Paparan Topik | Kebudayaan

Kembang Api: Fakta Ilmiah, Sejarah, dan Komoditas

Umur kembang api diyakini lebih dari 2000 tahun. Berawal dari petasan alami dari bambu untuk mengusir roh jahat di China, kembang api menjelma menjadi simbol aneka perayaan seperti pergantian tahun, perayaan kemerdekaan, pernikahan, dan berbagai perayaan lainnya.

KOMPAS/PRIYOMBODO
Patung Selamat Datang di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, bermandikan cahaya kembang api saat perayaan pergantian tahun (1/1/2014). Pesta tahun baru 2014 yang dihadiri ratusan ribu warga Jakarta dan sekitarnya itu dikemas dalam acara Jakarta Night Festival yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Fakta Singkat

Kembang api

  • Dikategorikan sebagai bahan peledak berdaya rendah.
  • Diperkirakan telah ada sejak abad ke-2 sebelum masehi.
  • Pertama kali ditemukan di China.
  • Fungsi awal kembang api untuk mengusir roh jahat.
  • Marco Polo membawa kembang api ke Eropa (1295).
  • Pertunjukan kembang api pertama tercatat pada hari pernikahan Henry VII (1486).

5 Besar Pengekspor Kembang Api

  • China
  • Jerman
  • Belanda
  • Republik Ceko
  • Polandia

Kembang api dapat dikategorikan sebagai bahan peledak berdaya ledak rendah. Warna-warni kembang api merupakan kombinasi rumit dari berbagai bahan kimia. Unsur yang sering digunakan untuk pembuatan kembang api, antara lain, aluminium (Al), magnesium (Mg), natrium (Na), litium (Li), kalium (K), Fosfor (P), dan berbagai oksidator.

Kembang api menghasilkan empat efek primer meliputi suara, cahaya, asap, dan bahan terbang (contoh: confetti). Kembang api dirancang agar dapat meletus dan menghasilkan cahaya berwarna-warni seperti merah, oranye, kuning, hijau, biru, ungu, dan perak.

Terdapat berbagai jenis kembang api. Salah satu jenis paling populer memiliki cara kerja seperti roket. Untuk menyalakannya, kita cukup menyalakan sumbu dengan api. Panas api akan berpindah sepanjang sumbu hingga mencapai bagian bawah kembang api yang disebut cangkang.

Bagian cangkang berisi bubuk hitam semacam bubuk mesiu. Ketika dinyalakan, bubuk hitam ini bereaksi menghasilkan gas panas dan banyak energi yang mendorong peluru keluar dari tabung tempatnya berada, yang juga dikenal sebagai mortir. Setelah kembang api mencapai ketinggian tertentu, pemicu kedua menyala dan mengaktifkan ledakan yang memicu efek bintang-bintang, efek suara, dan berbagai efek mempesona lainnya.

Keindahan setiap kembang api tergantung dari materi yang terkandung di dalamnya. Beberapa bintang mengandung garam logam yang menghasilkan warna cemerlang, sementara bintang lainnya mengandung efek cahaya menyilaukan. Beberapa kembang api bahkan menambahkan efek khusus seperti suara dentuman lebih keras, efek meletup, atau suara siulan saat meluncur ke atas.

Bintang-bintang yang mucul dari kembang api terbuat dari garam logam yang merupakan kombinasi bubuk logam dan komponen kimia lainnya. Saat bintang terbakar, partikel logam di dalam garam logam menyerap energi dalam jumlah besar. Saat mulai mendingin, partikel-partikel tersebut memancarkan energi ekstra dalam bentuk cahaya. Warna cahaya ini tergantung pada jenis logamnya.

Komponen Kimia Kembang Api

Logam Efek Warna
Strontium Merah
Kalsium Oranye
Natrium Kuning
Barium Hijau
Tembaga Biru
Strontium + Tembaga Ungu
Magnesium, Aluminium + Titanium Putih

Sumber: Ontario Science Centre, diolah Litbang Kompas/IGP

KOMPAS, 3 November 2017

Awal Mula

Cikal-bakal kembang api dimulai pada abad kedua Sebelum Masehi saat masyarakat di daerah Liyuan, China, membuat petasan alami dengan melemparkan batang bambu ke dalam api. Orang-orang pada masa Dinasti Han ini konon melakukannya untuk mengusir roh jahat. Batang bambu dipanggang hingga menghitam dan mendesis. Udara di dalam bambu yang berlubang kemudian meledak. Dalam bahasa Mandarin bambu meledak ini disebut “Baozhu” yang berarti petasan.

