KOMPAS/Hasanuddin Assegaff
Suasana kampanye PDI tahun 1987 di Jakarta. Warga di pinggir-pinggir jalan menyambut dengan antusis peserta kampanye di yang berada atas truk.
Perkembangan teknologi internet ternyata berdampak terhadap kampanye politik. Kini partai politik dan para calon legislatif lebih memanfaatkan media, khususnya media sosial untuk menarik para pemilih, karena dianggap lebih efektif dan efisien.
Sebelum masif dan kuatnya penetrasi era internet di masyarakat, kampanye pemilu kala itu hanya menjadi ajang mengajak rakyat memilih partai politik.
Pascareformasi dengan diselenggarakanya pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung sejak tahun 2004, telah mengubah strategi dalam kampanye, dari kampanye tradisional arak-arakan di jalan dan pengerahan massa, bertaranformasi ke media sosial.
Kampanye pemilu di masa lalu, bagai pesta rakyat lima tahunan, suasananya sangat meriah. Keramaian tidak hanya berpusat di tanah-tanah lapang atau gedung yang sudah ditetapkan sebagai pusat kampanye. Para simpatisan partai dan warga juga tumpah ruah di jalan-jalan.
Konvoi berbagai jenis kendaraan yang dihias atau ditempel dengan berbagai atribut partai memenuhi jalan-jalan utama. Mulai dari truk besar, bus, mobil pribadi, dan sepeda motor. Umumnya setiap kendaraan ditumpangi melebihi kapasitas. Diantara mereka banyak yang duduk di atap-atap mobil atau bus sambil membawa bendera partai atau mengangkat tangan menunjukkan jumlah jari sesuai nomor partai.
Bak gayung bersambut, warga di pinggir-pinggir jalan dengan antusias memberi dukungan kepada peserta kampanye. Mereka membalas setiap lambaian tangan atau turut menunjukan jumlah jari sesuai nomor partai.
Diantara iring-iringan kendaraan bermotor ada saja rombongan-rombongan kecil massa yang rela berjalan kaki atau bersepeda. Layaknya karnaval, banyak di antara mereka berpakaian dan membawa properti serba unik. Ada yang berpakaian ala petani sambil membawa bebek, atau memakai kostum bak tokoh dalam film.
Untuk menarik kedatangan warga ke pusat-pusat kampanye, aneka hiburan disajikan di atas panggung. Tidak hanya musik dangdut yang menjadi favorit pengunjung. Tidak sedikit panitia yang kreatif menampilkan pertunjukan-pertunjukan yang tak biasa, seperti lawak, debus sampai pertandingan tinju.
Meskipun selalu terjadi penumpukan massa dalam setiap kampanye, sebenarnya jarang terjadi kerusuhan. Bila ditelusuri, beberapa kasus kerusuhan kampanye pecah akibat ada provokasi oleh pihak tertentu, yang ingin memberi kesan negatif terhadap partai politik tertentu atau terlalu represifnya pihak aparat kemanan.
KOMPAS/Julian Sihombing
Puluhan ribu warga dan simpatisan PPP turun ke jalan di Jakarta dengan berbagai jenis kendaraan, mulai dari motor, pribadi, truk dan bus (29/4/1997). Mereka berkeliling membawa atribut partai berlambang bintang.
KOMPAS/Kartono Ryadi
Meskipun dalam peraturan anak-anak dilarang ikut dalam kampanye partai politik, namun pada kenyataaannya banyak anak di bawah umur yang ikut dalam arak-arakan.
KOMPAS/Hasanuddin Assegaff
Kampanye juga dijadikan ajang mejeng bagi sebagian kaum muda. Tampak peserta kampanye duduk di atap mobil saat kampanye PDI tahun 1987 di Jakarta.
KOMPAS/Arbain Rambey
Beberapa pria peserta kampanye PPP menggenakan pakaian daster saat arak-arakan keliling Jakarta (31/5/1999). Polah tingkah mereka membuat pesta politik semakin ceria.
KOMPAS/Eddy Hasby
Seorang berpakaian surjan (baju laki-laki khas jawa) lengkap dengan blangkon membawa seekor bebek memeriahkan suasana kampanye PPP tahun 1999 di Jakarta.
KOMPAS/Johnny TG
Ada-ada saja polah simpatisan PDI. Untuk menarik perhatian saat kampanye ia membawa kardus bekas yang sudah dibentuk mirip kamera televisi dan mengarahkannya kepada orang di sekitar, seolah-olah sedang merekam.
KOMPAS/Tri Agung Kristanto
Atraksi debus di atas panggung hiburan saat kampanye PDI Perjuangan tahun 1999 di Jakarta.
KOMPAS/Syamsul Hadi
Tidak hanya musik dangdut, untuk menarik orang hadir panitia kampanye Golkar di Jember juga mengadakan acara pertandingan tinju. Foto tahun 1987.
Foto lainnya dapat diakses melalui: https://data.kompas.id/
Klik foto untuk melihat sumber.