Kronologi | Pasukan Khusus

Korps Pasukan Khas (Paskhas) TNI Angkatan Udara

Paskhas TNI-AU mudah dikenal dengan baret jingganya. Kehadirannya pun sesuai dengan kebutuhan TNI-AU dan berdiri sejajar dengan pasukan komando seperti Kopassus TNI-AD dan Marinir TNI-AL.

 

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Para prajurit Paskhas TNI AU berbaris dalam sebuah defile kehormatan. Prajurit Khas TNI AU yang telah berusia 69 tahun memiliki kualifikasi tempur, SAR dan operasional bandara. Mereka dilatih untuk merebut atau pun mempertahankan bandar udara.

Paskhas TNI-AU merupakan pasukan tempur yang bersifat infantri dengan format organisasi tempur yang khas bagi kebutuhan matra udara. Paskhas TNI-AU menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sistem senjata matra udara.

Dalam sejarahnya, Paskhas merupakan cikal bakal pasukan pertama dalam sejarah militer Indonesia. Dalam perkembangan Badan Keamanan Rakyat Udara, untuk dapat menjamin kelancaran operasi penerbangan militer, dibentuk organisasi darat sebagai unsur bantuan dan pelayanan.

Ketika itu, juga dirasakan perlunya dibentuk organisasi pasukan pertahanan yang mempunyai tugas pengamanan terhadap seluruh fasilitas dan instalasi pangkalan, serta pertahanan terhadap serangan lawan. Karenanya, didirikanlah apa yang dikenal pada masa itu sebagai Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP).

Kini Paskhas TNI-AU memiliki enam skadron (batalyon), mulai dari 461–466. Skadron 461 dan 465 berlokasi di Jakarta. Skadron 462 di Bandung, Skadron 463 di Madiun, Skadron 464 di Malang, dan Skadron 466 di Ujungpandang dan Irian Jaya. Sedangkan, tempat pemusatan pendidikan bagi calon prajurit dan anggotanya berada di Depo Pendidikan dan Latihan Paskhas TNI-AU Margahayu, Bandung, yang sekaligus merupakan markas pasukan Baret Jingga.

Juli 1947
Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Mohammad Noor mengajukan permintaan kepada AURI. Isinya: meminta pengiriman pasukan payung ke wilayahnya, untuk membentuk dan menyusun gerilyawan, serta membantu perjuangan rakyat di Kalimantan, sambil membuka stasiun radio induk untuk komunikasi Yogyakarta–Kalimantan, serta mengusahakan dropping zone untuk penerjunan berikutnya.

17 Oktober 1947
Pukul 02.30
KSAU memerintahkan Mayor Tjilik Riwoet untuk menyusun “Satuan Tugas Dakota RI-002”, berikut 13 penerjun payung ke belantara Kotawaringin di Kalimantan. Pasukan kecil itu terdiri dari Iskandar, M Dahlan, J Bitak, C Willem, J Darius, Achmad Kosasih, M Bachrie, Ali Akbar, Emanuel, Amirudin, Marawi, Hari Hadisumantri, dan F Sunyoto.

Pasukan ini bernama Pasukan MN (Mohammad Noor) 502. Mereka terpilih dari 45 orang yang direkrut dari berbagai angkatan dan badan perjuangan dan belum pernah sekali pun merasakan terjun payung. Bekal yang mereka dapatkan cuma teori dan latihan darat selama seminggu. Saat itu adalah kali pertama mereka merasakan punggungnya digemboli parasut. Bekal semangat tempur ini cumalah semangat dan rasa cinta tanah air.

Pukul 03.40
Dengan pesawat Dakota RI-002 berpilot Robert Earl Freeberg asal Amerika Serikat, sebanyak 14 orang pasukan lepas landas dari Meguwo di Yogyakarta. Saat pesawat sedang mengapung di atas medan operasi, tiba-tiba satu orang menolak diterjunkan. Ia cuma duduk tertunduk di sudut pesawat. Mayor Tjilik Riwoet yang menjadi penunjuk arah cuma bisa marah tanpa dapat memaksanya.

Dok. Kompas
Penerjun pertama di Kalimantan tahun 1948

 

23 November 1947
Pondok yang menjadi markas pasukan kecil ini tiba-tiba diserang musuh. Dalam penyergapan dini hari itu, dua anggota pasukan tewas seketika (Iskandar dan Achmad Kosasih). Hari Hadisumantri terluka parah dan akhirnya meninggal beberapa saat kemudian. Sisanya ditawan Belanda, termasuk Dachlan yang sempat melarikan diri beberapa hari dalam keadaan terluka.

