Paparan Topik | Kebudayaan

Hakikat Museum: Sejarah, Tradisi, dan Warisan Kebudayaan

Keberadaan museum berfungsi sebagai sarana pendidikan, pelestarian, dan pengembangan kebudayaan bangsa. Museum dapat menjadi tolak ukur kesadaran masyarakat dalam menjaga sejarah, tradisi, dan kebudayaan.

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Wisatawan mancanegara melihat arca koleksi Museum Nasional, Jakarta, Sabtu (4/9/2010). Para wisatawan berkunjung ke museum tersebut untuk mengenal lebih dekat sejarah dan budaya tradisional Indonesia.

Fakta Singkat

Museum

  • Hari Museum Internasional diperingati setiap tanggal 18 Mei.
  • Peringatan ini ditetapkan pada tahun 1977 dalam konferensi ICOM (International Council of Museum) atau Dewan Museum Internasional tahun 1977 di Moskow.
  • Tema Hari Museum Internasional tahun 2024 adalah “Museum Pendidikan dan Penelitian”
  • Museum Putri Ennigaldi-Nanna di bekas kerajaan Babilonia, Irak Utara yang ditemukan pada 1925 dinyatakan sebagai museum tertua di dunia karena banyak menyimpan barang antik Mesopotamia yang usianya mencapai 2.500 tahun yang lalu.
  • Berdasarkan Statistik Kebudayaan 2023 dari Kemendikbud, Indonesia memiliki 4.760 cagar budaya dan 450 museum.
  • Untuk melindungi keberadaan museum, Indonesia memiliki UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan PP No. 66 Tahun 2015 tentang Standardisasi Museum.

 

Museum memiliki konstruksi identitas nasional, memiliki warisan sejarah, dan menjadi tempat pelestarian benda bersejarah maupun artefak di masa lampau. Dalam perkembangannya, museum menjadi tempat para cendekia untuk berkumpul dan berdiskusi bersama berbagai hal seperti filsafat dan kesenian.

Istilah “museum” berasal dari kata museon yaitu kuil untuk sembilan Dewi Muse, anak dari dewa Zeus. Muse adalah sebutan untuk 9 orang dewi dalam mitologi Yunani yang memiliki bakat seni yang luar biasa. Hingga saat ini, para Muse kemudian menjadi personifikasi berbagai seni seperti musik, tari dan syair bahkan hingga artistik.

Secara fungsi, museum menjadi tempat mengumpulkan berbagai benda dan alat-alat yang berguna untuk ilmu pengetahuan dan kesenian, lalu menjadi tempat mengumpulkan benda-benda bersejarah.

Dahulu, benda-benda khusus tertentu biasanya milik kaum bangsawan, pangeran para pencipta seni dan budaya serta pecinta ilmu pengetahuan sejak abad pertengahan. Terkadang benda-benda koleksi tersebut didatangkan dari luar Eropa dan menjadi koleksi pribadi yang tidak dibuka untuk umum. Isi museum menunjukkan prestise pemiliknya.

Di zaman Renaisance Eropa, ilmu pengetahuan makin berkembang dengan flora dan faunanya, termasuk di negeri Belanda. Keberadaan Museum di Belanda lambat laun berpengaruh pula pada tanah jajahannya saat itu yaitu Nusantara. Hal itu diketahui dari koleksi museum VOC sekitar abad ke-17 telah memiliki catatan tentang Ambonsche Landbeschrijving yang bercerita tentang Kesultanan Maluku. Catatan tersebut juga menulis kepulauan Maluku dan keberadaan kolonial di sana termasuk ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Terkait dengan museum, pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata nomor : KM.33/PL.303/ MKP2004 tentang Museum. Pada bab I pasal 1 ayat 1 disebutkan, bahwa museum adalah lembaga tempat peyimpanan, pengamanan dan pemanfaatan benda benda material serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Sedangkan pada ayat 2 disebutkan bahwa koleksi museum adalah benda-benda bukti materil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Oleh karena itu, warisan budaya yang memiliki nilai sejarah budaya suatu masyarakat sangat penting untuk berbagai tujuan dan kepentingan dan diharapkan dapat bermanfaat oleh masyarakat sebagai sarana pembangunan bangsa di daerah ini.

