Kronologi | Infrastruktur

Jembatan Ikonik di Indonesia

Jembatan merupakan pendukung konektivitas wilayah sehingga perekonomian menjadi lebih dinamis. Selain itu, Jembatan juga menjadi ikon daerah sebagai obyek wisata baru yang berpotensi menggairahkan pariwisata dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Suasana penghujung senja di Jembatan Ampera yang melintang di atas Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (7/3/2017). Sungai Musi menjadi bagian dari kehidupan warga Palembang dengan sejumlah akar budaya yang terdapat di sepanjang aliran sungai.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam Pedoman Persyaratan Umum Perencanaan Jembatan, menjelaskan definisi jembatan sebagai bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai penghubung dua ujung jalan yang terputus oleh sungai, saluran, lembah dan selat atau laut, jalan raya dan jalan kereta api.

Pembangunan jembatan di berbagai daerah adalah salah satu komitmen pemerintah dalam konektivitas transportasi dan pemerataan pembangunan infrastruktur, sehingga meningkatkan perekonomian daerah dan mengurangi kesenjangan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia.

Jembatan yang dibangun mempertimbangkan konstruksi, kontur tanah, manfaat serta keunggulan dalam teknologi dan keunikan dalam desainnya. Jembatan itu menjadi salah satu ciri khas daerah, dan menjadi daya tarik untuk obyek wisata, sehingga akhirnya menjadi ikon baru wilayah tersebut.

Berikut beberapa jembatan ikonik di Indonesia yang terekam dalam foto dan arsip Kompas.

Jembatan Ampera (Jembatan Musi I)

Lokasi: Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Jembatan Ampera memiliki panjang 1.177 meter, lebar 22 meter dan tinggi 63 meter dan jarak antara menara 75 meter. Jembatan yang menjadi ikon Kota Palembang ini membentang di atas Sungai Musi Kota Palembang, dan menghubungkan dua kawasan yakni Seberang Ilir dan Seberang Ulu.

Pembangunan jembatan dimulai tahun 1962 dengan biaya yang diambil dari dana pampasan perang Jepang. Awalnya jembatan ini dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.

Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965 oleh Jenderal AH Nasution, sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Akan tetapi, setelah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno sangat kuat, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera.

Jembatan gerak ini mirip dengan Jembatan Golden Gate Bridge di San Fransisco. Awalnya, bagian tengah jembatan ini bisa diangkat agar kapal-kapal besar bisa lewat. Namun sejak tahun 1970 Jembatan Ampera sudah tidak lagi dinaikturunkan sehingga menjadi jembatan tetap. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini, yaitu sekitar 30 menit, dianggap mengganggu arus lalu lintas. Pada tahun 1990, dua bandul pemberat di menara jembatan ini dibongkar dan diturunkan untuk menghindari risiko kerusakan jembatan bila bandul itu jatuh ke badan jembatan.

Jembatan Ampera pernah direnovasi pada tahun 1981 dan 1991. Renovasi dilakukan setelah muncul kekhawatiran akan potensi kerusakan Jembatan Ampera yang bisa membuatnya ambruk.

  • 33 Tahun Sudah Jembatan Ampera Tak Bisa Naik Turun Lagi. (Kompas, 19 April 2003, hlm 29).
  • Jembatan Ampera Palembang akan Menjadi Jembatan Tetap. (Kompas, 6 Agustus 1981, hlm 2).
  • Jembatan Ampera dari Pampasan Perang * Lensa Berita. (Kompas, 15 Juli 2018 hlm 8).

KOMPAS/EDDY HASBY

Jembatan Ampera di atas Sungai Musi merupakan ikon kota Palembang yang menghubungkan wilayah Seberang Ulu dan Seberang Ilir, Rabu (26/08/2020). Kini jembatan megah itu berdampingan dengan Jembatan Lintas Rel Terpadu di kota Palembang.

Jembatan Barito (Jembatan Pulau Bakut)

Lokasi: Di atas Sungai Barito, antara Kalimantan Selatan & Kalimantan Tengah.

