Foto | Kebudayaan

Benteng Bersejarah di Indonesia

Benteng adalah bangunan untuk keperluan militer yang dibuat untuk keperluan pertahanan sewaktu dalam peperangan. Benteng sudah dibangun oleh umat manusia sejak ribuan tahun yang lalu dalam berbagai bentuk dan pada akhirnya berkembang menjadi bentuk yang sangat kompleks.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, arti “benteng” adalah: bangunan tempat berlindung atau bertahan (dari serangan musuh). Jadi fungsi utama benteng adalah keamanan, namun seiring perkembangan waktu benteng juga berkembang menjadi pusat administrasi, pemerintahan, dan perdagangan. Kini, setelah masa penjajahan berlalu, benteng-benteng tersebut masih berdiri kokoh dan beralih fungsi menjadi tempat wisata.

Berikut beberapa benteng yang bersejarah di Indonesia yang terekam dalam foto-foto di Arsip Kompas.

Benteng Marlborough

KOMPAS/MARTHIAS D PANDOE

Benteng Marlborough (Fort Marlborough) adalah benteng peninggalan Inggris di kota Bengkulu. Benteng ini didirikan oleh East India Company (EIC) tahun 1713-1719 di bawah pimpinan gubernur Joseph Callet.

KOMPAS/AHMAD ZULKANI

Salah satu obyek wisata sejarah di Bengkulu adalah benteng Fort Marlborough, yang dibangun Inggris tahun 1713-1719.

Lokasi: Jl. Benteng, Kebun Keling, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu, Bengkulu

Fort Marlborough adalah istilah lain untuk Benteng Marlborough yang merupakan bangunan bersejarah peninggalan Inggris terbesar di Indonesia. Berlokasi di tepi pantai di kawasan Ujungkarang, Kelurahan Kampung Cina, Kecamatan Teluksegara Kota Bengkulu, Sumatera Selatan, benteng ini dibangun pada tahun 1714 pada masa Joseph Collet, seorang Gubernur Inggris di Bengkulu yang memerintah wilayah ini tahun 1716. Menurut catatan sejarah, pembangunan benteng itu baru rampung lima tahun kemudian. Penyelesaiannya dilakukan berturut-turut oleh tiga gubernur Inggris pengganti Joseph Collet. Ketiganya gubernur tersebut adalah Gubernur Thiophilus Shyllinge (1716 — 1717), Rhicard Former (1717 — 1718) dan Thomas Cooke (1718). Benteng ini memiliki luas 44.100,5 meter persegi, tetapi total bangunan dalam komplek benteng hanya 20 persen dari luas lahannya. Benteng ini berfungsi untuk kantor pusat  perdagangan, markas pertahanan militer, dan pemerintahan Inggris waktu itu.

Benteng Vredeburg

KOMPAS/JULIUS POURWANTO

Benteng Vredeburg pemugarannya macet.

KOMPAS/DJOKO POERNOMO

Benteng Vredeburg – Yogyakarta, terletak di depan Gedung Agung (Istana Presiden) di Yogyakarta.

Alamat: Jl. Margo Mulyo No.6, Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta

Benteng Vredeburg dibangun atas kesepakatan Cornelis Donkel dengan Sultan Hamengku Buwono I pada 1756. Tahun 1785 benteng diresmikan sebagai Benteng VOC di Yogyakarta yang kemudian dinamai Rustenburg. Setelah VOC bangkrut dan dibubarkan pada 1799, kekuasaan benteng di bawah Baatafsche Republik dengan Gubernur Van Den Berg. Tahun 1808 bangunan benteng diperkuat dengan batu di bawah pimpinan Gubernur Daendels. Sesuai hasil kongres Vienna tahun 1816, Inggris mengembalikan Jawa ke Belanda. Tahun 1942 benteng ini digunakan oleh pasukan Jepang sebagai markas tentara Jepang. Setelah Indonesia meraih kemerdekaan tahun 1945, benteng diambilalih oleh Instansi Militer Republik Indonesia. Benteng Vredeburg sebagai pusat informasi sesuai dengan perjanjian yang ditandatangani Sultan Hamengku Buwono IX dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr. Daud Yusuf. Tahun 1992 secara resmi menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Benteng Vastenburg

KOMPAS/ARDUS M SAWEGA

Gapura Benteng Vastenbrug yang kini menjadi markas Brigif-6 Kostrad. Markas ini kelak dipindahkan ke luar kota, tempatnya digantikan pusat pertokoan.

KOMPAS/ARDUS M SAWEGA

Gapura Benteng Vastenbrug yang kini menjadi markas Brigif-6 Kostrad. Markas ini kelak dipindahkan ke luar kota, tempatnya digantikan pusat pertokoan.

KOMPAS/SUSIE BERINDRA

Benteng Vastenburg di jantung Kota Solo ini kondisinya sangat memprihatinkan karena dibiarkan telantar dan tidak terawat semenjak status kepemilikannya berpindah dari pemerintah ke pihak swasta dengan cara tukar guling pada pertengahan 1980-an. Di areal cagar budaya buatan tahun 1750 ini akan dibangun sebuah hotel modern.

Alamat: Kedung Lumbu, Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah57133

Benteng Vastenburg atau Grootmoedigheid didirikan oleh Gubernur Jenderal Hinda Belanda Baron van Imhoff tahun 1745. Benteng ini dikelilingi dinding batu bata setinggi 6 meter dengan penghubung jembatan gantung menuju ke pintu gerbang yang menghadap barat. Pembangun benteng ini bertujuan untuk benteng pertahanan di wilayah Jawa Tengah. Kepemilikan benteng ini hingga 1980 masih milik instansi militer yang digunakan sebagai Asrama Brigif 6/Kostrad. Kemudian benteng ini diprivatisasi menjadi milik perseorangan lewat sistem tukar guling.

