tenjin-Fukuoka (Jepang).

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

G Sidharta Soegijo

.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Perupa G Sidharta Soegijo menggelar karyanya berjudul “Jejak Perjalanan” di Bentara Budaya Jakarta (BBJ). Tidak saja dipamerkan karya patung yang berjumlah 36 buah, tetapi juga puluhan lukisan, grafis, dan drawing yang seluruhnya ada 120 karya sebagai catatan kesenimanan Gregorius Sidharta Soegijo yang ditekuni selama 52 tahun.

Dolorosa Sinaga pematung dengan identik dengan patung perunggu berformat kecil yang mampu menawarkan sejumlah imajinasi. Patung-patung kecil tersebut dengan rerata panjang atau tinggi 1 meter dan untuk diperhatikan dari dekat, tetap kuat untuk mengantarkan pesan. Dolorosa kelahiran 31 Oktober 1952 di Sibolga, Sumatera Utara. Dolorosa tertarik akan seni patung sejak melihat teman SMP yang pandai melukis. Setelah lulus SMA pada 1971, kemudian ia melanjutkan ke Institut Kesenian Jakarta. Dolorosa semakin mendalami seni patung di jenjang Pendidikan lebih tinggi, seperti berkuliah di ST Martin’s School of Art, London, Inggris, dan Piero’s Art Foundry Berkeley, Amerika Serikat.

Awalnya Dolorosa menggunakan media marmer, batu, campuran semen, dan pasir untuk membuat patung. Pada 1985, memilih menggunakan media perunggu untuk membuat patung. Pada 1986, ia membuat pameran hasil karya pertama kalinya, yaitu patung perunggu. Dolorosa dalam membuat patung sebagian besar selalu konsisten bertemakan Ibu dan anak sejak 1996. Alasannya keberpihakan pada kehidupan. Menurutnya, seorang ibu itu harus pandai dan memiliki cinta bila ingin membesarkan anak. Salah satu kreasi patung yang populer di dunia adalah Karya berjudul ”The Crisis”, misalnya, dipajang di Hue, Vietnam, sementara ”Gate of Harmony” dipasang di Kuala Lumpur, Malaysia. Sentuhan Dolorosa yang lain, ”Faith and Illusion”, bisa diamati di Chianti, Italia. Patung-patung itu berukuran besar, tetapi ia juga menyajikan rupa yang ramping.. Kreasi –kreasi Dolorosa sarat akan isu keprihatinan, kemanusiaan, dan pergulatan. Dolorosa beberapa kali membuat pameran tunggal hasil karya seni patung yang telah dibuat di antaranya:

  • 2001, “Have You Seen a Sculpture from the Body”, Galeri Nasional, Jakarta.
  • 2003, ”Via Dolorosa”, Nadi Gallery, Jakarta.
  • 2008, ”Have You Seen a Sculpture from the Body”, Galeri Nasional, Jakarta.
  • 2009, ”Power of Shape”, Galeri Kendra, Bali.
  • 2011, ”Nature, Art, and Symphony”, Java Banana Gallery, Jawa Timur.

KOMPAS/CHRIS PUDJIASTUTI

Dolorosa Sinaga Seniman, pematung, seni patung.

KOMPAS/NINUM MARDIANA

Dolorosa Sinaga menggelar pameran tunggal patung-patungnya bertema perempuan, 11-31 Oktober 2001 di Galeri Nasional, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat.

Referensi

Arsip Kompas
  • “Dolorosa Sinaga: Besar Itu Menteror, Kecil Itu Sensasi”. Kompas, 01-08-1993, hal 5.
  • “Dolorosa Sinaga, Seni Perempuan Berpihak * Box”. Kompas, 11-10-2001, hal 12.
  • ““Saya Tidak Akan Berhenti Berteriak””. Kompas, 14-06-2015, hal 13.
  • “G Sidharta: Rakyat Butuh Rekreasi * Box.” Kompas, 03-10-1998, hal 12.
  • “G Sidharta, Seniman Patung Lupa Pensiun”. Kompas, 11-05-2011, hal 12.
  • “Pariwisata: GWK, Setelah 28 Tahun Penantian”. Kompas, 04-08-2018, hal 1.
  • “Nyoman Nuarta dan Sawah Pariwisata * Profil Nyoman”. Kompas, 11-10-1993, hal 20.
  • “Persona: Nyoman Nuarta – Terbang Kembali”. Kompas, 18-08-2013, hal 23.