Beratus-ratus tahun kemudian, antara tahun 600–900 Masehi, para ahli kimia China secara tidak sengaja merancang obat bubuk mesiu dari bahan-bahan seperti arang, belerang, dan kalium. Bahan-bahan ini dimasukkan ke dalam rebung dan dinyalakan dengan obor. Eksperimen ini awalnya dalam rangka menemukan rahasia kehidupan abadi. Namun, bukan keabadian yang didapat, para alkemis pada masa itu justru menciptakan sejarah penemuan bubuk mesiu.

Pertunjukan kembang api pada tahun 800 Masehi masih sangat sederhana dan belum diledakkan di udara seperti sekarang. Pada masa itu, kembang api kertas digunakan untuk menakut-nakuti roh jahat, atau merayakan pernikahan dan kelahiran. Kembang api hanya dilemparkan ke dalam api tanpa ada warna tambahan. Pertunjukan kembang api masih berupa rangkaian ledakan kecil yang berisik.

Pada perkembanganya penemuan bubuk mesiu yang memiliki daya hancur justru diadopsi pihak militer. Roket meriam pertama dibuat di China pada tahun 1200. Meriam ini menggunakan bubuk mesiu untuk memicu proyektil yang diarahkan dan ditembakkan ke musuh-musuh mereka. Meski penemuan bubuk mesiu dimanfaatkan sebagai senjata mematikan, penemuan ini juga menghasilkan keindahan berupa kembang api pertama di udara.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Suasana pesta kembang api di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta (1/1/2013), saat menyambut tahun baru 2013.

Perkembangan

Saat para diplomat dan misionaris Eropa dan Arab berkunjung ke China pada abad ke-13, bubuk mesiu mulai menyebar ke Barat (diperkirakan pada masa Perang Salib). Para insinyur di Barat juga mengembangkan kembang api ini menjadi senjata dengan skala lebih besar dan lebih rumit. Catatan sejarah yang menyebutkan masuknya kembang api ke Eropa dapat dilihat dalam catatan perjalanan Marco Polo. Pada tahun 1295, Marco Polo membawa kembang api ke Eropa dari Asia.

Jejak kembang api berikutnya ditemukan di Inggris. Para penguasa Inggris saat itu menggunakan pertunjukan kembang api untuk menghibur pengikutnya. Pertunjukan kembang api pertama diperkirakan terjadi pada hari pernikahan Henry VII pada tahun 1486.

Menurut Simon Werritt, sejarawan sains dan penulis “Fireworks: Pyrotechnic Arts and Sciences dalam Sejarah Eropa”, kembang api menjadi bagian dari perayaan resmi, mulai dari pertunjukan kembang api tahunan “Girandola” di Castello Sant’Angelo di Roma, Italia, hingga penobatan Anne Boleyn sebagai Ratu Inggris pada tahun 1533.

Pertunjukan kembang api terus berkembang dan berhasil memukau penonton saat penobatan James II pada tahun 1685. Berkat kesuksesan ini sang ahli api mendapat gelar ksatria. Merasa panas, Tsar Peter Agung dari Rusia tak mau kalah dan mengadakan pertunjukan kembang api selama 5 jam untuk menandai kelahiran putranya. Pertunjukan kembang api yang populer di Eropa segera diadopsi di benua Amerika. Inggris memperkenalkan kembang api ke tiga belas daerah koloni mereka di seberang atlantik.

