Kronologi | Jakob Oetama

Jejak Langkah Jakob Oetama

Tokoh pers Indonesia, Jakob Oetama, berpulang, Rabu, 9 September 2020, pada usia 88 tahun. Pria kelahiran 27 September 1931 ini mengawali karier jurnalistiknya sebagai redaktur di majalah mingguan "Penabur" pada 1956. Melalui Kelompok Usaha Kompas Gramedia, Jakob Oetama berhasil mengembangkan banyak usaha tanpa meninggalkan identitas sebagai wartawan dengan nilai kejujuran, integritas, dan humanisme.

KOMPAS/DJ PAMOEDJI

Pemimpin Redaksi Kompas, Jakob Oetama (baju putih) dalam kesempatan HUT Kompas di halaman Percetakan Gramedia, Palmerah Selatan 26-28 Jakarta, pada 29 Juni 1974.

Pada 1963, Jakob Oetama menerbitkan majalah Intisari bersama rekannya sesama jurnalis, PK Ojong. Dua tahun kemudian, pria yang akrab dengan inisial JO ini, bersama PK Ojong mendirikan harian Kompas pada 28 Juni 1965. Sepeninggal PK Ojong, JO mengelola bisnis dan redaksi Kompas seorang diri.

Selain di media, JO juga aktif dalam beberapa organisasi pers, bahkan politik. Ia tercatat pernah menjabat sebagai pembina pengurus pusat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan penasihat Konfederasi Wartawan ASEAN. Di bidang politik, ia sempat menjadi anggota DPR/MPR.

Berkat pengabdiannya di bidang pers, ia mendapatkan sejumlah penghargaan, termasuk gelar Doktor Honoris Causa dari sejumlah universitas dan Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah Indonesia pada 1973.

1956


Menjadi Redaktur Mingguan Penabur hingga 1963.

1963


Pendiri Harian KOMPAS, (dari kiri) Jakob Oetama pendiri, PK Ojong pendiri, serta J Adisubrata, Pemimpin Redaksi Majalah INTISARI, serta Irawati saat masih di Jalan Pintu Besar Selatan 86-88 Jakarta Kota, sebelum tahun 1969. (Dok. KOMPAS)

17 Agustus 1963
Jakob Oetama bersama PK Ojong dan J Adisubrata membidani Intisari. Pada terbitan kedua, Irawati (Lie Hwat Nio) turut bergabung. Intisari terbit dengan ukuran 14×17,5 sentimeter, hitam-putih tanpa kulit muka, dengan ketebalan 128 halaman. Saat itu dicetak 10.000 eksemplar dengan harga jual per eksemplarnya Rp 60 di Jakarta dan Rp 65 per eksemplar untuk luar Jakarta.

1965


28 Juni 1965
Bersama PK Ojong mendirikan harian Kompas. PK Ojong menjadi Pemimpin Umum, Jakob Oetama menjadi Pemimpin Redaksi Harian Kompas. Selain itu Jakob juga menjadi Sekretaris Jenderal PWI hingga 1969.

1966


Menjadi anggota DPR hingga 1982.

1974


20 Maret 1974
Bersama PK Ojong, mendirikan Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Buku pertama yang diterbitkan GPU adalah novel berjudul Karmila yang pernah dimuat secara bersambung di harian Kompas. Pada tahun ini, Jakob Oetama juga menjadi Penasehat Konfederasi Wartawan ASEAN

Jakob Oetama dan Menteri Perumahan Kabinet Pembangunan, Cosmas Batubara (depan, nomor tiga dari kiri) pada saat peresmian perumahan karyawan KOMPAS di Ciputat, Jawa Barat pada sekitar 1978. (Dok.KOMPAS)

1980


Setelah PK Ojong wafat, Jakob Oetama merangkap sebagai Pemimpin Umum Harian Kompas dan Presiden Direktur PT Gramedia Multi Utama (Gramedia Group).

1981


Menjadi Komisaris Dewan Penyantun LBH.