Jembatan ini menggunakan baja sebagai strukturnya dan disebut bentang panjang, karena total panjangnya 1.082 meter atau terpaut 198 meter dari Golden Gate.

Jembatan yang dibangun bertahap sejak tahun 1993 ini menghabiskan dana APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara) sekitar Rp98 miliar. Jembatan ini dinamakan Jembatan Barito, namun masyarakat sekitarnya menyebut Jembatan Pulau Bakut.

Presiden Soeharto meresmikan Jembatan Barito di desa Beringin, Kabupaten Barito Kuala, Banjarmasin, Kalsel, Rabu (23/4/1997).

  • Segera Diresmikan Jembatan Pulau Bakut: Terpanjang di Asia Tenggara. (Kompas, 21 April 1997, hlm 9).
  • Presiden tentang Pemberian Nama Jembatan Barito: “Saya Khawatir Timbulkan Kultus Individu”. (Kompas, 24 April 1997, hlm 1).

KOMPAS/ROBERT ADHI KUSUMAPUTRA

Kalimantan Selatan memiliki jembatan sepanjang hampir 1 km yang melintasi Sungai Barito di pinggiran kota Banjarmasin.

Jembatan Barelang

Lokasi: Batam, Kepulauan Riau.

Proyek pembangunan Barelang mulai dilaksanakan 11 Oktober 1993, yaitu untuk jembatan Batam-Tonton (jembatan satu) dengan bentangan 644 meter, jembatan Tonton-Nipah (jembatan dua) sepanjang 420 meter, jembatan Nipah-Setoko (jembatan tiga) 270 meter, dan jembatan Setoko-Rempang (jembatan empat) panjangnya 365 meter.

Sedangkan dua jembatan lainnya, yaitu jembatan lima sepanjang 385 meter dan jembatan enam (antara Pulau Galang dan Galang Baru) yang bentangannya 180 meter, baru dikerjakan 19 Agustus 1994.

Jembatan Barelang diresmikan oleh Presiden BJ Habibie di Batam pada 10 Agustus 1998 dalam rangkaian Hari Kebangkitan Teknologi Nasional. Presiden meresmikan enam jembatan yang menghubungkan tujuh pulau di gugusan Kepulauan Riau, meliputi Pulau Batam, Tonton, Nipah, Setoko, Rempang, Galang, dan Pulau Galang Baru. Enam jembatan sepanjang 2.264 meter berikut 54 km jalan Trans Barelang yang diresmikan itu bernilai Rp369,9 miliar yang seluruhnya berasal dari pendapatan operasional Otorita Batam.

  • Jembatan Barelang Digunakan Paling Lambat Maret 1998. (Kompas, 31 Januari 1997, hlm 12).
  • Ketimpangan Ekonomi Ancam Kesatuan Bangsa. (Kompas, 11 Agustus 1998, hlm 1)
  • Avontur: Riak Siak yang Menghanyutkan. (Kompas, 20 Agustus 2016, hlm 23)

KOMPAS/PANDU WIYOGA

Sejumlah warga terlihat mulai kembali berwisata di Jembatan Batam-Rempang-Galang atau Barelang I di Kota Batam, Kepulauan Riau, Kamis (28/5/2020). Pemerintah Kota Batam berencana mengurangi pembatasan di tengah pandemi Covid-19 dan memulai normal baru pada 15 Juni 2020.

Jembatan Kahayan

Lokasi: Di atas Sungai Kahayan, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Jembatan Kahayan adalah sebuah jembatan yang persis berada di tengah Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Panjang totalnya mencapai 640 meter dan lebar 9 meter yang terbagi atas 12 konfigurasi bentang. Jembatan ini memiliki bentang khusus berbentuk busur melengkung sepanjang 150 meter yang berada pada alur Sungai Kahayan. Jembatan ini menjadi monumen Kota Palangkaraya. Mirip Palembang yang memiliki Jembatan Ampera yang bertengger di atas Sungai Musi.