Pada tanggal 2 Juli 1776, tepat dua hari sebelum kemerdekaan Amerika, John Adams (Presiden kedua Amerika Serikat), menulis surat kepada istrinya yang menyebutkan hari itu (tanggal 4 Juli) akan dirayakan oleh generasi-generasi berikutnya sebagai festival peringatan besar. Oleh karena itu, harus dirayakan secara megah dan salah satunya dengan kembang api. Surat ini menjadi kenyataan. Selama 200 tahun berikutnya Amerika Serikat selalu merayakan hari kemerdekaan mereka dengan pesta kembang api dimulai sejak 4 Juli 1777.

Sejak pertunjukan kembang api pada perayaan pernikahan Henry VII, kembang api telah menjadi standar baru dalam sebuah perayaan. Pertunjukan kembang api semakin dipopulerkan pada perayaan kemerdekaan Amerika Serikat. Beragam latar belakang sejarah dan makna asli sebagai pengusir roh jahat, menjadikan kembang api sebagai budaya dunia dan selalu ada saat perayaan tahun baru.

Menurut The Chemistry of Fireworks, Imperial College, Inggris, orang Italia membuat kembang api menjadi seni pertunjukan menarik. Pada tahun 1830-an, orang Italia menggabungkan logam dengan bahan peledak untuk menghasilkan kembang api berwarna.

Orang Italia menyusun unsur-unsur dalam urutan berbeda di dalam selubung cangkang. Mereka menciptakan bentuk dan gambar yang dapat dikenali di langit seperti bendera Amerika. Terdapat dua produsen kembang api terbesar di dunia dari Italia yang masih aktif hingga saat ini yakni Fireworks by Grucci dari Bari, dan Zambelli Fireworks dari Caserta.

KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA

Para pedagang kembang api musiman berjualan di Pasar Pagi Asemka, Jakarta Barat, Selasa (27/12/2022). Penjualan kembang api terus meningkat seiring dengan pandemi Covid-19 yang semakin terkendali. Momentum tahun baru dimanfaatkan para pedagang kembang api musiman untuk meraup keuntungan maksimal.

Komoditas

Berdasarkan data World Bank, China merupakan negara eksportir kembang api dan produk-produk piroteknik (pembuatan kembang api dan petasan) terbesar di dunia. Pada tahun 2022, volume ekspor China di sektor ini mencapai 407.596 ton dengan nilai mencapai 1,14 miliar dollar AS. Angka ini jauh di atas Jerman yang berada di urutan kedua pengekspor produk piroteknik dan kembang api dengan volume sebesar 7.223 ton senilai 32,1 juta dollar AS.

Negara pengekspor ketiga dipegang oleh Belanda dengan volume ekspor sebesar 5.990 ton senilai 30 juta dollar AS, disusul Republik Ceko di urutan keempat (3.580 ton senilai 15,9 juta dollar AS), dan Polandia di urutan kelima (3.172 ton senilai 19,6 juta dollar AS). Volume ekspor lima besar dunia jauh dengan angka ekspor Indonesia yang hanya mencapai 8,8 ton senilai 30 ribu dollar AS.

5 Besar Ekspor Produk Piroteknik dan Kembang Api (berdasar volume)
Negara Volume Ekspor (kilogram) Nilai (ribu dollar AS)
China 407.596.000 1.140.914,01
Jerman 7.223.290 32.102,79
Belanda 5.990.540 30.015,38
Republik Ceko 3.580.410 15.911,99
Polandia 3.171.710 19.596,47
Sumber: Worldbank 2022, diolah Litbang Kompas/IGP

Amerika Serikat menjadi negara pengimpor kembang api terbesar dengan volume impor mencapai 203.728 ton senilai 803,47 juta dollar AS. Volume impor Amerika Serikat ini lebih besar dua kali lipat dari impor seluruh negara-negara Uni Eropa. Wilayah Uni Eropa berada di urutan kedua pengimpor dengan volume 79.520 ton senilai 320,97 juta dollar AS.

Dua negara Asia Tenggara, Malaysia dan Thailand, tercatat masuk dalam lima besar pengimpor kembang api dan produk-produk piroteknik. Malaysia di urutan ketiga mengimpor sebanyak 21.520 ton senilai 20,83 juta dollar AS, sementara Thailand tercatat mengimpor 17,17 ton senilai 12,18 juta dollar AS. Data World Bank mencatat, Polandia yang merupakan lima besar pengekspor kembang api, ternyata juga merupakan lima besar negara pengimpor kembang api dan produk-produk piroteknik.