1982


26 September 1982
Mendirikan Bentara Budaya Yogyakarta (BBY). Ide pendirian Bentara Budaya awalnya dilontarkan budayawan Sindhunata SJ dan beberapa wartawan Kompas pada pertengahan 1982 menyikapi minimnya fasilitas panggung budaya serta ruang pamer bagi para perupa di Yogyakarta. Pendirian Bentara Budaya Yogyakarta disusul dengan Bentara Budaya Jakarta tahun 1986, Balai Soedjatmoko Solo tahun 2003, dan terakhir Bentara Budaya Bali tahun 2009. Pendirian Bentara Budaya ini didasari pada semangat keberpihakan pada seni dan kebudayaan pinggiran. Selain itu, Bentara Budaya juga menjadi manifestasi keinginan Kompas menerjemahkan visi-visi kulturalnya dalam tindakan nyata. Kegiatan yang dilakukan Bentara Budaya mencakup dua bidang, kesenian dan kerajinan rakyat.

1983


25 April 1983
The Jakarta Post terbit pertama kali. Media cetak berbahasa Inggris ini didirikan oleh gabungan empat media di Indonesia, salah satunya Kompas. Media ini hadir sebagai jawaban kegundahan sebagian kalangan atas anggapan bias terhadap Indonesia di sumber berita asing.

1984


3 Maret 1984
Menerbitkan tabloid olahraga bernama Bola sebagai sisipan, yang berlaku dari No. 1 sampai dengan No. 213 (25 Maret 1988). Sejak No. 214 (2 April 1988), Bola diedarkan terpisah dari Kompas.

 

1992


28 Juni 1992
Dalam ulang tahun ke-27, Kompas menerbitkan Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 1992. Buku ini berisikan kumpulan cerpen pilihan yang pernah dimuat Kompas.

30 September 1992
Jakob Oetama diambil sumpah/janji sebagai anggota MPR dari utusan golongan Periode 1992-1997.

 

1995


Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi KOMPAS, Jakob Oetama secara simbolis menyerahkan beasiswa bagi loper koran pada peringatan HUT KOMPAS ke-30 di Dunia Fantasi, Ancol, Jakarta (1/7/1995). (CORCOMM KOMPAS GRAMEDIA)

1 Juli 1995
Memberikan beasiswa bagi seribu loper koran dan 143 mahasiswa. Pemberian beasiswa bagi para loper koran untuk tingkat SD, SLTP, dan SLTA ini sebenarnya pernah dilakukan tahun 1989-1990 kemudian terhenti.

Kompas juga memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang akan menyelesaikan studi untuk S1, S2, dan S3. Sejak tahun 1993, pengelolaan beasiswa bagi para mahasiswa ini dilakukan lebih teratur dan lebih sistematis oleh sebuah tim kecil yang diketuai oleh Direktur SDM-Umum Kompas, P Swantoro.

Dari tahun 1993 hingga Juni 1995, Kompas mengeluarkan Rp 750 juta untuk membantu 143 mahasiswa yang sedang menyelesaikan studinya di berbagai tingkat, S1, S2, dan S3. Mereka menyelesaikan studinya di 36 universitas dan perguruan tinggi negeri maupun swasta di dalam negeri, serta 12 orang di universitas luar negeri seperti Australia, Amerika Serikat, dan India.

14 September 1995
Meluncurkan Kompas Online dalam bentuk World Wide Web yang bisa diakses melalui alamat www.kompas.co.id. Kompas Online menjadi solusi bagi pembaca di luar Pulau Jawa maupun luar negeri.

1996


11 Agustus 1996
Jakob Oetama menyerahkan kartu sehat kepada agen harian Kompas, The Jakarta Post, Gramedia Majalah, dan mingguan olahraga Bola. Dengan kartu sehat ini, agen beserta keluarga (seorang istri dan dua anak) akan memperoleh bantuan biaya kesehatan jika sakit.

1999


10 Maret 1999
Kompas Cyber Media (KCM) muncul sebagai pengembangan dari Kompas Online. KCM dibentuk untuk arah masa depan internet yang bakal menjadi bagian terpadu kehidupan sehari-hari. Selain berita-berita yang berasal dari harian Kompas, informasi di Kompas Cyber Media diperbarui dengan berita aktual yang terjadi pada saat itu (news updates) tanpa harus menunggu pemuatannya di media cetak keesokan harinya.