Jembatan Kahayan ini menghubungkan langsung Kota Palangkaraya sebagai ibu kota provinsi ke Buntok di Kabupaten Barito Selatan. Ruas jalan ini juga merupakan satu-satunya akses jalan menuju Kabupaten Barito Utara.

Sebelumnya, kalau warga Palangkaraya mau bepergian ke Buntok, harus memutar dulu ke Kuala Kapuas lalu menuju Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Setelah itu baru masuk ke wilayah Kalteng dan sampai ke Buntok. Perjalanan sepanjang 600 kilometer harus ditempuh selama sehari semalam karena jeleknya kondisi jalan.

Jika jembatan Kahayan beserta jalan pendukungnya selesai, jarak tempuh Palangkaraya-Buntok memendek sepertiganya atau cuma berjarak 194 kilometer saja. Jembatan ini juga mampu membuka jalan menuju Kota Kuala Kurun dan bagian utara Kabupaten Kapuas yang memiliki potensi tambang emas dan perkebunan karet.

Karena tidak dilirik pemerintah pusat, sejak tahun 1995 pemerintah daerah Kalteng memutuskan untuk membangun sendiri. Presiden Megawati Soekarnoputri meresmikan Jembatan Kahayan pada ruas jalan yang menghubungkan Kabupaten Barito Selatan dan Barito Utara pada 13 Januari 2002.

  • Bila Provinsi Miskin dan Kaya Menuntut Perhatian. (Kompas, 20 September 2001, hlm 8).
  • Megawati pada HUT Ke-29 PDI Perjuangan KKN Harus Dibongkar Sampai ke Akarnya. (Kompas, 14 Januari 2002, hlm 6)

KOMPAS/CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO

Jembatan Kahayan, salah satu ikon Kota Palangkaraya, sebegai penghubung ibu kota Kalimantan Tengah itu dengan tujuh kabupaten lain di provinsi tersebut, Senin (22/10/2007).

Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah (Jembatan Siak)

Lokasi: Kota Siak Sri Indrapura, Riau.

Jembatan megah yang diberi nama Tengku Agung Sultanah Latifah ini merupakan ikon kebanggaan Kabupaten Siak Sri Indrapura. Jembatan yang sering disebut dengan Jembatan Siak ini memiliki panjang 1.196 meter dengan lebar 16,95 meter ini terdapat dua menara yang masing-masing memiliki tinggi 80 meter. Di menara tersebut pengunjung dapat menikmati keindahan sungai yang terhampar di bawah jembatan.

Dibangun dengan APBD Kabupaten Siak sebesar Rp276 miliar, selama lima tahun, kemudian diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 11 Agustus 2007.

  • Presiden: Ingat Prioritas * Pendidikan Jadi Salah Satu Fokus Pembangunan di Riau. (Kompas, 12 Agustus 2007, hlm 15).
  • Avontur: Riak Siak yang Menghanyutkan. (Kompas, 20 Agustus 2016, hlm 23)

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Menjelang Kota Siak Sri Indrapura, terlihat jembatan megah yang membentang diatas Sungai Siak. Dari kejauhan terlihat bentangan Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah yang sering disebut juga dengan Jembatan Siak. Nama jembatan yang dominan berwarna kuning, khas Melayu ini, diambil dari nama istri Raja Siak Sultan Syarif Hasyim.

Jembatan Suramadu

Lokasi: Di atas Selat Madura, antara Kota Surabaya dan Bangkalan, Jawa Timur.

Peresmian tiang pancang pembangunan jembatan ini dilakukan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 20 Agustus 2003. Dalam perjalanannya, proses pembangunan jembatan itu sempat terhenti ditahun 2006 karena tersendatnya pencairan dana dari pemerintah pusat.

Pada 10 Juni 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan Jembatan Suramadu, Rabu (10/6) di pintu tol Suramadu sisi Madura di Dusun Sumber Wungu, Desa Sukolilo Barat, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.

Jembatan sepanjang 5,4 kilometer itu menjadi jembatan terpanjang di Indonesia.

