KOMPAS/Marseli
Kompas, 5 Februari 1982
Kursi besi di dalam gedung bioskop Seronie, di Jakarta Barat. Di sana-sini tergantung kipas angin dan “gedung” ini tidak begitu kedap cahaya.
Sebelum mulai menjamurnya bioskop sinepleks pada sekitar tahun 1988, yang memanjakan penonton dengan kenyamanan, perbioskopan Indonesia pernah diramaikan bioskop kelas bawah. Jumlahnya pun lebih banyak dari bioskop elite yang ada. Umumnya bioskop-bioskop murah meriah tersebut berada di tempat keramaian daerah pinggiran.
Bioskop-bioskop ini juga menjadi pusat aktivitas sosial dan ekonomi. Di sekitar gedung bioskop berjejer pedagang menggelar dagangan, dan menjadi semakin ramai saat menjelang jam pertunjukan. Pedagang asongan, tukang parkir, calo tiket bahkan copet berbaur dengan antrean pengunjung yang antre membeli tiket.
Di dalam ruang bioskop yang sederhana dan biasanya tanpa pendingin dan hanya dilengkapi dengan beberapa kipas angin, penonton bisa bebas merokok danĀ makan seenaknya, bahkan buka baju kalau kegerahan. Kursi penonton tanpa nomor biasanya hanya terbuat dari kayu atau besi. Kalau ada yang berjok empuk, jangan harap kursi itu bersih atau utuh.
Teriakan, tepuk tangan, siulan, dan celetukan penonton selalu terdengar selama pertunjukan berlangsung, apalagi saat adegan seru. Bila demikian, jangan sampai film terputus karena gangguan teknis, alih-alih kursi bisa ditendang.
KOMPAS/Chrys Kelana
Bioskop Kentjana Theatre di kawasan Pasar Jatinegara, Jakarta Timur pada tahun 1973.
KOMPAS/Marseli
Bioskop Dhady di Solo, Jawa Tengah pada tahun 1981.
KOMPAS/Efix Mulyadi
Pedagang makanan di sekitar Bioskop Rivoli di Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat pada tahun 1983. Bioskop yang berdiri tahun 1952 itu merupakan primadona bagi penggemar film-film India.
KOMPAS/Yovita Arika
Kompas, 27 Juni 2004
Bioskop Reksa di Kota Salatiga, Jawa Tengah yang masih bertahan pada tahun 2004.
KOMPAS/Hamzirwan
Kompas, 26 Januari 2004
Sedikitnya 200 remaja memadati satu-satunya bioskop di Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam (25/1/2004), agar dapat menonton film terbaru Indonesia, Eiffel I’m in Love. Sulitnya mencari hiburan di Banda Aceh menyebabkan mereka rela antre berjam-jam untuk mendapatkan tiket masuk bioskop.
KOMPAS/Marseli
Kompas, 8 Februari 1982
Berdesak-desakan ialah pemandangan biasa dari bioskop kelas bawah.
KOMPAS/Marseli
Kompas, 6 Februari 1982
Ciri khas sebuah bioskop kelas bawah ialah jalan masuk menuju loket biasanya terbuat dari pagar besi, yang kesannya mirip “kerangkeng”.
KOMPAS/Soelastri Soekirno
Meskipun dengan fasilitas seadanya penonton di bioskop Kelud Theater, Malang, Jawa Timur tampak asyik menikmati film yang tengah diputar. Foto tahun 1986