27 September 1999
Jakob Oetama terpilih menjadi Ketua Umum Serikat Penerbit Surat Kabar periode 1999-2003 dalam Kongres XX SPS di Jakarta.

15 Oktober 1999
Membentuk unit Penerbit Buku Kompas dengan logo anak menunggang kerbau untuk menangani penerbitan kembali tulisan dan artikel yang pernah dimuat.

2000


Presiden Direktur Kelompok Kompas Gramedia (KKG) yang menaungi TV7, Jakob Oetama (kanan), didampingi Presiden Direktur Trans Corp yang menaungi TransTV, Chairul Tanjung, saat jumpa pers di Jakarta (4/8/2006).

22 Maret 2000
Mendirikan TV7 dan diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Dalam perjalanannya, pada tanggal 4 Agustus 2006 Kelompok Kompas Gramedia membangun hubungan kerjasama strategis dengan CT Corp dan sejak itu TV7 berubah menjadi TRANS7.

2001


Meluncurkan tiga buah buku dalam rangkaian peringatan ulang tahun ke-70 Jakob Oetama. Ketiga buku tersebut adalah Berpikir Ulang tentang Keindonesiaan, Pers Indonesia Berkomunikasi dalam Masyarakat Tidak Tulus, serta Dunia Usaha dan Etika Bisnis.

2007


Pemimpin Umum KOMPAS Jakob Oetama (kedua kanan) bersama Direktur Bursa Efek Jakarta (BEJ) Erry Firmansyah (kedua kiri), meluncurkan indeks Kompas100 sekaligus membuka perdagangan BEJ (10/8/2007). Hadir mendampingi adalah Direktur Perdagangan BEJ MS Sembiring (kanan) dan Pemimpin Redaksi KOMPAS Suryopratomo. (KOMPAS/LUCKY PRANSISKA).

10 Agustus 2007
Kompas bekerja sama dengan Bursa Efek Jakarta (kini Bursa Efek Indonesia) meluncurkan indeks harga saham yang dinamakan indeks Kompas100. Kompas100 memuat 100 saham unggulan di BEJ yang merupakan acuan dalam melihat arah pergerakan pasar dan acuan investor dalam mengatur portofolio investasi sahamnya.

Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh (ketiga dari kiri) memukul beduk, didampingi (kiri ke kanan) Rektor Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Yohanes Surya, Ketua Yayasan Media Informasi Teddy Surianto, dan Chairman Kompas Gramedia Jakob Oetama, saat meresmikan Kampus UMN di Serpong, Tangerang, Banten (2/12/2009). (KOMPAS/YUNIADHI AGUNG)

3 September 2007
Mendirikan Universitas Multimedia Nusantara (UMN) sebagai jawaban atas permasalahan rendahnya daya serap lulusan perguruan tinggi di dunia kerja. UMN menyediakan tiga fakultas yakni, Fakultas Komunikasi dan Desain, Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi (lCT), dan Fakultas Ekonomi.

2008


Pemimpin Umum Harian KOMPAS Jakob Oetama bersama para penerima penghargaan cendekiawan berdedikasi di Jakarta (27/6/2008). Penghargaaan diberikan kepada Sayogyo, Satjipto Rahardjo, MT Zen, Soetandyo Wignyosoebroto, dan Thee Kian Wie (kiri kekanan). (KOMPAS/YUNIADHI AGUNG)

27 Juni 2008
Dalam rangka ulang tahun ke-43, Kompas memberikan apresiasi melalui penghargaan Cendekiawan Berdedikasi untuk pertama kalinya kepada lima cendekiawan yang dinilai memiliki komitmen tinggi dan memiliki asketisisme intelektual. Para penerima penghargaan tersebut adalah Prof Dr MT Zen, Prof Dr Sayogyo, Prof Dr Soetandyo Wignyosoebroto, Prof Dr Satjipto Rahardjo, dan Dr Thee Kian Wie. Penghargaan ini selanjutnya diberikan secara rutin kepada para cendekiawan sebagai bagian dari rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun Kompas setiap tahunnya.