  • Pembangunan Jembatan Suramadu Dimulai * Presiden Resmikan Tiang Pancang. (Kompas, 21 Agustus 2003, hlm 1).
  • Suramadu Diresmikan * Kesejahteraan Masyarakat Madura Diharapkan Terangkat. (Kompas, 11 Juni 2009, hlm 15).

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Warga menyusuri Selat Madura saat air surut untuk mengumpulkan kerang di sekitar proyek Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) di kawasan Tambak Wedi, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (5/6). Jembatan Suramadu yang menghabiskan dana sebesar Rp 4,5 triliun itu telah dioperasikan dengan membawa harapan baru terjadinya percepatan pembangunan di kawasan Madura.

Jembatan Soekarno

Lokasi: Manado, Sulawesi Utara.

Peletakan batu pertama dilakukan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2003. Jembatan dengan konstruksi cable stay ini memiliki panjang total 1.127 meter dan lebar 17 meter. Pembangunan jembatan ini menghabiskan dana sekitar Rp200 miliar yang berasal dari APBN.

Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani meresmikan Jembatan Soekarno di Manado pada 28 Mei 2015. Awalnya pembangunan direncanakan sekitar 3 tahun, namun akhirnya selesai 12 tahun kemudian. Jembatan ini sempat terbengkalai sekitar 10 tahun karena keterbatasan anggaran pemerintah dan perencanaan ulang pembangunan jembatan.

Dari atas jembatan ini, pemandangan Pulau Manado Tua terlihat indah dengan gunung yang menjulang di tengah-tengah laut Teluk Manado.

  • Presiden soal Jembatan Soekarno * Rakyat Jangan Dibohongi. (Kompas, 13 Oktober 2003, hlm 29).
  • Infrastruktur: Wapres Pimpin Penyelesaian Hambatan Pembangunan. (Kompas, 29 Mei 2015, hlm 17).

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Suasana malam di sekitar Jembatan Soekarno di Manado, Sulawesi Utara, Kamis (25/6/2015). Jembatan yang diresmikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani akhir Mei 2015 itu membentang di atas Kuala Jengki dan Pasar Bersehati, Kota Manado. Jembatan sepanjang 244 meter itu menghabiskan dana pembangunan sekitar Rp 200 miliar.

Jembatan Merah Putih

Lokasi: Kota Ambon, Maluku.

Jembatan Merah Putih dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sejak 2011 dengan pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara senilai sekitar Rp731,5 miliar. Jembatan dua jalur tersebut memiliki lebar 22,5 meter dan panjang 1.140 meter.

Jembatan ini terbagi tiga bagian, yakni jembatan pendekat di sisi Desa Poka sepanjang 520 meter, jembatan pendekat di sisi Desa Galala sepanjang 320 meter, dan jembatan utama sepanjang 300 meter. Presiden Joko Widodo meresmikan pada senin 4 April 2016). Jembatan di Teluk Ambon sepanjang 1.140 meter ini menghubungkan wilayah Poka dan Galala serta menjadi jembatan terpanjang di Indonesia Timur, sekaligus menjadi ikon pariwisata baru Kota Ambon.

Perjalanan jadi lebih cepat, dari Kota Ambon menuju Bandara Pattimura yang sebelumnya hampir 1 jam menempuh jarak 42 km, menjadi 17 km dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. Ongkos perjalanan yang semula Rp200.000 terpangkas menjadi separuhnya.

Berdirinya jembatan menyempurnakan wisata Teluk Ambon yang selama ini menjadi salah satu ikon pariwisata di Ambon. Pemerintah Kota Ambon mendesain paket wisata terpadu antara wisata bahari di Teluk Ambon dan Jembatan Merah Putih. Pengunjung dapat menyusuri teluk seluas 28.292,89 hektar.

  • Jembatan Merah Putih di Atas Teluk Ambon * Infrastruktur Gairahkan Investasi. (Kompas, 20 Agustus 2021, hlm 21).
  • Konektivitas Terus Dibangun * Presiden Joko Widodo Resmikan Jembatan Merah Putih. (Kompas, 5 April 2016, hlm 17).
  • Jembatan Merah Putih: Energi Baru di Atas Jejak Kekelaman. (Kompas, 19 April 2016, hlm 24).

KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN

Sebagian sisi Kota Ambon, Maluku, yang dipotret dari ketinggian pada Minggu (10/2/2019). Jembatan Merah Putih dengan titik pengambilan gambar dari Hotel Santika Premiere Ambon.

Jembatan Youtefa (Jembatan Holtekamp)

Lokasi: Di atas Teluk Youtefa, Jayapura, Papua.

Jembatan sepanjang 732 meter dan lebar 21 meter ini mulai dibangun tahun 2015. Jembatan ini menjadi jembatan terpanjang di Papua yang menghubungkan Kota Jayapura dengan Distrik Muara Tami. Jembatan Youtefa yang awalnya dinamakan Holtekamp diresmikan Presiden Jokowi pada 28 Oktober 2019.

Di sisi Holtekamp terdapat jalan akses sepanjang 7.410 meter. Selain itu, ada jembatan bentang pendekat sepanjang 685 meter dan 210 meter, serta jalan akses di sisi Hamadi sepanjang 400 meter.

Pelaksanaan pembangunan Jembatan Holtekamp dilakukan di dua tempat, yaitu di PT PAL Surabaya dan di Jayapura. Dua buah rangka baja pelengkung dirakit di PT PAL Surabaya. Sementara struktur baja jembatan dipasang di lokasi jembatan.

Bentang utama dan jalan akses sisi Holtekamp didanai pemerintah pusat, sedangkan dua jembatan bentang pendekat didanai Pemerintah Provinsi Papua. Adapun jalan akses sisi Hamadi didanai Pemerintah Kota Jayapura.

Secara teknis, konstruksi Jembatan Holtekamp dirancang untuk mampu menahan gempa hingga 7 skala Richter. Pada setiap kaki jembatan dipasang pendulum yang berfungsi seperti engsel. Pendulum tersebut dapat menyerap guncangan gempa.

Dengan adanya jembatan ini, waktu tempuh dari Kota Jayapura menuju Distrik Muara Tami dan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw menjadi 45 menit dari yang sebelumnya mencapai 2 jam karena harus mengitari Teluk Youtefa.

Jembatan ikonik berwarna merah dengan nilai konstruksi Rp1,8 triliun ini tak hanya terlihat cantik dan megah saat kontruksinya selesai, namun juga berhasil mengantongi dua rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) saat masa konstruksi berlangsung. Rekor itu untuk pengiriman rangka baja utuh dengan jarak terjauh dan rekor pemasangan jembatan rangka baja utuh terpanjang. Rangka baja jembatan memang dikirimkan dari lokasi produksi di Surabaya secara utuh. Setelah dikapalkan, rangka tersebut dipasang.

Presiden Joko Widodo didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Gubernur Papua Lukas Enembe meresmikan Jembatan Youtefa, Senin (28/10/2019) di Kota Jayapura, Papua. Jembatan sepanjang 732 meter ini menghubungkan Kota Jayapura menuju Distrik Muara Tami dan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw, daerah perbatasan RI-Papua Nugini.

  • Infrastruktur: Jembatan Holtekamp Dukung Jayapura. (Kompas, 12 April 2018, hlm 17).
  • Infrastruktur: Jembatan Youtefa Siap Diresmikan. (Kompas, 27 Oktober 2019, hlm 1).
  • Jokowi Janjikan Perlakuan Khusus bagi Papua. (Kompas, 29 Oktober 2019, hlm 20)

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Foto aerial kendaraan melintasi Jembatan Holtekamp di Jayapura, Papua, Sabtu (29/2/2020). Jembatan yang menghubungkan Distrik Jayapura Selatan dan Muara Tami di Kota Jayapura itu diharapkan bisa mendorong perekonomian masyarakat Papua dan mempercepat akses transportasi darat di daerah Hamadi menuju Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw.

Jembatan Musi VI

Lokasi: Di atas Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan.

