Tokoh

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati

Dwikorita Karnawati menjabat sebagai Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika sejak November 2017. Sebelumnya, pakar geologi lingkungan dan mitigasi bencana ini menjabat sebagai Rektor Universitas Gadjah Mada dan tercatat sebagai rektor perempuan pertama di universitas tersebut.

BMKG

Fakta Singkat

Nama Lengkap
Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D.

Lahir
Yogyakarta, 6 Juni 1964

Almamater
Universitas Gadjah Mada
Leeds University, Inggris

Jabatan Terkini
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2017–sekarang)

Dwikorita Karnawati dikenal sebagai professor geologi lingkungan dan mitigasi bencana dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Namanya mulai mencuat sebagai pakar geologi di tingkat nasional maupun internasional setelah bencana gempa di Yogyakarta tahun 2006.

Kariernya sebagai pejabat di UGM dimulai saat ia dipercaya menjadi Ketua Jurusan Teknik Geologi selama 8 tahun dan kemudian mengemban tugas sebagai wakil rektor selama dua tahun. Puncak kariernya dicapai saat ia didapuk sebagai rektor pada tahun 2014 dan menjabat hingga tahun 2017. Dwikorita tercatat sebagai rektor perempuan pertama di Universitas Gadjah Mada.

Setelah tidak menjabat sebagai rektor UGM, Dwikorita didapuk sebagai Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Selama menjabat kepala Lembaga tersebut, ia aktif mendorong inovasi pada Teknologi Sistem Peringatan Dini dan Sistem Prakiraan Berbasis Dampak untuk Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, didukung oleh Big Data, Artificial Intelligent (AI), dan Internet of Things (IOT), yang juga terhubung ke Media Sosial, Mobile Aps, dan You Tube.

Putri Yogyakarta

Perempuan kelahiran pada 6 Juni 1964 ini dilahirkan dari keluarga yang mengagumi semangat kebangsaan Presiden Soekarno. Nama ”Karnawati” pun diambilkan ayahnya dari nama presiden pertama Indonesia itu, yang artinya kira-kira Soekarno perempuan—akhiran ”wati” biasanya dipakai untuk nama perempuan di Jawa.

Dwikorita menempuh pendidikan menengah di SMAN 1 Yogyakarta dan lulus pada 1983. Ia lantas melanjutkan pendidikan tinggi di Jurusan Teknik Geologi di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Setelah menyandang gelar sarjana Teknik Geologi dari Universitas Gadjah Mada tahun 1988, ia pun kemudian menjadi staf pengajar di almamaternya sejak 1990.

Perempuan yang akrab disapa Rita ini lantas terbang ke Inggris untuk melanjutkan pendidikan master di bidang yang sama di Leeds University, Inggris. Dwikorita meneliti karakteristik dan perilaku pengerutan dan pengembangan pada tanah vulkanik dari Padalarang, Indonesia, dan tanah laterit dari Kenya. Berkat penelitian gerakan tanah itu, ia mendapatkan gelar Master of Engineering Geology dari kampus tersebut pada tahun 1992.

Tak berselang, kemudian Rita melanjutkan program doktoral di kampus yang sama. Ia meraih gelar doktor atau Ph.D. dalam Earth Science dari Leeds University, Inggris pada tahun 1996. Disertasinya di kampus tersebut, Dwikorita menyimpulkan bahwa gerakan tanah di Jawa dapat diprediksi berdasarkan kondisi morfologi, kondisi stratigrafi lereng, hingga kondisi struktur geologi dan karakteristik hujan di suatu daerah.

Ia kemudian melanjutkan Program Post Doctoral di Tokyo University of Agriculture and Technology, Jepang dan melakukan penelitian tentang Prediksi Bencana Hidrometeorologis pada 1997. Beberapa tahun kemudian, Rita mengembangkan penelitiannya dalam Sistem Peringatan Dini Longsor Berbasis Masyarakat, di The Institute for Advanced Studies, at Bristol University, Inggris pada tahun 2003.

Karier

Setelah menyandang gelar sarjana teknik geologi, Rita mengabdikan ilmunya di almamaternya UGM sebagai staf pengajar, sebelum ia ditugaskan mendalami ilmu kerentanan tanah di Leeds University, Inggris.

Setelah meraih gelar doktor dari Leeds University, Inggris, Dwikorita kembali ke Indonesia dan kembali mengajar di Fakultas Teknik di Universitas Gadjah Mada. Ia pun dikenal sebagai ahli geologi yang mengamati masalah kerentanan tanah akibat bahaya gempa bumi.

