Foto | Hari Tani

Hari Tani, Petani Bersuara Menuntut Kesejahteraan

Penetapan tanggal 24 September sebagai Hari Tani merupakan kisah sejarah panjang pemaknaan kemakmuran rakyat. Melalui aksi demonstrasi, buruh tani merayakannya.

(KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA)

Buruh tani perempuan membuka hari mereka sebelum bekerja dengan sarapan bersama di pematang sawah di Desa Karangsari, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak, Jawa Tengah (6/3/2020).

Tanggal 24 September 1960 merupakan hari bersejarah di mana Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) lahir.

Kelahiran UUPA memakan proses 12 tahun. UUPA dirancang pertama kali tahun 1948 dengan pembentukan Panitia Agraria Yogya (1948). Sejak inisiasi pembentukan pertama, proses penetapan UUPA tak cukup sekali pembahasan. Setelah tahun 1948, dibentuklah Panitia Agraria Jakarta (1951), Panitia Soewahjo (1955), Panitia Negara Urusan Agraria (1956), Rancangan Soenarjo (1958), dan Rancangan Sadjarwo (1960). Akhirnya Rancangan Sadjarwo (1960)-lah yang digodok dan diterima secara bulat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR), yang dipimpin Haji Zainul Arifin kala itu.

Kelahiran UUPA adalah lambang perwujudan amanat Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 (Naskah Asli), yang menyatakan: “Bumi dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Kehadirannya digunakan sebagai dasar penyusunan hukum nasional, dasar kepastian hukum hak atas tanah bagi seluruh rakyat semata-mata untuk menciptakan kemakmuran dan keadilan bagi negara dan rakyat, khususnya rakyat tani.

Sudah 60 tahun berselang, perwujudan reformasi agraria belum kunjung terasa nyata. Masih kita temukan petani hidup di bawah garis kemiskinan. Perselisihan lahan antara petani dan pihak ketiga juga masih terjadi. Tidak kunjung mereka merasakan kesejahteraan yang digadang-gadang atas UUPA.

Pada 24 September, dalam semangat merayakan Hari Tani, para petani berunjuk rasa. Berikut foto Kompas yang menangkap momen tersebut.

Sekitar 150 pengunjuk rasa STN, sejak sekitar pukul 10.00 tiba di depan Istana Negara pada 25 September 2000. Mereka membentangkan spanduk dan poster pro petani. (KOMPAS/EDDY HASBY)

Ratusan petani yang tergabung dalam Federasi Serikat Petani Indonesia memperingati Hari Tani Indonesia ke-40 dengan menggelar aksi unjuk rasa di depan Istana Merdeka (25/9/2000). (KOMPAS/EDDY HASBY)

Lebih dari lima ribu petani memperingati Hari Agraria dengan memadati halaman Gedung DPRD Provinsi Jawa Tengah, Semarang (25/9/2003). (KOMPAS/EDDY HASBY)

Memperingati Hari Tani Nasional ke-25, ratusan massa yang tergabung antara lain dalam Aliansi Pemuda Tani Indonesia dan Barisan Rakyat Merdeka, berunjuk rasa di depan Istana Negara Jakarta (24/9/2005). (KOMPAS/LUCKY PRANSISKA).

Kelompok yang tergabung dalam Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia melakukan demonstrasi memperingati Hari Tani di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta (25/9/2009). (KOMPAS/LASTI KURNIA)

Ratusan petani dan buruh tani dari Serikat Petani Indonesia memperingati Hari Tani ke-51 di depan Istana Merdeka, Jakarta (24/9/2011). (KOMPAS/LUCKY PRANSISKA)

Aktivis dan petani menggelar aksi solidaritas dalam rangka peringatan Hari Tani Nasional, di depan Kantor Kejaksaan Tinggi Negeri Jawa Tengah, Kota Semarang (6/10/2015). (KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA)

Petani yang tergabung dalam Aliansi Tani dan Buruh Mandiri Sejahtera memperingati Hari Tani Nasional dengan mengadakan aksi solidaritas di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah, Kota Semarang (27/9/2016). (KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA)

Hari Tani Nasional di Kota Jambi diperingati dengan unjuk rasa petani dan mahasiswa mulai dari Simpang Bank Indonesia menuju Gedung DPRD Provinsi Jambi (27/9/2016). (KOMPAS/IRMA TAMBUNAN)

Perwakilan petani dari sejumlah daerah di Indonesia menyerahkan Deklarasi Petani Indonesia di pembukaan Global Land Forum 2018 di Bandung, Jawa Barat, tahun 2018. (KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI)

Referensi

Penulis
Yoan Oktaviani
Editor
Rendra Sanjaya