Jembatan jenis melengkung itu dibangun sejak 2015 dengan menelan APBD sebesar Rp548 miliar. Target awal difungsikan saat Asian Games 2018 namun terkendala pembebasan lahan.

Rancangan arsitektur jembatan yang mengusung konsep jembatan pelengkung (arch bridge), dipermanis dengan hiasan di salah satu sisi yang berbentuk topi tanjak, penutup kepala khas Sumsel.

Dibuka bagi masyarakat umum, sejak Rabu (6/1/2021). Jembatan yang menghubungkan Jalan Faqih Usman di Kecamatan Seberang Ulu I dan Jalan Sultan Mansyur di Kecamatan Seberang Ilir Barat II ini menjadi obyek wisata baru bagi warga Palembang.

Banyak pengendara atau pesepeda yang menepi untuk sekadar menikmati pemandangan sembari mengambil gambar diri dari atas jembatan. Jembatan dengan panjang 925 meter dan lebar 11,5 meter ini juga dihiasi permainan 1.527 lampu di sepanjang bentang tubuhnya.

Jembatan ini memangkas jarak dan waktu tempuh warga dalam beraktivitas. Semula, untuk menyeberangi Sungai Musi, warga harus memutar melewati Jembatan Ampera.

Jembatan Musi VI adalah jembatan keempat yang membentang di tengah Sungai Musi setelah Jembatan Ampera atau Musi I, Jembatan Musi II, dan Jembatan Musi IV. Pembangunan Jembatan Musi VI yang telah dimulai sejak 2017 tuntas pada Desember 2020. Kehadirannya diharapkan bisa mengurai kemacetan jalan antara kawasan Ulu dan Ilir Palembang.

Jembatan Musi VI Palembang diresmikan, Rabu (30/12/2020) malam. Kehadiran jembatan ini diharapkan dapat menghubungkan kawasan hulu dan hilir Kota Palembang.

  • Geliat Kota: Ikhtiar Palembang Memangkas Jarak demi Harmoni Kota. (Kompas, 16 Januari 2021, hlm 1).
  • Kilas Daerah: Foto – Jembatan Musi VI. (Kompas, 31 Desember 2020, hlm 11).

KOMPAS/RHAMA PURNA JATI

Jembatan Musi VI Palembang diresmikan, Rabu (30/12/2020) malam. Jembatan sepanjang 925 meter ini dihiasi dengan 1.527 lampu. Kehadiran jembatan ini diharapkan dapat menghubungkan kawasan hulu dan hilir Kota Palembang.

Jembatan Pulau Balang

Lokasi: Teluk Balikpapan, di antara Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara, Maluku.

Jembatan yang mulai dibangun tahun 2015 ini membentang di atas Teluk Balikpapan sepanjang 1.750 meter dan menghubungkan Kota Balikpapan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara. Jembatan tersebut dibangun dengan jenis konstruksi cable stayed dan pelengkung beton presstres. Dengan bentang pendek sepanjang 500 meter dari Penajam Paser Utara ke Pulau Balang, sementara bentang lainnya sepanjang 1.250 meter dari Balikpapan ke Pulau Balang.

Jembatan ini akan meningkatkan konektivitas Jalan Lintas Selatan Kalimantan yang menjadi jalur utama angkutan logistik di Pulau Kalimantan, dan akan mendukung rencana pembangunan pelabuhan peti kemas Kariangau dan kawasan industri Kariangau.

Sebelumnya, kendaraan dari Balikpapan menuju Penajam Paser Utara harus memutar dengan jarak sekitar 100 km degan waktu tempuh 5 jam. Alternatif lain adalah dengan menggunakan kapal feri 1,5 jam belum ditambah antri menuju kapal feri. Dengan adanya jembatan tersebut, maka jarak tempuh menjadi lebih pendek yakni sekitar 30 km dan dapat dilintasi hanya dalam satu jam.