Benteng Pendem Van den Bosch

KOMPAS/NUSYA KUSWANTIN

Benteng Van Den Bosch yang perkasa di pinggir kota Ngawi (Jatim). Kondisinya kini kurang terawat.

KOMPAS/AMBROSIUS HARTO

Pengunjung di reruntuhan Benteng Van den Bosch, di Ngawi, Jawa Timur, Sabtu (26/8/2017). Pembangunan benteng di pertemuan Sungai Bengawan Solo dan Sungai Bengawan Madiun itu atas prakarsa Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van den Bosch (1830-1833) untuk menghadapi perlawanan rakyat Jawa Timur setelah Perang Diponegoro (1825-1830). Pemerintah berencana merestorasi benteng yang berada di bawah permukaan tanah yang disebut juga Benteng Pendam (Pendem).

Alamat: Jl. Untung Suropati No.II, Pelem II, Pelem, Kec. Ngawi, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur

Benteng Pendem Van den Bosch diambil dari nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada masa itu, Johannes van den Bosch, kawasan benteng di Ngawi tersebut dibangun pada tahun 1839. Ciri khas Benteng Pendem Van Den Bosch, yakni gundukan tanah setinggi 200 meter dan parit air selebar 5 meter, juga sudah tidak utuh dan tidak berfungsi lagi. Banyak gundukan tanah yang sudah diambil sebagian tanahnya, sedangkan parit tertutup tanah dan tanaman.

Benteng Rotterdam

KOMPAS/AZKARMIN ZAINI

Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo, terletak di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9, yang awalnya berbahan dasar tanah liat, kemudian Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi diganti menjadi batu padas dari Pegunungan Karst di Maros. Bangunan di areal benteng ada yang digunakan untuk kantor kesenian Makassar.

KOMPAS/RENY SRI AYU

Seorang pengunjung mengabadikan gambar di salah satu sudut dalam kawasan Benteng Rotterdam, Makassar. Benteng Rotterdam adalah salah satu peninggalan bersejarah yang hingga kini masih utuh dan berfungsi. Selain menjadi lokasi wisata sejarah, tempat ini juga menjadi favorit warga Kota Makassar untuk berkumpul dengan berbagai aktifvitas.

Alamat: Jl. Ujung Pandang, Bulo Gading, Kec. Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan

Benteng Rotterdam merupakan benteng terakhir peninggalan Kerajaan Gowa, yakni Benteng Somba Opu, di pinggiran Kota Makassar, yang berbatasan dengan Gowa. Letaknya yang strategis, di tengah kota, berjarak sekitar 500 meter dari Lapangan Karebosi yang menjadi titik nol kota. Benteng Rotterdam, yang juga disebut Benteng Panynyua (benteng penyu) karena bentuknya seperti penyu. Benteng ini dibangun tahun 1545 pada era raja kesembilan Gowa, I Manrigau Bonto Karaeng Lakiung. Luas benteng sekitar 2,5 hektare dengan 16 bangunan di dalamnya. Lima di antaranya bastion (baluarti/kubu pertahanan), yakni Bastion Bacan, Amboina, Bone, Buton, dan Mandarsyah. Pasca-penandatanganan Perjanjian Bongaya, 1667, benteng diserahkan kepada Pemerintah Belanda.

Salah satu penguasa Belanda, Cornelis Speelman, mengganti nama benteng menjadi Fort Rotterdam. Selama 200 tahun, Belanda menggunakan benteng sebagai pusat pemerintahan dan penampungan rempah-rempah, hingga penyerahannya ke Fort Rotterdam Foundation dan ditetapkan sebagai bangunan bersejarah pada 1940.

Benteng Belgica

KOMPAS/DIRMAN THOHA

Benteng Belgica di Pulau Banda.

Alamat: Banda Neira, Nusantara, Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku

Benteng Belgica dibangun Belanda untuk bertahan dan melawan serangan dari penduduk Banda yang tidak terima dengan monopoli perdagangan pala yang dilakukan VOC. Benteng ini dibangun dalam beberapa fase dan selesai pada tahun 1673. Tahun 1896, sempat diserang dan jatuh ke tangan kekuasaan Inggris. Benteng Belgica dapat menampung hingga 400 tentara lengkap dengan senjata meriam.

Referensi

Arsip Kompas
  • “Fort Marlborough, Kota dalam Benteng * Wisata”, Kompas, 15-08-2022, hlm 44.
  • “Fort Marlborough, Benteng Kuno di Bengkulu”, Kompas 23-02-1997, hlm 19.
  • “Grafik: Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta-Berjalan-jalan di Benteng Perdamaian”, Kompas SIANG, 07-05-2014, hlm 10.
  • “Menjaga Benteng Terakhir * Pembangunan Berbias Kepentingan”, Kompas JAWA TENGAH, 24-11-2008, hlm 1.
  • “Ekspedisi Bengawan Solo Kompas 2017: Benteng Pendem yang Terlupakan”, Kompas, 22-06-2007, hlm 49.
  • “Geliat Kota: Ruang Publik di Benteng Terakhir,” Kompas, 04-01-2020, hlm 1.
  • “Grafik: Benteng untuk Pala yang Berharga”, Kompas, 16-04-2020, hlm F.