Kronologi | Pasukan Khusus

Perjalanan Terbentuknya Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI Angkatan Laut

Komando Pasukan Katak (KOPASKA) TNI AL dibentuk pada masa Operasi Trikora. Pasukan ini dirintis oleh tiga prajurit TNI AL yang dilatih langsung di fasilitas Underwater Navscol US Navy.

 

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Para prajurit Satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) Armada I berlatih Peperangan Laut Khusus di Pangkalan TNI AL Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara (23/6/2020). Latihan ini menjadi agenda utama tahunan Satuan Kopaska dalam menyiapkan pasukan khusus laut untuk tugas nonkonvensional baik pada masa damai maupun saat perang.

Komando Pasukan Katak (KOPASKA) TNI Angkatan Laut dibentuk pada masa Operasi Trikora tahun 1962. Kala itu Presiden Soekarno menilai perlu dibentuk sebuah pasukan khusus untuk membuka jalan bagi operasi amfibi terbesar untuk membebaskan Irian barat dari kekuasaan Belanda.

Anggota KOPASKA dibekali kemampuan untuk beroperasi di empat matra, yakni darat, laut, udara dan bawah permukaan air. Kemampuan pertempuran laut khusus yang dimiliki KOPASKA telah terbukti pada beberapa operasi militer dan operasi penyelamatan korban kecelakaan di perairan.

1954
Beberapa perwira angkatan laut di bawah pimpinan Kapten Iskak memprakarsai dan membuka diklat yang dinamai Sekolah Frogman di Dinas Ranjau KMDS Surabaya. Personel Angkatan Laut RI (ALRI) diberi latihan penyelaman, demolisi bawah air, teori bangunan kapal, serta teori penjinakan senjata bawah air seperti torpedo dan ranjau.

1957
Dua orang perwira dikirim ke Unit Demolisi Bawah Air atau Under Water Demolition Team (UDT), Reserve Training Course, di Amerika Serikat. Hanya Letnan Laut Hidayat yang dinyatakan lulus pendidikan. Letnan Hidayat kemudian meneruskan program pengembangan pasukan frogmen di lingkungan ALRI.

1958
Pada Operasi Militer 17 Agustus untuk menumpas pemberontakan PRRI/Permesta kebutuhan akan pasukan katak semakin mendesak. Pasukan khusus ini dibutuhkan sebagai pembuka jalan bagi armada kapal perang RI di kawasan pesisir.

September 1958
Kurangnya instruktur dengan kualifikasi pasukan katak membuat Kapten laut Urip Santoso dan Letnan Laut Joko Suyatno kembali dikirim ke UDT Amerika Serikat untuk menimba ilmu tentang penyelaman laut dalam. Nama pendidikannya adalah Deep Sea Diving and Salvage Officer Coure (DSDS).

1960
Setelah lulus pendidikan UDT, Kapten Laut Urip diberikan tugas membersihkan jalur pelayaran yang tersebar dari Sabang sampai Makassar dari sisa-sisa bangkai kapal bekas Perang Dunia II dan PRRI.

19 Desember 1961
Untuk menunjang Trikora, Presiden Soekarno selaku Panglima Besar Komando Operasi Tertinggi (KOTI) Pembebasan Irian Barat meminta Menteri Panglima Angkatan Laut Laksamana Muda RE Martadinata membentuk Komando Pasukan Katak.

Januari 1962
Markas Besar AL mulai memanggil 17 personel korps pendidikan jasmani AL dengan kepangkatan mulai dari tamtama sampai perwira pertama untuk mengikuti tes seleksi. Hanya 12 orang yang dinyatakan lulus melewati tes di ruang dekompresi. Termasuk di dalamnya adalah Letnan Laut Martias Darwis, Ajudan Soewondo, Kopral Sudibjo, Kopral Nursinggih, dan Kopral Sunandar.