Jembatan yang berdiri di atas perairan Teluk Balikpapan ini terbagi dua, yakni bentang pendek (dari Penajam ke Pulau Balang) sepanjang 470 meter dan bentang panjang (Pulau Balang ke Balikpapan) sepanjang 804 meter. Pembangunan jembatan ini bersumber dari APBN hasil penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) serta dukungan dari APBD Provinsi Kalimantan Timur dengan total biaya senilai Rp1,43 triliun.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menandatangani prasasti tanda selesainya pembangunan Jembatan Pulau Balang pada Kamis (6/1/2022), dalam kunjungan kerja bersama ke Kalimantan Timur.

  • Balikpapan yang Makin ”Wah”. (Kompas, 3 Mei 2014, hlm 1).

KOMPAS/PRIYOMBODO

Foto udara bentang Jembatan Pulau Balang di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (10/3/2021). Jembatan ini penghubung antara Balikpapan dan Penajam Paser Utara melalui Teluk Balikpapan. Pelabuhan baru terkait ibu kota negara direncanakan dibangun di Pulau Balang.

Jembatan Kalikuto

Lokasi: Batang, Jawa Tengah.

Jembatan Kalikuto yang berada di ruas Tol Semarang-Batang akan menjadi ikon baru kawasan Grinsing, Batang, Jawa Tengah. Jembatan sepanjang 160 meter ini dibangun dengan metode Swing Arch melengkung dengan material girder dan berwarna merah putih.

Metode pembangunan jembatan ini sebetulnya agak mirip dengan pembangunan Jembatan Youtefa/Holtekamp. Namun, girder Jembatan ikonik yang terletak di Jayapura itu dirakit dan dipasang di Pabrik di Surabaya dan kemudian diangkut ke Jayapura. Sementara Jembatan KaliKuto, semua material girder dirakit dan diinstal langsung di lokasi proyek.

Jembatan ini diresmikan Presiden Joko Widodo pada 20 Desember 2018 bersamaan dengan peresmian tujuh ruas Jalan Tol Trans-Jawa di Jembatan Kalikuto, Kendal, Jawa Tengah.

  • Geliat Ekonomi Kian Merata * Liputan Natal 2018. (Kompas, 21 Desember 2018, hlm 1).

KOMPAS/EDDY HASBY

Jembatan Kalikuto yang kini menjadi ikon di kawasan Gringsing, Batang, Jawa Tengah, difoto pada Senin (17/12/2018). Jembatan ini bagian dari ruas Jalan Tol Batang-Semarang yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 20 Desember 2018 bersama proyek infrastruktur jalan lain.

Jembatan Sei Alalak

Lokasi: Di atas Sungai Alalak, antara Kota Banjarmasin dan Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.

Jembatan melengkung cable stayed pertama di Indonesia itu membentang sepanjang 850 meter di atas Sungai Alalak, yang memisahkan Kota Banjarmasin dengan Kabupaten Barito Kuala. Jembatan yang dibangun sejak tahun 2018 itu menelan dana lebih dari Rp278 miliar.

Jembatan ini menjadi ikon baru Kota Banjarmasin yang berpotensi menjadi obyek wisata baru. Beroperasinya jembatan ini akan meningkatkan kapasitas jalan Trans-Kalimantan.

  • Presiden Joko Widodo meresmikan jembatan ini di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (21/10/2021).
  • Foto: Peresmian Jembatan Sei Alalak. (Kompas, 22 Oktober 2021, hlm 11).

KOMPAS/JUMARTO YULIANUS

Warga memadati kawasan sekitar Jembatan Sei Alalak saat Presiden Joko Widodo meresmikan jembatan di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (21/10/2021). Jembatan Sei Alalak sepanjang 850 meter ini merupakan jalur utama akses Kota Banjarmasin dengan wilayah-wilayah di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Referensi

Peraturan
  • Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 07/SE/M/2015 Tahun 2015 tentang Pedoman Persyaratan Umum Pembangunan Jembatan.
Arsip Kompas
  • “Berkelana dari ”Jembatan Emas” Era Bung Karno ke Jembatan Youtefa di Masa Jokowi”, Kompas, 10 November 2021, hlm D.