2011


9 September 2011
Siaran perdana Kompas TV di sembilan kota besar. Dalam perkembangannya, Kompas TV hadir sebagai televisi berita dengan komitmen memberikan informasi yang tegas, terarah, sekaligus menumbuhkan harapan bagi masyarakat.

2016


Pemimpin Umum Harian KOMPAS Jakob Oetama (tengah) menyerahkan anugerah Bentara Budaya Award (BBJ) kepada para seniman , yaitu Hendrikus Pali, Anak Agung Ngurah Oka, Joko Purnomo yang mewakili Mardji Degleg, Sitras Anjilin, Sulasno, Dirjo Tambur, Rastika, Pang Tjin Nio, Zulkaidah Harahap (kiri ke kanan) dan Ni Nyoman Tanjung (tidak dapat hadir) di Bentara Budaya Jakarta (26/9/2016). Anugerah Bentara Budaya Award ini diberikan kepada para seniman yang mendedikasikan hidupnya di bidang seni masing-masing. Perayaan 30 tahun BBJ juga diisi Pameran Seni Rupa “Slenco”. (KOMPAS/RIZA FATHONI)

26 September 2016
Bentara Budaya memberikan penghargaan kepada 10 seniman. Kesepuluh seniman itu memiliki karya unik dan fenomenal. Karya-karya mereka merupakan hasil kerja keras, tetapi kurang mendapat perhatian dan penghargaan dari masyarakat. Kesepuluh seniman tersebut adalah Ni Nyoman Tanjung (perupa, Bali), Anak Agung Ngurah Oka (seniman keramik klasik, Bali), Pang Tjin Nio (sinden gambang keromong, Jakarta), Rastika (pelukis kaca, Cirebon), Sitras Anjilin (seniman wayang orang, Merapi, Magelang), Sulasno (tukang becak dan pelukis kaca, Yogyakarta), Mardi Gedek (dalang wayang klithik, Bojonegoro, Jawa Timur), Dirdjo Tambur (pemain ketoprak senior, Yogyakarta), Hendrikus Pali (penggiat tenun dan seni tari, dan Kambera (Sumba Timur, NTT), serta Zulkaidah Harahap (ketua opera tradisional, Batak, Sumatera Utara).

2020


9 September 2020
Jakob Oetama meninggal sekitar pukul 13.05 WIB setelah dirawat sejak tanggal 22 Agustus 2020 di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Referensi

Arsip Kompas
  • Dari Yogya untuk Jakob Oetama… KOMPAS Jogja, 23 Oktober Halaman: 010.
  • Kompas TV: Merayakan Perubahan, Menyuarakan Indonesia. KOMPAS, 29 Januari 2016. Halaman: 01.
  • Ruang Batin. KOMPAS, 19 Juli 1992. Halaman: 010.
  • Kompas Online: Informasi Masa Depan. KOMPAS, 22 Oktober 1995. Halaman: 001.
  • Kompas Cyber Media: Layanan Informasi Aktual di Internet. KOMPAS, 06 Agustus 1998. Halaman: 006.
  • Jakob Oetama, Ketua Umum SPS. KOMPAS, 27 September 1999. Halaman: 006.
  • Inspirasi Lintas Generasi. KOMPAS, 28 Juni 2015. Halaman: 44.
  • TV7 dan TransTV Kerja Sama Tingkatkan Rating. KOMPAS, 05 Agustus 2006. Halaman: 013.
  • “Kompas” “Masuk” Bursa Efek Jakarta. KOMPAS, 12 Agustus 2007. Halaman: 001.
  • Universitas Multimedia Nusantara, Mempercepat Era Canggih Itu. KOMPAS, 17 November 2006. Halaman: 001.
  • Penghargaan “Kompas”: Cendekiawan Berkomitmen. KOMPAS, 27 Juni 2008. Halaman: 001.
  • KompasTV Warnai Televisi Nasional. KOMPAS, 01 September 2011. Halaman: 11.
  • Bentara Budaya Award untuk 10 Seniman. KOMPAS, 19 September 2012. Halaman: 12.
Buku

Sularto, St. 2015. Syukur Tiada Akhir: Jejak Langkah Jakob Oetama. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Penulis
Rendra Sanjaya
Editor
Inggra Parandaru