Museum selalu relevan pada kehidupan saat ini, sejalan dengan definisi museum berdasarkan ICO saat musyawarah umum ke-11 (Eleventh General Assembly of OCOM, Copenhagen, 14 Juni 1974, yaitu lembaga nirlaba yang berupa lembaga tetap dan permanen untuk melayani kebutuhan masyarakat yang terus berkembang.

Hari Peringatan Museum Sedunia diperingati setiap tanggal 18 Mei pertama kali ditetapkan oleh sidang ICOM (International Council of Museum) atau Dewan Museum Internasional tahun 1977 di Moskow. Museum sangat penting sebagai sarana pertukaran budaya, pengkayaan budaya dan membangun saling pengertian, kerjasama serta perdamaian antar masyarakat dunia.

Museum memiliki peranan strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia memiliki tiga pilar kebijakan permuseuman, yaitu: mencerdaskan bangsa, memperkuat kepribadian bangsa,  dan ketahanan nasional serta wawasan nusantara.

Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dan PP Nomor 19 tahun 1995 tentang pemanfaatan Benda Cagar Budaya untuk kepentingan pendidikan dan pariwisata, disebutkan bahwa benda yang termasuk cagar budaya harus memiliki proses dan waktu yang lama. Cagar budaya adalah sesuatu yang telah lama hadir dan memiliki nilai pendidikan bagi masyarakat.

Tema Hari Museum Internasional tahun 2024 adalah “Museum Pendidikan dan Penelitian”, yang menggaris bawahi peran penting lembaga kebudayaan dalam memberikan pengalaman pendidikan holistik. Sasaran Hari Museum tahun 2024 ini adalah menjamin pendidikan berkualitas yang inklusif dan hasil serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.

KOMPAS/LASTI KURNIA

Museum Kebangkitan Nasional (STOVIA), di Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (15/12/2018).

Museum Tertua di Dunia

Pada tahun 1925 seorang arkeolog Leonard Wooley menemukan museum kuno yang sudah dibangun 2.500 tahun yang lalu. Museum yang dibangun oleh seorang putri Babilonia itu berisi benda-benda seni termasuk artefak yang langka dan aneh.

Benda-benda tersebut ditemukan saat menggali sisa-sisa bangunan istana Babilonia. Uniknya benda-benda itu diberi label dan tertata rapi, koleksi  artefak kuno di masa kejatuhan Kekaisaran Romawi. Museum ini kemudian diberi nama Museum Putri Ennigaldi-Nanna banyak menyimpan barang antik Mesopotamia.

Museum Capitoline  memiliki koleksi tertua di masa Roma sejak tahun 1471 ketika Paus Sixtus IV menyumbangkan koleksi perunggu ke kota tersebut. Selain itu dapat ditemui koleksi peninggalan masa Renaisance dan abad pertengahan dan patung zaman Romawi di Piazza del Campidoglio, Roma Italia.

Di kota Vatican ditemukan peninggalam Paus Julius II tahun 1506 berisi beragam masterpiece seni Renaisance di dunia. Muuseum ini dibuka untuk umum pada tahun 1734. Di bawah pemerintahan Roma museum ini memiliki tiga palazzo utama serta alun-alun terbuka. Dan koleksi yang ikonik adalah Serigala Capitoline yang mengisahkan mitos berdirinya Roma.

Di Inggris terdapat Museum Ashmolean sejak 1677 yang dulunya sebagai tempat belajar berbagai benda peninggalan Elias Ashmole. Fondasi museum ini dimulai sejak masa Elias Ashmole seorang politisi dan pengacara di Inggris yang memberikan koleksi dan barang antik pada Universitas Oxford. Hingga saat ini Museum Ashmolean masih beroperasi di Oxford yang menyimpan koleksi arkeologi, barang antik dan senirupa bahkan karya Michelangelo, Raphael dan Leonardo da Vinci.