Februari 1962
Tim yang lolos seleksi mulai melaksanakan latihan fisik sekaligus menjalani pendidikan Kopaska. Pelatihan diberikan oleh OP Koseno, Urip Santoso, dan Emil Joseph. Pelatihan dan pendidikan yang diberikan meliputi penyelaman ringan dengan SCUBA, penggunaan bahan peledak, renang jarak jauh siang dan malam, sabotase, dan prosedur pelarian.

31 Maret 1962
Komando Pasukan Katak resmi dibentuk dan didirikan berdasarkan Keputusan Menteri/Kepala Staf Angkatan Laut Nomor Kep.M/KSAL.5401.13., Letkol Laut OP Koesno ditunjuk sebagai komandan pertama Kopaska.

5 April 1962
Didirikan Sekolah Pasukan Katak Angkatan Laut (Sepaskal). Program pendidikan Sepaskal-I mulai berjalan.

7 Mei 1962
Untuk menambah jumlah personel dengan kualifikasi frogmen, Kopaska ditugaskan untuk melatih anggota RPKAD (sekarang Kopassus) guna diterjunkan dalam Operasi Trikora di Irian Barat.

Salah seorang personel prajurit Kopaska TNI AL, dilengkapai dengan senjata SSI-P2 dan helm pengaman (tactical helmed protec) siap membidik sasaran musuh di depannya. Foto: KOMPAS/ALIF ICHWAN.

1964
Kopaska terlibat dalam operasi militer bersandi Dwikora untuk melaksanakan misi-misi intelijen dan pengamanan di Kepulauan Riau, Tarakan, Nunukan, dan Sebatik. Penolakan Indonesia terhadap pembentukan Negara Federasi Malaysia yang dianggap sebagai proyek neokolonialisme Inggris melatarbelakangi operasi ini.

1965
Dalam operasi penumpasan G30S/PKI, Kopaska berhasil menyita 11 karung dokumen-dokumen penting milik PKI.

1968
Pendidikan Sepaskal II dibuka.

1976
Peremajaan personel Kopaska dengan dibukanya Pendidikan Pasukan Katak (Dikpaska) di Kodikal, Surabaya.

1979
Kopaska mendatangkan MTT/UDT Navy seal untuk melatih anggota sebagai instruktur atau pelatih di masa mendatang.

1984
Dibentuk organisasi satuan tugas khusus TNI AL Teror Aspek Laut dengan nama Detasemen Jalamangkara (Denjaka). Personil diseleksi dari anggota Kopaska dan Intai Amfibi di bawah Panglima Armada RI.

1985
Dibentuk Satuan Komando Pasukan Katak (Satpaska) dan Dinas Penyelam Bawah Air (Dislambair) dengan kedudukan sejajar dengan Pembina Komando Langsung di bawah Panglima Armada RI Kawasan Barat/Timur.

1987
Kopaska mulai memantapkan teknik dan taktik serta teknologi tempur dengan latihan bersama US Navy SEAL. Latihan bersama ini bersandi Pasir Putih, SEALEX-I sampai dengan SEALEX-X pada tahun 1997.

2005
Sekolah Pasukan Katak dibuka kembali di bawah payung Sekolah Pasukan Katak TNI AL (Sepaskal).

Anggota Kopaska melakukan stabo setelah melaksanakan operasi penyelamatan sandera pada gladi bersih HUT ke 58 Penerbangan TNI Angkatan Laut di Sidoarjo, Jawa Timur (16/6/14 ). Foto: KOMPAS/ BAHANA PATRIA GUPTA.

Referensi

Buku
  • Aviantara, Dodi, dkk. 2012. Spesialis Pertempuran Laut Khusus: 50 Tahun Emas Satuan Komando Pasukan Katak TNI Angkatan Laut. Satuan Komando Pasukan Katak TNI AL: Jakarta.

Penulis
Arief Nurrachman

Editor
Inggra Parandaru