Foto | Otomotif

Masa Emas Dunia Motokros Indonesia

Intensitas seringnya digelar ajang kejuaraan motokros pada 1970 hingga 1990-an telah melahirkan deretan kroser tangguh di Indonesia. Kroser-kroser hebat Indonesia bahkan prestasinya mampu berbicara di level Internasional.

KOMPAS/Raka Santeri

Raja motokros era 1970-an, Popo Hartopo sedang beraksi dalam lomba Motokros IMI Bali 1977 di Denpasar, Bali (10/12/1977). Dalam lomba tersebut pebalap kawakan itu tampil sebagai juara pertama.

Lomba motokros adalah adu balap sepeda motor trail yang digelar di lintasan tanah. Pebalap atau kroser juga harus melewati rintangan yang berupa gundukan-gundukan tanah. Selain skill mengendarai sepeda motor, dibutuhkan nyali bagi pebalap yang ingin bersaing di arena balap motokros.

Meskipun tergolong  ekstrem, olahraga ini termasuk banyak penggemarnya di tanah air. Dalam setiap event perlombaan selalu saja dipenuhi penonton yang ingin menyaksikan atraksi para kroser jumping dan saling salip di tanah berlumpur.

Sejak tahun 1970 hingga awal 2000-an berbagai acara lomba motokros sering diadakan di tanah air, baik tingkat lokal, nasional maupun internasional. Perhatian dari pemerintah, khususnya pemerintah daeah dan pengurus olahraga otomotif terbilang cukup baik, termasuk liputan dari berbagai media massa.

Tak heran, selama tiga dekade muncul sederet nama kroser tangguh di tanah air. Seperti Popo Hartopo, Bambang Prabowo, Candra Tandio, dan Dudi Mahdi pada tahun 1970-an. Pada era ini, Popo Hartopo seperti sulit ditandingi pada setiap lomba ajang nasional. Ia juga pernah beberapa kali menjuarai lomba tingkat internasional di luar negeri.

Dekade 1980-an tampil nama-nama Iwan Bigwanto, Susilo Harahap, Sulstyo Wibowo, Tonk Enk, dan Erwin Mancha, yang sebagian debutnya sudah dimulai pada akhir 1970.

Seperti terus beregenerasi. Tahun 1990-an menjadi masa subur lahirnya kroser-kroser di Indonesia. Mereka saling bersaing berebut gelar juara di ajang-ajang nasional. Beberapa dari mereka adalah Johny Pranata, Frans Tanujaya, Pieter Tanujaya, Robby Latukolan, Satya Sunarso, Ronny Karno, Dwi Sugiarto, Aep Dadang Supriatna, dan Irwan Ardiansyah. Kroser Johny Pranata menjadi yang paling favorit kala itu. Atraksinya di sirkuit selalu di tunggu penonton dan menjadi ancaman bagi pebalap lainnya.

IPPHOS

Kroser Popo Hartopo menerima Piala Bergilir dari Gubernur DKI yang diserahkan oleh Wakil Gubernur DKI Urip Widodo, setelah ia keluar sebagai juara pertama empat kelas perlombaan. Lomba motokros itu diselenggarakan dalam rangka memeriahkan HUT RI ke-33 di arena Pacuan Kuda Pulomas, Jakarta (20/8/1978).

KOMPAS/Kartono Ryadi

Koke dari Bandung (kanan) dengan tampak terbang melalui gundukan rintangan bersaing dengan pebalap Jakarta Sulistyo Wibowo (104) dalam kelas free for fall sampai 125cc dalam kejuaraan terbuka motokros Pulo Mas II (29/10/1978). 

KOMPAS/Zaenal Effendy

Kroser tahun 1980-an Iwan Bigwanto ketika beralaga di Sirkuit Halim Perdana kusuma, Jakarta (31/10/1982). Dalam perlombaan yang disaksikan sekitar 25.000 penonton tersebut, Iwan Bigwanto keluar sebagai juara pertama nomor khusus yunior 125cc.

KOMPAS/Kartono Ryadi

Kroser asal Jawa Barat, Tonk Enk mengacungkan tangan kirinya ketika memastikan diri sebagai juara dalam lomba motokros internasional di Sirkuit Citeureup, Jabar (23/10/1988). Tonk Enk yang tampil di nomor 250cc Terbuka Internasional meraih Piala Menpora dengan mencatat waktu 26.34,36 detik. Urutan kedua diduduki pebalap Australia, David Wright.

KOMPAS/Zaenal Effendy

Pebalap Tonk Enk setelah memenangkan lomba di nomor 250cc Terbuka Internasional di Sirkuit Citeureup, Jawa Barat (23/10/1988).

BOLA/Stefan Sihombing

Kroser andal Johny Pranata. Foto tahun 1992.

KOMPAS/Arbain Rambey

Pebalap Johny Pranata tampil sebagai juara umum lomba motokros Gudang Garam Champ of the Champ di sirkit Tasitolu, Dili, Timtim (24/7/1994). Johny dengan Suzuki RM 125 cc memukau masyarakat Dili yang baru pertama kali menjadi tuan rumah seri kejurnas. Ia menjuarai kelas 125 cc SE, namun di kelas 250 cc juara direbut Pieter Tanujaya karena Johny sempat jatuh. Namun Johny tetap menjadi juara umum, diikuti Pieter di posisi kedua dan Iwan Ciss di tempat ketiga.

KOMPAS/Agus Susanto

Irwan Ardiansyah mengemudikan Suzuki SE 125 cc melahap satu tikungan berdebu saat kualifikasi waktu Kejuaraan Motokros Asia UAM Gudang Garam di Sirkuit Arcamanik, Bandung, Sabtu (21/9/2002). 

KOMPAS/Danu Kusworo

Kroser Bandung yang bergabung dengan tim Evalube Pro Racing, Aep Dadang Supriatna (nomor 1), menjuarai kelas SE 125 cc di putaran ketiga kejurnas motokros Gudang Garam Internasional yang berlangsung di Malang, Jawa Timur, Minggu (10/4/2005). Peringkat kedua diraih pembalap asal Solo, Denny Orlando, dari tim Pertamina Enduro 4 Tak.

Referensi

“Popo Hartopo Dominir Lomba Motocross di Jurug”. Kompas, 6 Juli 1977 hal 10.

“Bambang Prabowo Juara Motor Cross di Solo”. Kompas, 7 Desember 1977 hal 8.

“Popo Hartopo Merajai Loba Motocros di Pulomas I”. Kompas, 21 Agustus 1978 hal 14.

“Popo Hartopo Juara Lagi dalam Lomba Motocross Asia”. Kompas, 13 November 1978 hal 14.

“Johny Pranata Juara”. Kompas, 24 Agustus 1992 hal 15. 

“Johny Pranata tak Tergoyahkan”. Kompas, 7 Juni 1993 hal 15. 

“Johny Pranata Juara Umum”. Kompas, 25 Juli 1994 hal 19. 

Foto lainnya dapat diakses melalui:
https://www.kompasdata.id/

Klik foto untuk melihat sumber.