British Museum di London memiliki koleksi Kelereng Elgin atau Parthenon dari Yunani yang berasal dari tahun 447 hingga 4.398 SM. Ada pula koleksi Batu Rosetta dari Mesir, selain itu masih ada 100.000 barang antik dari Mesir serta Timur Tengah. Museum yang didirikan tahun 1753 ini menjadi museum nasional pertama di dunia yang terbuka untuk umum sejak tahun 1759.

KOMPAS/RINI KUSTIASIH

Museum Tan Malaka di Nagari Suliki, Payakumbuh, Sumatera Barat. Museum itu adalah bekas Balai Adat Nagari Suliki, yang menjadi saksi bisu masa kecil Tan Malaka yang bernama asli Ibrahim itu. Kondisi museum mengenaskan. Beberapa kaca jendela telah pecah, dan lantai kayu bangunan rumah gadang itu pun telah reyot. Foto diambil pada 24 Februari 2017.

Di Paris ada Museum Louvre dibuka sejak tahun 1793 yang menjadi museum paling banyak dikunjungi di dunia. Menyimpan benda-benda peninggalan Napoleon Bonaparte dikabarkan ada lebih dari 380.000 objek dan 35.000 karya seni termasuk Mona Lisa karya Leonardo da Vinci.

Di kota Madrid Spanyol berdiri Museum Nasional de Prado yang memiliki koleksi Kerajaan Spanyol. Museum ini dirancang tahun 1785 dengan tujuan menyimpan koleksi kerajaan sekaligus meningkatkan citra Kerajaan Spanyol.

Pada 1819 museum ini dibuka untuk umum dan saat ini memiliki koleksi lebih dari 7.000 lukisan, karya yang paling terkenal adalah Las Meninas karya Diego Vleazques yang melukiskan putri Margaret Theresa dari Spanyol. Ada pula karya Francisco Goya, Hieronymus dan Titian.

Untuk mengabadikan seni Permaisuri Catherine membangun Museum State Hermitage di Saint Petersburg, Rusia. Museum yang didirikan tahun 1764 ini dibuka untuk umum tahun 1852 menyimpan benda seni sejak zaman pra-sejarah. Sekitar tiga juta koleksi di museum ini terdiri dari perhiasan, patung, lukisan, buku yang berasal dari Eropa serta Asia Tengah.

Sejarah Museum di Indonesia

Ketika  di Eropa terjadi gelombang  revolusi intelektual (The Age of Enlightment) maka makin berkembang pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan. Gerakan pencerahan ilmu pengetahuan tersebut mendorong kaum intelektual Belanda mendirikan De Hollandsche Maatschappij der Watenschappen (perkumpulan ilmiah) di Harlem tahun 1752.

Hal itu menggerakan kaum intelektual di tanah jajahan mereka, hingga dibentuk organisasi sejenis di Hindia Belanda (Indonesia), maka pada 24 April 1778 berdiri Bataviaach Genootschap van kusten en Wetenschappen (BG). Di bawah pimpinan seorang direktur lembaga ini bersifat independen yang bertujuan memajukan penelitian dibidang seni dan ilmu pengatahuan khususnya dalam bidang biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi, sejarah.

Pada tahun 2023, tercatat Indonesia memiliki 450 museum yang terdapat di seluruh tanah air dengan fokus koleksi yang berbeda-beda. Indonesia memiliki aturan hukum untuk melindungi keberadaan museum yaitu Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Selain itu, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum mengamanatkan untuk melaksanakan standardisasi museum 2 tahun setelah museum mendapatkan nomor registrasi nasional.  Pengelolaan Museum adalah upaya terpadu melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan Koleksi melalui kebijakan pengaturan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat.