Tahun 2003, Rita didapuk menjadu Ketua Jurusan Teknik Geologi di Faklutas Teknik UGM. Selama menjabat ketua jurusan di UGM, dia termasuk akademisi yang berusaha memprakarsai keterlibatan universitas-industri melalui riset dan implementasinya dalam berbagai bidang industri termasuk agroindustri, tekstil, kesehatan, dan geothermal. Jabatan ketua jurusan dia emban hingga tahun 2011.

Saat menjabat kepala jurusan, namanya mulai meroket ke tingkat nasional dan internasional setelah gempa 27 Mei 2006 yang meluluhlantakkan sebagian wilayah Yogyakarta. Dwikorita kerap menjadi narasumber terkait kepakarannya di bidang mitigasi bencana. Sebelumnya, ia telah melakukan penelitian dengan membuat zona atau peta daerah Bantul yang rawan terhadap gempa bumi dan tingkat intensitas kerentanannya.

Dwikorita selanjutnya dipromosikan sebagai Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni. Pada 2014, Dwikorita dipilih oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai moderator debat calon wakil presiden yang dilaksanakan di Hotel Bidakara, Jakarta pada Minggu 29 Juni 2014.

Namanya kemudian menjadi salah satu kandidat rektor UGM mengantikan Pratikno yang ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Sekretaris Negara di Kabinet Kerja pada Oktober 2014.

Dalam sidang pleno Majelis Wali Amanat (MWA), Dwikorita Karnawati terpilih sebagai Rektor UGM masa bakti 2014–2017. Dia dipilih melalui musyawarah mufakat 19 anggota MWA. Dwikorita resmi dilantik menjadi rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 24 November 2014. Ia tercatat sebagai Rektor UGM perempuan pertama dan menjabat rektor hingga Mei 2017.

Usai tugasnya sebagai Rektor, Dwikorita kemudian dipercaya Presiden Joko Widodo untuk menjabat Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan dilantik sebagai Kepala BMKG pada 3 November 2017. Pengangkatan Dwikorawati sebagai Kepala BMKG berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 136/TPA Tahun 2017 Tanggal 31 Oktober 2017. Ia dilantik oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, bertepatan dengan acara pelantikan tiga Direktur Jenderal (Dirjen) baru di lingkungan Kementerian Perhubungan.

Dalam posisinya sebagai Kepala Badan, dia aktif mendorong inovasi pada Teknologi Sistem Peringatan Dini dan Sistem Prakiraan Berbasis Dampak untuk Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, didukung oleh Big Data, Artificial Intelligent (AI), dan Internet of Things (IOT), yang juga terhubung ke Media Sosial, Mobile Aps dan You Tube.

Tahun 2019, Rita terpilih sebagai Ketua Kelompok Koordinasi Antar-Pemerintah dalam Sistem Peringatan dan Mitigasi Tsunami Samudera Hindia (The Intergovernmental Coordination Group of Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System ICG / IOTWMS).

Selain itu, kepakarannya di bidang mitigasi bencana pun diakui luas oleh berbagai organisasi internasional. Alhasil, Dwikorita kerap diundang untuk menjadi pembicara kunci dalam konferensi, pertemuan, dan acara di berbagai universitas dan lembaga di Amerika Serikat, Eropa, Australia, Selandia Baru, India, Jepang, Cina, dan Afrika. Ia diminta berbagi praktik terbaik dari pengalamannya dalam Pengurangan Risiko Bencana dan Sistem Peringatan Dini.

Selain mengajar di UGM, Dwikorita juga menjadi dosen tamu di sejumlah kampus di Amerika Serikat, antara lain, di Departemen Ilmu Geologi dan Pusat Visualisasi, Universitas Negeri San Diego, School of Earth and Space Exploration, Arizona State University, University of California di Davis, dan University of California di Sacramento. Ia juga pernah menjadi dosen tamu di Teknik Perkotaan dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Teknik, Universitas Kyoto, Jepang, dan Jurusan Teknik Geologi Universitas Indonesia.

KOMPAS/HARIS FIRDAUS

Dwikorita Karnawati saat menjabat Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM),  membacakan pernyataan sikap bersama akademisi Yogyakarta tentang ketegangan antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri, Minggu (25/1/2015), di Balairung UGM, Yogyakarta. Dalam pernyataan itu, para akademisi Yogyakarta meminta Presiden Joko Widodo mendukung KPK dalam memberantas korupsi di Indonesia.