1952
Pasukan dengan nama Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dibentuk. Pasukan strategis ini berhasil mengukir sejumlah sukses besar. Di antaranya dalam operasi penumpasan DI/TII, Operasi Trikora, dan Operasi Dwikora. Pada waktu bersamaan, masih ada Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) yang merupakan bagian dari Badan Keamanan Rakjat Oedara (BKRO).

Pasukan taktis ini bertugas mengamankan seluruh fasilitas dan instalasi pangkalan militer, serta mempertahankannya dari serangan musuh. Pasukan ini kemudian dilebur menjadi Komando Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat). Pada periode ini, Kopasgat berhasil beberapa kali melakukan operasi militer, antara lain, Operasi Wibawa, Operasi Sadar, penumpasan G30S/PKI, dan Operasi Trisula.

KOMPAS/B JOSIE SUSILO HARDIANTO
Latihan Perang – Dalam latihan Angkasa Yudha 2007 yang digelar di Lumajang, Jawa Timur, TNI Angkatan Udara mengerahkan pesawat tempur F-16, F-5E dan Hawk MK 209. Selain itu, sebanyak delapan pesawat C-130 hercules juga diterbangkan untuk menerjunkan 400 pasukan dari Paskhas AU (5/11/2007).

 

12 Oktober 1967
Keputusan Men/Pangau No. 54 Tahun 1967 menetapkan tanggal 17 Oktober 1947 sebagai hari jadi Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat). Tanggal itu merupakan awal sejarah penerjunan oleh prajurit TNI yang merupakan operasi penerjunan dan operasi lintas udara pertama di Indonesia.


KOMPAS/RENE PATTIRADJAWANE
Pasukan Khas TNI AU (Paskhas TNI AU) dengan latar belakang pesawat tempur A4 Skyhawk dalam upacara militer berdirinya Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) ke 29 di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta Timur (08/2/1991).

11 Maret 1985
Seiring dengan reorganisasi mutakhir TNI/ABRI, pasukan lintas udara ini berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (Puspaskhas). Penggantian nama ini berdasarkan Keputusan Kasau nomor kep/22/iii/1985.

Berdasar tugas yang diemban, PusPaskhas terbagi atas Tim Pengendalian Pangkalan (Dallan), Pengendalian Tempur (Dalpur), Pertahanan Pangkalan (Hanlan), dan SAR Tempur (Sarpur). Di antara unit kecil tadi, tim Dalpur merupakan barisan terdepan dan “pembuka jalan”, berkemampuan para-komando.

7 Juli 1997
Sesuai Kep. Pangab nomor kep/09/VII/1997, status Puspaskhas ditingkatkan dari Badan Pelaksana Pusat menjadi Komando Utama Pembinaan sehingga sebutan Puspaskhas berubah menjadi Korps Pasukan Khas (Korpaskhas) TNI AU.

24 Maret 1999
Berdasarkan Skep Kasau Nomor Skep/73/III/1999, Korpaskhas membawahi 3 Wing Paskhas, Detasemen Bravo, dan Detasemen Kawal Protokol Paskhas.

September 1999
Satuan Wing Paskhas dibentuk. Satuan ini terdiri dari Wing I Paskhas di Jakarta untuk wilayah barat, Wing II Paskhas di Malang untuk wilayah timur, dan Wing III Diklat Paskhas di Bandung yang membawahi 3 satuan pendidikan. Wing I Paskhas membawahi tiga skadron Paskhas dan empat Flight Paskhas BS. Sedangkan Wing II Paskhas membawahi tiga skadron Paskhas dan dua Flight Paskhas BS.

Referensi

Arsip Kompas
  • “Pasukan Khas TNI AU: Sifat Infanteri Format Tempur.” Kompas, 08 Oktober 1991.
  • “HUT Ke-50 Korps Pasukan Khas: Kekhasan Korps Pasukan Khas”. Kompas, 17 Oktober 1997.
  • “Dimanakah dia sekarang?: Tjilik Riwut – Komandan MN 1001, paratroop pertama”. Kompas, 17 Oktober 1982.
  • “Kopasgat & Komando Operasi AURI Disatukan”. Kompas, 21 Oktober 1971.
  • “Kopasgat, suatu subsistem kesenjataan angkatan udara * Tanggal 17 Oktober Memperingati Hari Jadinya ke-37”. Kompas, 14 Oktober 1984.
  • “Hut Ke-49 Baret Jingga: ‘Karmanye Vadikarase Kadacana'”. Kompas, 18 Oktober 1996.
Internet

https://paskhas.mil.id/sejarah

Penulis
Rendra Sanjaya

Editor
Susanti Agustina Simanjuntak