KOMPAS/RINI KUSTIASIH

Rumah Mohammad Hatta di Bukittinggi, Sumatera Barat, seperti terlihat pada Kamis (23/2/2017) dalam kondisi terawat dan kini dijadikan museum Hatta. sejumlah barang-barang peninggalan Hatta di masa kecil. Dari rumah ini, Hatta muda mendapatkan banyak pengaruh dari paman dan kakeknya yang adalah pengusaha yang berhasil di eranya.

Pada tahun 2023, tercatat Indonesia memiliki 450 museum yang terdapat di seluruh tanah air dengan fokus koleksi yang berbeda-beda. Indonesia memiliki aturan hukum untuk melindungi keberadaan museum yaitu Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Selain itu, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum mengamanatkan untuk melaksanakan standardisasi museum 2 tahun setelah museum mendapatkan nomor registrasi nasional.  Pengelolaan Museum adalah upaya terpadu melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan Koleksi melalui kebijakan pengaturan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat.

Museum Nasional

Salah seorang pendiri Bataviaach Genootschap van kusten en Wetenschappen (BG) yaitu JCM Radermcher menyumbangkan rumahnya di Jalan Kalibesar, kawasan perdagangan di Jakarta Kota. Rumah itu sudah berisi sejumlah koleksi budaya dan berbagai buku, yang kemudian menjadi cikal bakal museum dan perpustakaan. Lembaga itu bukan hanya menjadi perkumpulan ilmiah, tetapi juga perkumpulan orang-orang penting dari lingkungan pemerintahan, perbankan, dan perdagangan.

Dalam Statuten pendirian lembaga tersebut pasal 3 dan pasal 19 menyatakan bahwa salah satu tugasnya adalah memelihara museum yang meliputi: pembukuan, himpunan etnografis, himpunan kepurbakalaan, himpunan prehistori, himpunan keramik, himpunan musikologis, himpunan nurismatik, pening dan capserta naskah termasuk perpustakaan. Pada pasal 20 Statuten tersebut dituliskan bahwa benda-benda yang menjadi koleksi museum tidak boleh dipinjamkan  dengan cara apapun pada pihak ketiga dan anggota ataupun bukan anggota.

Saat terjadi peralihan kekuasaan dari Belanda ke Inggris (1811-1816), Letnan Gubernur Sir Stamford Raffles langsung mengambil alih pimpinan Bataviaach Genootschap dan  menjadi direktur utama. Raffles memerintahkan membentuk gedung baru untuk dijadikan museum dan gedung pertemuan untuk Iiterary Society di Jalan Majapahit No 3, gedung itu diberi nama Societeit de Harmonie. Ketika koleksi di museum BG terus bertambah akhirnya dibangunlah gedung baru di Jalan Merdeka Barat No. 12 disebut Koningsplein West, gedung ini menjadi museum yang dibuka tahun 1868.

Di Batavia anggota lembaga ini terus bertambah termasuk berbagai koleksi di dalamnya, hingga Belanda membangun gedung baru tahun 1862 di jalan Merdeka Barat no 12. Lembaga ini sangat berguna untuk penelitian ilmu pengetahuan hingga pemerintah Belanda memberi gelar Koninklijk Bataviaasche Genootschap Van Kusten en Wetenschappen.

Pemerintah Belanda memberi perhatian pada perkembangan ilmu pengetahuan termasuk koleksi berbagai benda bersejarah. Keberadaan museum tersebut mendorong kegiatan koleksi mengumpulkan berbagai benda bersejarah dan kepurbakalaan baik dari masyarakat maupun pemerintah.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Pameran Peringatan Serangan Umum 1 Maret 1949. Remaja mengunjungi pameran peringatan Serangan Umum 1 Maret 1949 di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Selasa (1/3/2016). Selain untuk memperingati peristiwa pertempuran tersebut, pameran itu juga digelar antara lain untuk menggugah semangat kebangsaan generasi muda.

