Pandangan dan gagasan jurnalistik Jakob Oetama tercermin dari tulisan-tulisan humanis harian Kompas. Gaya pemberitaan ini menjadi warisan nilai yang mewarnai dunia jurnalistik di Indonesia.
Jurnalisme yang humanis berangkat dari peristiwa hidupnya semasa bangku sekolah. Sempat bersekolah di seminari menengah, Jakob Oetama memutuskan untuk keluar dan melanjutkan sekolah guru. Mengawali karier sebagai guru, Jakob berangkat ke Jakarta dan bersentuhan dengan dunia jurnalistik di mingguan Penabur sebagai sekretaris redaksi. Pertemuannya dengan Petrus Kanisius Ojong melahirkan harian Kompas di kemudian hari.
Kepekaan Jakob Oetama pada masalah-masalah kemanusiaan merupakan nilai yang ia pupuk selama menempuh pendidikan di seminari menengah. Nilai-nilai tersebut ditularkan dan diadopsi menjadi nilai-nilai spiritual Kompas. Jakob pun kerap berpesan, wartawan bukanlah pekerjaan, melainkan panggilan. Maka dari itu, tiap wartawan harus terus mengembangkan panggilan jiwa tersebut.
Istilah humanisme transendental (kemanusiaan yang beriman) digemari oleh Jakob Oetama. Istilah tersebut memiliki makna manusia yang berpusat pada ilahi yang diwujudkan dengan sikap empati. Atas sikap empati tersebut, harian Kompas menyajikan tulisan dengan warna humanisme yang kental dan penuh pengertian.
Pandangan ini menjadi dasar bagi Kompas dalam menulis dan menyajikan berita. Kompas menyikapi berbagai peristiwa dan persoalan dengan tenggang rasa. Sejahat-jahatnya manusia pasti ada sisi baiknya karena tidak ada malaikat di dunia. Kompas menempatkan manusia dan kemanusiaan sebagai nilai terpenting dalam jurnalismenya.
Warisan pemikiran Jakob Oetama diakui banyak pihak melalui berbagai penghargaan yang diterima semasa hidupnya. Pengakuan berbagai institusi atas kinerja Jakob Oetama menunjukkan sikap mulia yang ia miliki sebagai wartawan dan manusia.
Jakob Oetama memperoleh Bintang Mahaputra III dari Presiden Soeharto pada tahun 1973. (KOMPAS/PAT HENDRANTO).
Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama menerima penghargaan sebagai The Best CEO 2003 dari majalah SWA bekerja sama dengan Synovate dan Dunamis Organization Service di Hotel Intercontinental MidPlaza, Jakarta. (KOMPAS/ALIF ICHWAN).
Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama mendapat gelar doktor honoris causa dan menyampaikan pidato Antara Jurnalisme Fakta dan Jurnalisme Makna di hadapan sivitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM) di tahun 2003. (KOMPAS/EDDY HASBY).
Penghargaan The Indonesia Enterpreneur Of The Year 2005 kepada Pimpinan Umum Harian Kompas, Jakob Oetama diberikan Ernst & Young sebagai “Tokoh yang Memberi Inspirasi di Masa Mendatang” di Hotel Mulia Jakarta. (KOMPAS/LUCKY PRANSISKA).
Jakob Oetama menerima penghargaan Lifetime Achievement Award pada tahun 2007 dari Direktur Utama Bank BRI Sofyan Basir di The Dharmawangsa Hotel, Jakarta, atas jasa-jasanya dalam menyumbangkan banyak pemikiran bagi kemajuan bangsa melalui media. (KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO).
Presiden Komisaris Kompas Gramedia Jakob Oetama menyampaikan pidato seusai menerima bintang jasa “The Order of The Rising Sun, Gold Rays with Neck Ribbon” dari Pemerintah Jepang yang diserahkan oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kojiro Shiojiri di Jakarta pada tahun 2010. Ia dinilai berjasa dalam meningkatkan hubungan antara negara Jepang dan Indonesia. (KOMPAS/WISNU WIDIANTORO).
Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama menerima penghargaan Medali Emas Spirit Jurnalisme yang diserahkan Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia Margiono pada Silaturahmi Pers Nasional di Aula TVRI Pusat. (KOMPAS/WISNU WIDIANTORO).
Jakob Oetama menerima Ciputra Award bidang sosial dalam penghargaan yang diserahkan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan Presiden Komisaris, Ciputra Group, Ciputra, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, 2011. (KOMPAS/RADITYA HELABUMI).
Referensi
Penulis
Yoan Oktaviani
Editor
Inggra Parandaru