Foto | Hari Olahraga Nasional

Ajang Unjuk Diri Atlet Difabel

Atlet difabel menjadikan acara olahraga sebagai ajang unjuk diri. Yayasan Pembina Olahraga Cacat (YPOC) yang berubah menjadi National Paralympic Committee (NPC) mengkoordinir dan membina seluruh kegiatan penyandang disabilitas.

(KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO)

Atlet panahan Paralimpiade, Joko Budi Wibowo, digendong atlet tunanetra Deden
Komarudin untuk bersama menyalakan api Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) Jabar 2016 di Stadion Siliwangi, Bandung, saat pembukaan Peparnas Jabar 2016 (15/10/2016). Pesta olahraga Paralimpiade Nasional ini diikuti 34 kontingen dari semua provinsi di Indonesia.

Organisasi olahraga penyandang disabilitas di Indonesia berdiri pada 31 Oktober 1962. Organisasi ini dinamai Yayasan Pembina Olahraga Cacat (YPOC). Pada Musyawarah Olahraga Nasional (Musornas) YPOC ke VI tanggal 31 Oktober–1 November 1993 di Yogyakarta, nama YPOC diubah menjadi Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC).

BPOC kembali berubah nama menjadi National Paralympic Committee (NPC) pada 2010. Perubahan nama ini sejalan dengan keputusan International Paralympic Committee (IPC) tahun 2005, yang mewajibkan gerakan maupun kegiatan olahraga penyandang disabilitas untuk menggunakan kata “paralympic”. IPC beralasan, semua olahraga yang dinaungi IPC merupakan olahraga prestasi, bukan olahraga rehabilitasi maupun olahraga rekreasi.

NPC merupakan organisasi yang menghimpun atlet difabel Indonesia. Organisasi ini mengkoordinasikan dan membina seluruh kegiatan kaum difabel, baik di Indonesia maupun di ajang internasional.

Ajang olahraga khusus atlet difabel yang diselenggarakan di Indonesia adalah Pekan Olahraga Penderita Cacat Nasional, Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas), Pekan Olahraga Penderita Cacat Anak-Anak (Porpencanas), Pekan Olahraga Tunanetra, POR Nasional Atlit Para Plegia, POR Tunagrahita, Pekan Olahraga Pelajar Cacat Nasional (Popcanas), dan SOIna (Indonesia), Pekan Paralympic Pelajar Nasional (Peparpenas).

Sedangkan di kancah internasional, atlet difabel Indonesia antara lain pernah mengikuti Special Olympics World Summer, Special Olimpics Singapore National Games, Asian Para Games, dan INAS Global Games.

Berikut sejumlah arsip foto Kompas yang menunjukan kiprah atlet difabel dari beberapa ajang olahraga.

Menpora mengalungkan medali dan menyerahkan tanda penghargaan kepada sejumlah atlet di Gedung KONI Pusat, Senayan, Jakarta Pusat (27/5/1984). Menpora (membelakang lensa) menyalami atlet defabel Jamansyah dari YPOC yang berprestasi di London tahun 1981. (KOMPAS/JB SURATNO).

Para peserta dari SLB Pangudi Luhur melambaikan tangan pada parade pembukaan Porseni Tuna Rungu yang berlangsung dua hari 9–10 Juni 1987 di Stadion Sumantri Brodjonegoro, Kuningan. (KOMPAS/KARTONO RYADI).

Devi dari Sumbar menang 21-9, 21-15 atas Patoni dari Sumsel (14/3/1991). Kedua anak penyandang tunagrahita ini memiliki IQ antara 70–90. (KOMPAS/MARIA HARTININGSIH).

Seorang anak penyandang tunagrahita, Tita, mengikuti festival olahraga gabungan memperingati Hari Eunice Kennedy Shriver (EKS Day) di Rawamangun, Jakarta Timur (25/9/2010). Sekitar 400 atlet, pelatih, keluarga, dan pengurus Special Olympics Indonesia (SOIna) mengikuti kegiatan tersebut. (KOMPAS/AGUS SUSANTO).

Perenang paralimpiade kontingen Sumatera Selatan Jendi Pangabean raih emas setelah unggul dalam final renang klasifikasi S9 100 meter gaya punggung putra di Gelanggang Renang Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Jawa Barat (17/10/2016). Jendi meraraih catatan waktu 1 menit 10 detik mengalahkan Khairo Amali dari Riau 1 menit 25 detik. (KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO).

Pebulu tangkis Indonesia, Agung Widodo, mengembalikan bola ke arah Yu Yu Ong (Taiwan) pada nomor tunggal putra kelas WH1 babak 16 besar bulu tangkis Asian Para Games 2018 di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta (10/10/2018). Agung menang 21-13, 21-14 dan maju ke semifinal. (KOMPAS/AGUS SUSANTO).

Nengah Widyasih (kiri) dari Bali menjuarai cabang olah raga atletik 100 meter kursi roda setelah berhasil mengalahkan Suryani dari Nusa Tenggara Barat, pada pertandingan Pekan Olahraga Pelajar Cacat Nasional IV di lapangan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta (22/11/2009). Rangkaian kegiatan yang mempertandingkan cabang olahraga atletik, tenis meja, bulu tangkis, dan renang tersebut merupakan wadah bagi pemuda penyandang disabilitas yang mempunyai minat dan bakat dalam bidang olahraga untuk meningkatkan kemandirian serta rasa percaya diri mereka. (KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO).

Pebulu tangkis putri Daerah Istimewa Yogyakarta, Suminah (berbaju hijau), menyampaikan ucapan selamat kepada lawan yang mengalahkannya, pebulu tangkis putri Jawa Barat, Sri Maryati (baju biru), seusai pertandingan babak penyisihan tunggal putri bulu tangkis kursi roda dalam Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2016 di GOR Lodaya, Bandung, Jawa Barat (18/10/2016). Sri Maryati mengalahkan Suminah dengan skor 21-4, 21-7. (KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO).

Pasangan Agus Sutanto/Tatok Hardiyanto bersama asisten pelatih tenis meja Paralimpiade Indonesia, Yanis Yoga, merayakan kemenangan setelah memenangi partai final ganda putra TT5 di Ecovention Ancol, Jakarta (10/10/2018). (KOMPAS/DHANANG DAVID)

Petenis meja putri Jawa Barat, Aminah, melemparkan bola saat melakukan servis ketika melawan Shella Dwi Radayana (DKI Jakarta), dalam final tenis meja tunggal putri Grup TT 10 Peparnas 2016 di Tennis Indoor Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Jawa Barat (17/10/2016). Aminah meraih perak setelah dikalahkan Shella yang menyabet emas. (KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO).

Referensi

Penulis
Desi Permatasari
Editor
Rendra Sanjaya