Tahun 1923 Bataviaach Genootschap van kusten en Wetenschappen memperoleh gelar “koninkjlik” karena jasanya  dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah, kemudian namanya berubah menjadi Koninkjlik Bataviaach Genootschap van kusten en Wetenschappen.

Pada 26 Januari 1950 nama lembaga tersebut berubah menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia. Selain berubah nama lembaga itu memiliki semboyan baru, yaitu: memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia.

LKI kemudian membawahi dua instansi yaitu museum dan perpustakaan, yang diserahkan pada pemerintah tahun 1962 dengan nama Museum Pusat dibawah pengawasan Dewan Direktorat Jendral Kebudayaan, tetapi namanya kemudian berubah menjadi Museum Nasional pada 1979. Hal itu berlaku pada semua museum yang sebelumnya dikelola dan didanai pemerintah Belanda, seperti Yayasan Museum Bali.

Meskipun Indonesia sudah membentuk bagian urusan museum tahun 1957, tetapi tidak mampu menolong pendanaan museum setelah dilepas oleh pemerintah Belanda.  Museum mengalami masa surut hingga pemerintah Indonesia membentuk bagian urusan museum,  mengganti namanya dari Lembaga Urusan Museum-museum Nasional pada tahun 1964 menjadi Direktorat Museum pada 1966 dan berubah lagi menjadi Direktorat Permuseuman tahun 1975.

Keberadaan museum yang semakin penting bagi sejarah Indonesia itu membuat LKI menyerahkan pengelolaan museum tersebut pada pemerintah Indonesia pada 17 September 1962. Pemerintah memberikan nama Museum Pusat, tetapi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 092/0/1979 tanggal 28 Mei 1979 Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.

Museum Nasional  lebih dikenal dengan Museum Gajah karena di halaman depannya terdapat patung perunggu Gajah hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) Thailand  yang berkunjung ke museum tersebut tahun 1871.

Museum Kebudayaan

Pemerintah Belanda tidak hanya peduli pada ilmu pengetahuan, kebudayaan menjadi salah satu pentingnya bagi masyarakat, maka dibentuklah Java Institut yang fokus pada kebudayaan Jawa, Madura, Bali dan Lombok tahun 1919. Gagasan itu disambut baik oleh para pemimpin di daerah seperti Yogyakarta, Solo dan Mojokerta, Jawa Timur.

Di Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono menghidupkan Java Institut kemudian berkembang menjadi Museum Sonobudoyo. Sri Sultan HB VIII mendirikan Candrasengkala Kayu Winayang Ing Brahmana Budha, bahkan didirikan di atas tanah Sri Sultan tahun 1934. Museum Sonobudoyo  memiliki tugas mengumpulkan, merawat, melaksanakan penelitian, pelayanan pustaka, bimbingan edukatif serta penyajian benda koleksi. Adapun koleksi yang ada di Museum Sonobudoyo lintas ilmu pengetahuan, yaitu : Koleksi Geologika, Nurismatika, Historika, Filologika, Keramologika, Senirupa dan Teknologi.

Terkait Java Institut, Ir H. Maclaine Pont bersama dengan RAA Kromodjojo Adinegoro seorang bupati Mojokerto  mendirikan Oudheeidkundhige Vereeneging (OVM) Majapahit pada 24 April 1924. Kini dikenal dengan  Museum Purbakala Trowulan berisi koleksi benda-benda purbakala peninggalan Kerajaan Majapahit.  Museum ini juga dikenal dengan sebutan Museum Majapahit atau museum arkeologi yang terletak di Dusun Unggahan Desa Trowulan.

Pengembangan ilmu pengetahuan tidak hanya dipusatkan di Batavia saja, pemerintah Belanda memberikan perhatian lebih baik ilmu pengetahuan dan kebudayaan di Solo tahun 1890 yang diberi nama Radyapustaka. Mangkunegoro VII kemudian membangun museum Mangkunegoro pada 1918  yang banyak berisi benda-benda keraton, kemudian pada tahun 1968 museum ini terbuka untuk umum.