Daftar penghargaan

  • Penghargaan Akademik Muda, Bank Dunia, 1997
  • Leverhulme Professorship Award, Institute for Advanced Studies, University of Bris (2002)
  • Kepala Program Studi Berprestasi Tingkat Nasional, Ajang Seleksi Nasional Akademisi Berprestasi UGM (2010)
  • Hitachi Scholarship Foundation for Post Doctoral Research (1998)
  • Graduate Research Team Grant, World Bank (1991-2001)
  • Tokoh Standarisasi Tahun 2019 dalam kategori Pemrakarsa yang diberikan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2019),
  • Anugerah UGM (2020),
  •  Penghargaan dari Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) dalam International Weather Award Apps Award (2020),

Penghargaan

Berkat kepakarannya di bidang mitigasi bencana, Dwikorita mendapat sejumlah penghargaan internasional, antara lain, Leverhulme Professorship Award berkat penelitiannya tentang manajemen bencana alam longsor di The Institute for Advanced Studies, at Bristol University, Inggris (2003), dan Program Penelitian Senior Fulbright dari The Visualization Center-Homeland Security Post Graduate Program, di San Diego State University, California, AS (2012).

Kemudian saat menjabat Kepala BMKG, ia mendapat penghargaan sebagai Tokoh Standarisasi Tahun 2019 dalam kategori Pemrakarsa yang diberikan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2019), Anugerah UGM (2020), dan Penghargaan dari Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) dalam International Weather Award Apps Award (2020).

KOMPAS/LASTI KURNIA

Kepala Basarnas Bagus Puruhito, Presiden RI ke-5 dan juga Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dan Kepala BNPB Doni Monardo memegang nota kerjasama, usai penandatangan di Gedung BMKG, Jakarta Pusat, Senin (25/11/2019). Sebelumnya di acara yang sama, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyerahkan anugerah kehormatan kepada Presiden RI ke-5 dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri sebagai Tokoh Pelopor Penguatan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dari BMKG.

HRD

Peralatan kami ketinggalan 20 tahun ketimbang Jepang. Sebagai perbandingan, Jepang yang wilayahnya seluas Jawa Barat memiliki 1.000 sensor gempa bumi, sedangkan Indonesia hanya punya 140-an. Untuk radar cuaca, kami hanya punya 40, padahal harusnya minimal 60,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (26/1/2018)

Penta Helix

BMKG memperingatkan bahaya perubahan iklim yang bisa memicu berbagai bencana alam. Karena itu, peran pihak-pihak terkait sangat diperlukan. Paling tidak, ada lima pihak yang diminta bersinergi dalam mitigasi perubahan iklim. Kelima unsur itu, yaitu pemda/otoritas publik, industri, universitas/sistem pendidikan, komunitas masyarakat/pengguna, dan medis. Model Penta Helix bisa digunakan sebagai model inovasi daerah dengan konsep kustomisasi (customized) disesuaikan dengan kondisi sumber daya yang ada di daerah itu sendiri.

Dwikorita mengemukakan konsep Penta Helix sebagai inovasi solusi dalam menjalankan mitigasi perubahan iklim. Sesuai konteks dan sumber daya terkait, para pihak dalam Penta Helix dimaksud adalah pemerintah pusat atau BMKG dalam hal ini: pemda, masyarakat, medis, dan media massa. Setiap pihak memiliki tanggung jawab masing-masing yang harus dijalankan secara berkelanjutan.

Secara prinsip, melalui konsep Penta Helix, setiap pihak harus membangun persepsi bersama bahwa perubahan iklim adalah sebuah kerisauan dan ancaman bersama yang juga harus dimitigasi bersama-sama, karena dampaknya tidak mengenal batas administrasi. Konsep ini bentuk inovasi yang dapat diterapkan dalam mitigasi perubahan iklim dan mencegah pemanasan global semakin parah.

DRA

Harta kekayaan

Dwikorita melaporkan harta kekayaannya tahun 2021 ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) senilai Rp6,33 miliar. Laporan itu ia serahkan ke KPK pada 31 Maret 2022 dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) 2021. Ia rutin melaporkan secara periodik selama menjabat Kepala BMKG.

Dalam LHKPN itu, Dwikorita melaporkan harta berupa empat bidang tanah dan bangunan senilai Rp4,26 miliar yang berlokasi di Sleman. Mantan Rektor UGM itu juga memiliki harta bergerak, berupa tiga mobil senilai Rp550 juta.

