Media penyebaran informasi terus berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan teknologi. Diawali dari mulut ke mulut, penggunaan tanda dari jarak yang jauh, terus berkembang menggunakan media cetak, radio, televisi, internet, media online, hingga sosial media. Perkembangan tersebut untuk mendukung kebutuhan penyebaran informasi yang lebih banyak, lebih luas, lebih cepat, dan lebih bervariasi. Hingga muncul fenomena banjir informasi karena setiap orang dapat dengan mudah membuat informasi dan menyebarkannya melalui internet dan telepon genggam, sejak awal abad ke-21.
Media Cetak
Cikal bakal teknologi percetakan dimulai dari China. Sekitar abad ke-6, China sudah menemukan teknologi percetakan dengan menggunakan balok kayu yang dipahat. Teks ditulis dengan tinta pada selembar kertas halus, kemudian sisi tulisan dari lembaran ditempelkan pada permukaan balok kayu yang rata. Tulisan yang menempel dilapisi dengan pasta beras untuk menahan tinta teks. Setelah itu, pengukir memotong bagian-bagian yang tidak bertinta sehingga terbentuk teks timbul sebagai alat cetak.
Teknologi percetakan terus berkembang luas, hingga sekitar tahun 1450, Johannes Gutenberg dari Jerman, berhasil menemukan cikal bakal mesin cetak modern. Gutenberg telah menemukan banyak jenis mesin cetak, termasuk mesin yang moveable, berbasis tinta dan cetakan yang dapat disesuaikan.
Awal abad ke-17, mesin cetak masif digunakan untuk media massa. Pada 1609, prototipe surat kabar muncul pertama kali di Bremen, Strasbourg, Jerman. Dan pada 1620, bentuk surat kabar pertama, terbit di Frankfurt, Berlin, Humberg, Vienna, Amsterdam, dan Antwerp, serta Inggris (1621). Tahun 1665, muncul surat kabar yang terbit secara teratur, yaitu Oxford Gazette, sebagai salah satu tonggak maraknya kemunculan pers media cetak.
Radio
Cikal bakal teknologi radio ditemukan pada tahun 1896 oleh Guglielmo Marconi, seorang fisikawan berkebangsaan Italia. Saat itu Marconi mematenkan temuan telegraf nirkabel yang menggunakan dua sirkuit. Temuan Marconi kemudian dikembangkan oleh Lee De Forest, ahli fisikawan dari Amerika. Pada 1906, De Forest berhasil menemukan triode (tabung audion) yang dapat digunakan sebagai alat penguat sinyal listrik. Pengembangan terus dilakukan sebagai cikal bakal radio.
Pada 24 Desember 1906, seorang fisikawan berkebangsaan Kanada Reginald Aubrey Fessenden, melakukan siaran radio pertama. Setelah itu media penyiaran radio terus berkembang luas dan digemari sebagai platform penyebaran informasi, dan masih digunakan hingga saat ini.
Televisi
Teknologi televisi pertama kali ditemukan oleh John Logie Baird. Pada 26 Januari 1926, Baird mendemonstrasikan televisi pertama di laboratorium London. Kemudian tahun 1928, Baird berhasil melakukan siaran televisi luar negeri pertama dari London ke New York melalui saluran telepon. Selanjutnya penelitian terkait pengembangan teknologi televisi, banyak dilakukan.
Pada 1939, siaran televisi regular mulai berlangsung di Amerika. Dan pada 1954, televisi berhasil menayangkan siaran berwarna. Radio Corporation of America (RCA) adalah perusahaan pertama yang memproduksi televisi berwarna sejak 25 Maret 1954. Setelah itu televisi mulai digemari sebagai platform baru dalam penyebaran informasi.
Media Online
Penggunaan media online sebagai media penyebaran informasi bermula dari temuan Tim Berners Lee. Pada tahun 1990, Tim menemukan program editor dan browser yang bisa menjelajah antar komputer. Temuannya tersebut dikenal dengan World Wide Web (WWW). Temuannya menjadi standar awal dan memicu masifnya penyebaran dan tukar menukar informasi melalui internet.
Pada tahun 1992, muncul media online pertama di dunia, yaitu Chicago Tribune yang berkantor di Chicago, AS. Beberapa tahun kemudian, media online mulai bermunculan di Indonesia. Dimulai dari Republika Online (Agustus 1995), kemudian disusul oleh Kompas Online (14 September 1995), Tempointeraktif (6 Maret 1996), Detik.com (1998), dan seterusnya.
Media Sosial
Pemanfaatan platform media online dan ketersediaan fitur-fitur pelengkapnya terus berkembang. Beragam inovasi kemudian muncul. Tahun 1997, muncul jejaring pertemanan virtual pertama, yaitu Six Degrees. Kemudian tahun 1999, muncul media sosial untuk blogging, yaitu Blogger dan Livejournal. Dengan layanan tersebut, pengguna bisa membagikan tulisan dan berkomunikasi melalui blog dan jurnal mereka sendiri. Inovasi mulai mengarah pada pengembangan media sosial yang mendukung multimedia, kemunculan Friendster tahun 2002 membuat grup jejaring sosial mulai tumbuh pesat. Setelah itu tren dilanjutkan oleh media-media sosial lainnya seperti Facebook (2004), Youtube (2005), Twitter (2006), Instagram (2010). Selain sebagai platform interaksi sosial virtual, media sosial kemudian berkembang menjadi salah satu media pendukung dalam penyebaran informasi secara online, terlebih akses informasi sangat mudah didapat secara personal sejak kehadiran smartphone.
Sumber
- Laman britannica.com, printinghistory.org, dan nios.ac.in
- Laman kpi.go.id
- Laman kompas.com dan bobo.grid.id
Kontributor
Muhammad Taufik Al Asy’ari
Satria Dhaniswara Rahsa Wijaya