Selain di Jawa, seorang residence di Bali yaitu Dr. W.F.Y Kroom (asisten residen Bali)  bersama raja-raja, seniman, pemuka masyarakat mendirikan perkumpulan seni yang dilengkapi dengan museum sejak 1915 dan museum tersebut diresmikan tahun 1932.

Di Sumatera Barat, Mr. Mondelar Countrolleur membangun Museum Rumah Adat Baanjuang di Bukit Tinggi pada 1933, rumah tradisional itu memiliki anjuang kiri dan kanan dengan bahan material lokal seperti atap bangunan dari ijuk, dinding dari bambu dan lantai kayu. Awalnya museum ini bernama Museum Bundo Kanduang, tetapi berdasarkan Perda Kota Bukittinggi No. 5 Thn 2005 museum itu berganti nama menjadi Museum Rumah Adat Baanjuang. Koleksinya bersifat etnografika, numismatika,  hewan yang diawetkan, bahkan miniatur rumah tradisional gaang, surau dan rumah makan.

Gubernur  Sipil dan Militer di Aceh Jendral H.NA. Swart mendirikan museum Rumoh Aceh yang diresmikan pada 31 Juli 1915. Rumah adat tersebut pernah dipamerkan di Semarang, Jawa Tengah pada 13 Agustus – 15 November 1915. Kemudian dibawa kembali dan dipasang di sebelah Timur Blang Padang Banda Aceh, tetapi dipindahkan tahun 1969 ke Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah.

Rumoh Aceh ini dibangun menyerupai rumah tradisional Aceh yang masih berbentuk panggung, lantai bangunan setinggi sembilan kaki di atas tanah. Luas lantai  bangunan lebih dari 200 m2 dengan tinggi atap pada bagian rabung sekitar 8 m, uniknya rumah ini hanya disatukan dengan ikatan tali ijuk, sementara paku dan sekrupnya menggunakan pasak dan baji.

Atas prakarsa raja Simalungun dalam pertemuan Harungguan 14 Januari 1937 yang ihadiri oleh tujuh orang Raja Simalungun  diputuskan membangun Museum Simalungun tahun 1938. Museum di Pematang Siantar bertujuan melestarikan budaya Batak Simalungun. Saat diresmikan tahun 1940 museum tersebut diberi nama  Rumah Pusaka Simalungun, tetapi sejak tahun 1954 pengelolaannya diserahkan pada Yayasan Museum Simalungun.

Sudah lama pemerintah Hindia Belanda memberikan perhatian pada botani dengan membawa beragam bibit tanaman dari negara lain di Asia dan Afrika. Buitenzorg adalah kebun raya yang berisi beragam bibit tanaman sekaligus menjadi tempat peristirahatan gubernur jendral dibangun sejak tahun 1745. Kemudian Von Koenigswald mendirikan museum Zoologi pada 1894 di Kebun Raya Bogor, kecintaan pada tanaman mendorong  dibangun museum Herbarium  tahun 1941 di kebun raya tersebut.

Atas inisiatif Dienst van den Mijnbow atau Dinas Pertambangan Hindia Belanda dibuat Museum Geologi di Bandung yang dimulai pada 23 April 1927 oleh arsitek Ir Menalda van Schouwenburg. Tujuan dibentuk museum karena dibutuhkan tempat menyimpan hasil penyelidikan tambang yang sudah dilakukan, koleksinya antara lain material geologi seperti fosil, batuan dan mineral sejak tahun 1850. Pembangunannya melibatkan 300 pekerja bangunan dengan menghabiskan biaya 400 gulden dan  diresmikan penggunaanya tahun 1929. Museum ini pernah direnovasi dan diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri tahun 2000. (LITBANG KOMPAS)

Referensi