Selain itu Dwikorita juga melaporkan harta bergerak dan lainnya yang dinilainya Rp202 juta, serta kas dan setara kas lainnya senilai Rp1,55 miliar. Rita tidak memiliki surat berharga dan mencantumkan hutangnya senilai Rp404 juta. Dengan begitu total harta kekayaan Dwikorita Karnawati pada 2021 setelah dikurangi hutang adalah Rp6,33 miliar. Kekayaannya itu menyusut lebih dari Rp2 miliar dibandingkan tahun sebelumnya.

Dwikorita tercatat telah menyampaikan laporan kekayaannya sebanyak empat kali sejak ia menjabat Kepala BMKG pada 2017. Berikut rincian harta kekayaan yang dilaporkannya tiap periodik ke KPK.

  • Laporan 31 Desember 2017, harta kekayaan sebesar Rp7.523.731.248
  • Laporan 31 Desember 2018, harta kekayaan sebesar Rp8.284.451.248
  • Laporan 31 Desember 2019, harta kekayaan sebesar Rp8.460.851.248
  • Laporan 31 Desember 2020, harta kekayaan sebesar Rp8.592.852.914
  • Laporan 31 Desember 2021, harta kekayaan sebesar Rp6.331.372.000

Referensi

Arsip Kompas
  • “Persona: Dwikorita Karnawati – Geologi untuk Rakyat”. Kompas, 1 Maret 2015, Halaman 12
  • “Keluarga: Pengagum Bung Karno”. Kompas, 1 Maret 2015, Halaman 12
  • “Penta Helix” Solusi Mitigasi Perubahan Iklim”. Kompas, 14 September 2021, Halaman 6

Biodata

Nama

Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D.

Lahir

Yogyakarta, 6 Juni 1964

Jabatan

Kepala BMKG

Pendidikan

  • SMA Negeri 1 Yogyakarta (1983)
  • S1: Teknik Geologi, FT Universitas Gadjah Mada (1988)
  • S2: Engineering Geology, Leeds University, Inggris (1992)
  • S3: Engineering Geology, Leeds University, Inggris (1996)

Karier

  • Dosen UGM sejak 1990
  • Ketua Jurusan Teknik Geologi UGM (2003–2011)
  • Guru Besar Fakultas Teknik UGM sejak 2010
  • Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada (2012–2014)
  • Rektor Universitas Gadjah Mada (2014–2017)
  • Moderator Debat Cawapres (2014)
  • Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2017–sekarang)

Organisasi

Penghargaan

  • Penghargaan Akademik Muda, Bank Dunia, 1997
  • Leverhulme Professorship Award, Institute for Advanced Studies, University of Bris (2002)
  • Kepala Program Studi Berprestasi Tingkat Nasional, Ajang Seleksi Nasional Akademisi Berprestasi UGM (2010)
  • Hitachi Scholarship Foundation for Post Doctoral Research (1998)
  • Graduate Research Team Grant, World Bank (1991-2001)
  • Best paper and best presentation in Joint Convention on Indonesian Association of Geologist – Ind. Assoc. of Geophysicists – Ind. Assoc. of Petroleum Engineers (2005)
  • Best Paper and Presentation in the International Association of Engineering Geology conference, Nottingham, UK (2006)
  • Delphe (Development of Partnership in Higher Education) – British Councilwith respect to the Research entitled : Seismicity and Landslide Hazard Mapping for Community Empowerment in Yogyakarta, Indonesia (2007-2010)
  • International Program on Landslide-UNESCO Recognition with respect to the Research entitled Landslide and multi geohazard mapping for community empowerment in Indonesia (2008-2010)
  • Penghargaan Program Internasional tentang Tanah Longsor, dipresentasikan dalam Forum Tanah Longsor Dunia ke-3, Beijing, Cina,, 2014
  • Penghargaan Program Internasional tentang Tanah Longsor, dipresentasikan dalam Forum Tanah Longsor Dunia ke-2, FAO di Roma, Italia, 2011
  • Tokoh Standarisasi Tahun 2019 dalam kategori Pemrakarsa yang diberikan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2019)
  • Anugerah UGM (2020),
  • Penghargaan dari Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) dalam International Weather Award Apps Award (2020),

Karya

Buku

Keluarga

Suami

Sigit Priyanto

Anak

  • Amiluhur Priyanto
  • Umayra Priyanto

Sumber
Litbang Kompas