Indonesia juga merupakan negara pengimpor kembang api yang cukup besar. Berdasar data World Bank, Indonesia berada di urutan keenam dengan volume impor sebesar 21.880 ton senilai 21,88 juta dollar AS. Meski volume ekspor Indonesia berada di bawah Malaysia dan Thailand, tetapi nilai impor Indonesia lebih besar dari kedua negara tersebut.

5 Besar Impor Produk Piroteknik dan Kembang Api (berdasar volume)

Negara Volume impor (kilogram) Nilai (ribu dollar AS)
Amerika Serikat 203.728.000 803.370,39
Uni Eropa 79.520.000 320.963,52
Malaysia 21.014.600 20.834,77
Thailand 17.169.200 12.176,34
Polandia 15.105.000 55.919,19

Sumber: Worldbank 2022, diolah Litbang Kompas/IGP

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Nyala kembang api menghiasi Stadion Utama Lukas Enembe di Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura, Papua, untuk menyemarakkan upacara penutupan PON Papua 2021 (15/10/2021). Kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Pemerintah menunjuk Aceh dan Sumatera Utara sebagai sebagai tuan rumah pelaksanaan PON XXI Tahun 2024. Ini menjadi sejarah baru dimana PON diselenggarakan secara bersama di dua provinsi yang berbeda.

Kembang Api di Indonesia

Berdasarkan buku karya Alwi Sahab dalam Robinhood Betawi: Kisah Betawi Tempo Doeloe (2001), diperkirakan kembang api masuk dari pendatang China. Pada abad ke-18, sekitar 30 persen penduduk kota Batavia adalah orang China. Para pendatang ini mempertahankan identitas dan kebudayaan nenek moyangnya seperti main judi, minum arak, dan memasang petasan.

Keberadaan kembang api semakin berkembang pada periode kolonialisme Belanda. Saat itu, petasan banyak dijual di Glodog, Senen, Tanah Abang, dan Meester Cornelis (Jatinegara). Setiap mendekati tanggal 31 Agustus jumlah petasan meningkat karena pada tanggal tersebut diselenggarakan pesta kembang api untuk memperingati ulang tahun Ratu Belanda Wilhelmina.

Eksistensi kembang api di tanah air juga tercatat pada pernikahan Gubernur Belanda di Surakarta Baron von Hohendorff (1748), dan pameran dagang di Pasar Gambir, Jakarta (1922). Catatan sejarah ini memberikan gambaran masuknya kembang api di Indonesia merupakan percampuran budaya antara Timur (China) dan Barat (Belanda). (Litbang Kompas)

Referensi

Arsip Kompas
  • “Bunga Api: Keindahan yang Mengandung Risiko”. Kompas, 3 November 2017. Hlm. 13.
  • “Pesta Jakarta dari Masa ke Masa”. Kompas, 24 Juni 2022. Hlm. C.
  • “Ragam Ekspresi Saat Tahun Berganti”. Kompas, 31 Deesember 2022. Hlm. 2.
Internet
  • https://www.ontariosciencecentre.ca/science-at-home/diy-science-fun/the-science-of-fireworks
  • https://www.nationalgeographic.com/culture/article/how-fireworks-came-to-america
  • https://www.livescience.com/63468-fireworks-history.html
  • https://time.com/4828701/first
  • https://www.britannica.com/technology/firework fireworks-history-july-4th/
  • https://www.americanpyro.com/history-of-fireworks
  • https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Kembang_api
  • https://www.ilmukimia.org/2012/12/rahasia-di-balik-kembang-api.html
  • https://ullensentalu.com/kajian/asal-usul-kembang-api-di-jawa
  • https://money.kompas.com/read/2023/12/15/200000826/impor-kembang-api-ri-meledak-china-jadi-pemasok-tunggal
  • https://wits.worldbank.org/trade/comtrade/en/country/ALL/year/2022/tradeflow/Imports/partner/WLD/product/360410
  • https://www.history.com/topics/holidays/new-years